TEMPO.CO, Jakarta - Truk bermuatan amunisi milik Satuan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Tentara Nasional Indonesia (TNI) meledak dan terbakar di kilometer (KM) 774 ruas Tol Gempol, Pasuruan, Jawa Timur arah Probolinggo pada Senin malam, 5 Mei 2025. Peristiwa ini menambah deretan insiden amunisi simpanan meledak yang terjadi di Tanah Air sejak 1984 silam.
“Memang ada kebakaran yang terjadi. Untuk truk tersebut merupakan rangkaian truk dari Satuan Kostrad yang sedang menuju Kabupaten Jember,” kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kodam) V/Brawijaya Kolonel Kavaleri Donan Wahyu Sejati melalui pesan singkat, Selasa, 6 Mei 2025, seperti dikutip Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komandan Kodim 0819/Pasuruan Letnan Kolonel Arhanud Noor Iskak mengatakan, truk tersebut merupakan satu dari empat truk yang beriringan membawa perlengkapan dan personel Brigade Infanteri (Brigif) 509/Kostrad Jember dari Surabaya ke Jember. Truk di urutan kedua iringan yang meledak itu membawa amunisi berjenis granat tangan dan peluru kaliber kecil.
“Rombongan terdiri dari empat truk yang membawa perlengkapan dan anggota Brigif 509/Kostrad Jember, setelah sebelumnya satuan tersebut bertugas di Papua,” kata Iskak saat memberikan keterangan kepada media di Pasuruan, Jawa Timur, Selasa.
Selain itu, Iskak juga mengonfirmasi satu orang anggota tewas dalam kejadian ini. Namun, ia menegaskan bahwa anggota yang meninggal bukan akibat dari ledakan ataupun percikan api, melainkan terjatuh dari ketinggian saat berusaha mengevakuasi diri melompati tembok pagar pembatas tol. Anggota berinisial U itu ada di truk urutan ke tiga.
Iskak menjelaskan, U yang melihat truk urutan kedua terbakar segera turun dari kendaraan yang ditumpanginya untuk mengevakuasi diri dan berlindung di balik tembok pagar pembatas jalan tol. Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), visibilitas di area kejadian memang sangat rendah. U tidak menyadari jalur evakuasi yang dipilihnya merupakan jurang dengan kedalaman tujuh hingga 10 meter.
“Anggota U lantas terjatuh dan dinyatakan meninggal dunia setelah dievakuasi menuju Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Sabhara Porong, Sidoarjo,” katanya.
Iskak menegaskan saat ini pihaknya terus menyelidiki penyebab utama truk pengangkut muatan amunisi tersebut meledak dan terbakar. Ia menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan kepolisian guna melakukan penyisiran dengan radius hingga satu kilometer dari lokasi kejadian guna mencari sisa amunisi yang berpotensi tercecer.
“Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kejadian diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi berbahaya granat tangan dan peluru yang tercecer. Masyarakat segera melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan amunisi,” kata dia.
Tempo merangkum sederet peristiwa gudang amunisi meledak sejak 1984:
1. Ledakan Gudang Amunisi Korps Marinir AL di Cilandak 1984
Kejadiannya terjadi pada 29 Oktober 1984, ledakan dahsyat di sebuah gudang peluru milik Korps Marinir Angkatan Laut, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan. Kompleks ini memiliki enam gudang untuk menyimpan segala kebutuhan militer. Di antaranya sejumlah peluru tembak, bom, ranjau, dan granat. Ada pula ranjau untuk tank dan peluru roket.
Dikutip dari majalah Tempo edisi 3 November 1984, musibah tak sedahsyat seperti yang ada di film-film, namun ledakan bom ini dilaporkan merusak kaca-kaca rumah habis rontok dalam jarak dua kilometer. Bukan hanya kaca jendela kamar yang pecah, langit-langit eternit banyak yang copot dan lampu-lampu neon pun jatuh pecah.
Suasana di kompleks Marinir TNI AL itu bak medan perang. Empat mobil pemadam kebakaran didatangkan sesegera mungkin. Begitu mereka menyemprotkan air, ada sejumlah titik letusan api lagi di berbagai area. Hal ini pun membuat mereka perlu mengerahkan segala kekuatan, bahkan para anggota Marinir dikerahkan untuk ikut menyelamatkan tank dan panser.
Situasi yang digambarkan seperti perang ini membuat warga perlu dievakuasi dari sumber bencana. Warga setempat berlarian dari sisi timur ke arah Pasar Minggu. Evakuator yang membuka berbagai pos darurat untuk disinggahi seperti di daerah Stasiun Pasar Minggu, masjid sekitar kawasan bencana, sebuah sekolah dasar di utara pertigaan Jalan Pasar Minggu, sampai Kalibata.
