Selular.ID – Perusahaan telekomunikasi Finlandia Nokia pada Senin (10/2) mengumumkan bahwa CEO Pekka Lundmark mengundurkan diri, dan veteran industri Justin Hotard akan mengambil alih peran tersebut.
Hotard, yang saat ini memimpin Intel’s Data Center & AI Group sebagai Wakil Presiden Eksekutif dan Manajer Umum, akan mengambil alih posisi tersebut pada 1 April.
Produsen peralatan telekomunikasi, yang tengah menghadapi penurunan penjualan peralatan 5G, tengah menjajaki pasar baru dan berekspansi ke sektor-sektor yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan.
“Hotard memiliki rekam jejak yang kuat dalam mempercepat pertumbuhan perusahaan teknologi bersama dengan keahlian yang luas di pasar AI dan pusat data, yang merupakan area penting bagi pertumbuhan Nokia di masa depan,” kata pimpinan Nokia Sari Baldauf dalam sebuah pernyataan.
Pasca pengumuman suksesi, pada pukul 08.54 GMT (14.24 IST), saham Nokia naik 1,6 persen menjadi 4,7 euro di bursa saham Helsinki, melampaui kenaikan pasar sebesar 0,45 persen.
Analis JPMorgan menyebut perubahan CEO tersebut tidak terduga, sembari memuji Lundmark karena tangan dinginnya dalam menstabilkan perusahaan.
“Mengingat CEO baru telah ditunjuk, tampaknya transisi ini telah berlangsung selama beberapa waktu. Dengan latar belakang Datacentre dan AI dari CEO baru, jelas area mana yang ingin difokuskan Nokia,” jelas JPMorgan dalam sebuah catatan.
Pandangan ini diamini oleh analis di Inderes, yang melihat perubahan tersebut sebagai pergeseran strategis menuju unit Infrastruktur Jaringan Nokia, tempat pusat data dan investasi AI mendorong peluang pertumbuhan baru.
Baca Juga: Tuntas Sudah Karir Pekka Lundmark Sebagai CEO Nokia
Untuk diketahui, Nokia mengumumkan kesepakatan senilai $2,3 miliar pada tahun lalu untuk mengakuisisi perusahaan jaringan optik yang berbasis di AS, Infinera.
Aksi korporasi itu, bertujuan untuk memanfaatkan investasi pusat data yang didorong AI yang sedang meningkat.
Lundmark, yang mengambil alih jabatan sebagai CEO pada 2020 dari CEO sebelumnya Rajeev Suri, akan tetap menjadi penasihat Hotard hingga akhir tahun, kata perusahaan tersebut.
Sebelumnya, di tengah rumor yang berkembang, Nokia menolak laporan media yang mengatakan bahwa perusahaan tersebut sedang mencari kepala eksekutif baru.
Pada September 2024, Financial Times (FT) melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui situasi tersebut, bahwa pencarian CEO baru sedang berlangsung.
Media yang berbasis di London itu, menyebutkan bahwa setidaknya satu orang pencari bakat telah ditunjuk untuk membantu proses tersebut.
Nokia yang pernah menjadi produsen ponsel terbesar tersebut tengah bergulat dengan harga saham yang merosot dan penjualan yang anjlok.
Imbas persaingan yang ketat dengan pemain sejenis dan melemahnya permintaan, terutama divisi jaringan selular karena kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi operator.
Kondisi itu memaksa perusahaan harus melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk PHK ribuan karyawan di berbagai negara.
Laporan FT mengatakan bahwa langkah untuk menggantikan Lundmark dilakukan setelah pemegang saham frustrasi karena ketidakmampuannya untuk meningkatkan angka pendapatan, yang saat ini lebih rendah dibandingkan 2016 setelah pengambilalihan Alcatel-Lucent senilai €15,6 miliar.
Meski harus melakukan pergantian, Baldauf mencatat kontribusi positif yang ditorehkan Lundmark. Menurutnya, di bawah masa jabatan Lundmark, Nokia membangun kembali kepemimpinannya dalam jaringan radio 5G.
Lundmark juga mendorong posisi yang kuat dalam jaringan inti berbasis cloud dan infrastruktur jaringan yang menghasilkan pertumbuhan dan peningkatan laba yang signifikan.
“Perencanaan untuk transisi kepemimpinan ini dimulai ketika Pekka memberi tahu Dewan bahwa ia ingin mempertimbangkan untuk pindah dari peran eksekutif ketika reposisi bisnis berada pada tahap yang lebih maju, dan ketika penerus yang tepat telah diidentifikasi,” kata Baldauf.
Sejatinya, Lundmark mewarisi kinerja yang cukup baik. Pada Q4 2024, penjualan bersih pada mata uang konstan tumbuh 9 persen tahun-ke-tahun menjadi €6 miliar, dengan laba bersih €813 juta dibandingkan dengan kerugian €33 juta pada Q4 2023.
Pencapaian itu, sedikit mengubah hasil buruk yang diderita Nokia pada Q2-2024. Saat itu perusahaan mencatat penurunan penjualan sebesar 18 persen tahun-ke-tahun di seluruh lini bisnis.
Tercatat, saham Nokia telah naik 27,85 persen tahun lalu tetapi masih lebih dari 90 persen di bawah puncaknya pada Juni 2000.
Divisi infrastruktur perusahaan, yang menggabungkan AI, mengkhususkan diri dalam sistem komunikasi, termasuk pusat data, server, dan router.
Sementara itu, unit jaringan selulernya berfokus pada teknologi komunikasi selular, mengelola menara selular, dan memajukan layanan 5G.
Baca Juga: Senyum Semringah Pekka Lundmark Imbas Kinerja Nokia Kembali Mengilap