Sumber Senjata TPNPB-OPM yang Terungkap: Dari Eks Prajurit TNI hingga Luar Negeri

6 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Satgas Damai Cartenz mulai mengungkap sejumlah pemasok senjata api ilegal untuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM. Berdasarkan hasil penyelidikan, terdapat tiga pemasok yang menyuplai senjata api dan amunisinya ke kelompok kriminal bersenjata itu.

Penyuplai senjata api ilegal untuk TPNPB-OPM mulai terkuak di awal tahun ini. Pengungkapan itu bermuara saat Satgas Damai Cartenz dan Polda Papua menangkap dua mantan prajurit TNI yang terlibat dalam pemasokan senjata ke OPM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kedua mantan prajurit tersebut ialah bekas anggota Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari, yaitu Yuni Enumbi dan Eko Sugiyono. Keduanya telah diberhentikan dari TNI sejak 2022 karena keterlibatan keduanya dalam penyelundupan senjata ilegal ke TPNPB-OPM.

Berangkat dari pengungkapan kasus itu, aparat kepolisian kembali menangkap jaringan pemasok senjata untuk tentara OPM. Polda Papua dan Polda Jawa Timur menangkap jaringan pembuat senjata ilegal yang bermarkas di Bojonegoro, Jawa Timur.

Jaringan itu terdiri dari Teguh Priyono, M. Kamaluddin, Pujiono, M. Herianto, dan Adi Pamungkas. Kecuali Herianto, nama-nama tersebut beserta Yuni dan Eko ditetapkan sebagai tersangka penjualan senjata api kepada TPNPB-OPM.

Yuni Enumbi disebut memiliki peran penting dalam jaringan ini. Dia berperan sebagai penyandang dana dan penyuplai senjata ke TPNPB OPM pimpinan Lerimayu Telenggen di Distrik Puncak Jaya, Papua. 

Sementara, Eko Sugiyono berperan sebagai penghubung antara Yuni Enumbi dan para perakit senjata di Bojonegoro. Dia merupakan rekan Yuni Enumbi semasa berdinas di Komando Daerah Militer Kausari. 

Sumber pasokan senjata untuk TPNPB-OPM juga berasal dari luar negeri. Ketua Satgas Damai Cartenz Komisaris Besar Faisal Ramdhani mengatakan, dalam kurun 2020 hingga 2024, pasokan senjata yang disita terbanyak berasal dari Mindanao Selatan, Filipina.

“Hampir sebagian besar penindakan sejak 2020 hingga 2024 itu didominasi berasal dari Mindanao Selatan,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa, 11 Maret 2025.

Dia juga tak menampik bila sejumlah kasus penyelundupan senjata ilegal ke OPM berasal dari aparat keamanan. Keterlibatan tentara dan polisi di jaringan ini tak hanya dalam urusan transaksi langsung, melainkan sebagai penghubung untuk pengadaan pasokan senjata ilegal itu.

Dalam empat tahun terakhir, pihak kepolisian telah menyita 77 pucuk senjata api dari berbagai jenis. Adapun untuk jumlah amunisi yang berhasil disita yakni sebanyak 6.838 butir.

“Jumlah sitaan paling banyak terjadi dalam rentang 2022 hingga 2024, saat itu bertepatan dengan upaya pembebasan pilot Susi Air yang ditawan KKB. Banyak persembunyian dan logistik mereka yang disita,” ujarnya.

TNI membantah melakukan jual beli senjata api kepada OPM. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Hariyanto mengatakan informasi yang beredar untuk menjatuhkan wibawa prajurit militer. 

"Saya sampaikan bahwa TNI tidak pernah menjual senjata kepada siapa pun, terlebih kepada OPM yang selama ini justru berseberangan dengan TNI," kata Hariyanto.

Sedangkan, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengaku salah satu cara mendapatkan senjata yakni dengan membelinya dari TNI. "Militer dan polisi Indonesia butuh uang, dan kami butuh senjata. Ini bukan hal yang baru terjadi," kata Sebby kepada Tempo, melalui pesan singkat, Sabtu, 8 Maret 2025.

Sebby menyebut, kelompoknya telah membeli peluru dan senjata api sejak 2004 yang didapatkan dari anggota TNI yang bertugas di wilayah Papua. "Tahun 2004 itu sudah kami terima peluru-peluru dari anggota tentara aktif yang ada di semua pertahanan militer Indonesia di Jayapura, di Wamena, di Nabire, di mana-mana," kata Sebby.

Dia meminta maaf kepada orang-orang yang mendukung penyelundupan senjata ke OPM setelah jaringannya terbongkar. Menurut Sebby, terbongkarnya penyelundupan senjata ini terjadi akibat kesalahan dari anggota TPNPB-OPM

Ia menduga Yuni Enumbi kurang hati-hati dan membeberkan informasi kepada polisi dan militer Indonesia sehingga jaringan penyelundupan terbongkar. 

“Ini kesalahan Yuni Enumbi yang tidak siap mental, maka dia ‘bernyanyi'. Akibat dari ‘bernyanyi’ itulah kita punya jaringan itu menjadi korban,” kata Sebby. 

Nandito Putra dan Eka Yudha berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online