Di Rumah Sakit Pertamina, tercatat korban luka dan dua orang tewas. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, 11 orang terluka dan 6 tewas. Salah seorang korban tercatat sebagai anggota staf Sekjen Departemen Pertanian bernama Muchlis Darisan. Muchlis dan para sejawatnya sedianya akan mengikuti penataran informasi data sampai Rabu pekan itu di Wisma Tani Pasar Minggu.
Kebakaran ini dilaporkan telah meludeskan 2.000 ton amunisi yang terdiri dari peluru roket BM-14 (Rusia), howitzer 122 milimeter, mortir, granat, dan lainnya. Sementara sumber dari ledakan diduga disebabkan oleh peluru mortir 80 milimeter buatan Yugoslavia. Sebab jenis peluru ini memakai mesiu cair.
Tidak lama setelah kebakaran terjadi, percikan kebakaran juga terjadi di sebuah bangunan Rumah Sakit Fatmawati di bagian belakang. Rupanya ledakan melontarkan sejumlah peluru sejauh sekitar 2,5 kilometer dari pusat bencana hingga menyasar rumah sakit tersebut. Beruntung api masih bisa dipadamkan dan tak ada korban untuk satu itu.
2. Ledakan Gudang Amunisi Dopuspal V di Bojong Koneng 1985
Kurang dari setengah tahun dari peristiwa di Cilandak, ledakan amunisi simpanan kembali terjadi. Kala itu peristiwa berlaku di Depo Pusat Peralatan V atau Dopuspal V Bojong Koneng, Bandung, sekitar pukul 9 pagi, 13 Maret 1985. Ledakan berasal dari truk bermuatan amunisi yang diparkir di gudang nomor 27. Insiden yang menyebabkan 18 orang meninggal ini disebut juga Beledug Bojongkoneng.
Dilansir dari majalah Tempo edisi 23 Maret 1985, insiden bermula saat truk amunisi yang sudah diapkir itu mulai dibongkar dan dimasukkan ke gudang Dopuspal V. Depo ini merupakan instansi di bawah Pusat Peralatan Angkatan Darat atau Puspalad. Ketika truk pertama sudah diselesaikan, pada waktu membongkar truk kedua, sekitar pukul 10 pagi ledakan pertama terjadi.
Tidak jelas bagaimana kronologi sesungguhnya dan mengapa ledakan bisa terjadi. Kejadian tersebut tidak memiliki saksi mata. Karena semua petugas yang ada di dalam gudang, seperti supir truk yang berada di dekat truknya, meninggal dunia. Sehingga disimpulkan karena penyebab kesalahan teknis. Korban yang tewas ada 12 orang anggota militer dan 6 karyawan sipil.
Menurut Kepala Penerangan Laksusda Jabar Letnan Kolonel Zumarnis Zein, musibah itu disebabkan kecelakaan teknis pada saat amunisi yang sudah tua itu diturunkan dari kendaraan ke gudang, untuk selanjutnya dimusnahkan. Musibah itu tidak menimbulkan kerugian baik materil maupun personil terhadap masyarakat pada daerah tersebut, dikarenakan gudang itu jauh dari pemukiman penduduk.
3. Ledakan Gudang Amunisi Kopaska AL di Tanjung Priok 2014
Dilansir dari Antara, Gudang Amunisi milik Komando Pasukan Katak atau Kopaska TNI AL di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, meledak pada Rabu pagi, 5 Maret 2014 silam. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan amunisi ringan, senjata laras panjang dan laras pendek. Ledakan menyebabkan 86 orang terluka dan satu tewas.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI saat itu Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul menegaskan tak ada sabotase dalam ledakan gudang amunisi Kopaska yang terjadi pada pukul 10.30.WIB tersebut, karena peristiwa itu memang kecelakaan murni. “Mungkin sistem penyimpanan, sirkulasi udara yang kurang tepat, sehingga memicu ledakan gudang amunisi tersebut,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut saat itu, Laksamana Pertama TNI Untung Suropati menuturkan bahwa setidaknya ada 10 gudang di Pondok Dayung yang rusak akibat ledakan dari bahan peledak jenis TNT. “Ada yang enggak tahu atapnya di mana,” kata Untung dalam konferensi pers di Tanjung Priok, Rabu.
Beberapa senjata, seperti pistol dan senjata api laras panjang, juga terpental terkena efek ledakan. Untung menjelaskan, efek ledakan pada Rabu siang itu digolongkan menjadi dua kategori, yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung berarti korban maupun material bangunan serta senjata yang terkena langsung ledakan dalam radius 50-100 meter dari titik ledakan.
“Sedangkan efek tidak langsung diukur dengan jarak lebih dari 100 meter. Sebagian besar korban dari efek tidak langsung ini terkena lemparan material, baik pecahan kaca, beton bangunan, dan senjata.”
4. Ledakan Gudang Amunisi Mako Brimob Polda Jateng di Semarang 2019
Gudang penyimpanan amunisi barang temuan masyarakat dan bahan peledak sisa masa perang milik Mako Brimob Polda Jawa Tengah atau Jateng, di Srondol, Banyumanik, Kota Semarang meledak pada pukul 07.05 WIB Sabtu pagi, 14 September 2019. Dari peristiwa tersebut, satu anggota Brimob terluka setelah terkena serpihan ledakan.
“Korban sudah dibawa ke RS Bhayangkara Semarang untuk menjalani perawatan,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri saat itu Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo ketika dikonfirmasikan.
Dari pantauan jurnalis di lapangan, suara ledakan terdengar hingga radius lebih dari 5 kilometer, sehingga membuat panik masyarakat sekitar dan berhamburan menyelamatkan diri menjauh dari lokasi. Petugas Damkar kota juga sempat menunda mendekat karena saat tiba di lokasi, ledakan masih terjadi.
“Dugaan sementara berasal dari bahan peledak temuan masyarakat sisa Perang Dunia II,” ujar Dedi.
Dedi mengatakan, di dalam gudang itu memang masih tersimpan sejumlah bahan peledak sisa Perang Dunia II. Ia menyebut ada enam mortir besar, tiga mortir sedang, delapan mortir kecil, dan satu ranjau..“Ini yang memicu terjadinya ledakan,” ujar Dedi.
5. Ledakan Amunisi di kantor Subden Jibom Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim 2024
Pada awal Maret 2024, Polda Jawa Timur dikejutkan dengan kejadian ledakan mengguncang Detasemen Gegana Satuan Brimob Polda Jatim. Peristiwa ini menimbulkan beberapa kepanikan di sekitar lokasi dan menyebabkan beberapa kerusakan dan korban luka-luka.
Ledakan ini terjadi di kantor Subden Jibom Polda Jatim yang berada di Jalan Gresik Surabaya. Terjadi pada Senin, 4 Maret 2024 pukul 10.19 WIB. Menurut keterangan Kapolda Jatim saat itu Inspektur Jenderal Polisi Imam Sugianto, ledakan ini diperkirakan berasal dari sisa-sisa temuan bahan peledak yang akan dimusnahkan atau di disposal.
“Jadi kebetulan Jibom Gegana Polda Jatim ini kita belum memiliki gudang yang standar, jadi sisa-sisa bahan peledak itu disimpan di sebelah kantornya dan Gegana pagi tadi meledak,” ujar Kapolda Imam pada Senin.
Mekanisme penyimpanan bahan peledak di gudang yang lokasinya ada di Kantor Subden Jibom Datasemen Gegana Satbrimob ini sudah disesuaikan dengan standar operasional prosedur (SOP). Namun, bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan peledak ini telah lama didirikan, yakni sejak 1951. Usia tempat penyimpanan yang terlampau tua ini disebut juga dapat mempengaruhi meledaknya amunisi di dalamnya.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jatim, ledakan diduga karena faktor cuaca yang kemudian berdampak pada kelembapan suhu ruang penyimpanan yang telah berdiri sejak lama. Hal ini juga turut diamini olehImam. Menurutnya penyebab awal dari adanya ledakan diasumsikan karena faktor cuaca yang mempengaruhi suhu di gudang penyimpanan.
Imam Sugianto ledakan itu menyebabkan 10 personel kepolisian terluka. Imam menjelaskan para korban mengalami luka lantaran terkena serpihan kaca bangunan imbas ledakan tersebut. Pasalnya, saat ledakan terjadi para petugas sedang melaksanakan kegiatan latihan olah TKP yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi ledakan utama.
“Saya pastikan tidak ada korban meninggal, jadi hanya 10 korban luka-luka,” katanya.
6. Ledakan Gudang Amunisi Kodam Jaya di Ciangsana 2024
Beberapa pekan setelah kejadian di Polda Jatim, ledakan amunisi simpanan juga terjadi di gudang amunisi daerah atau Gudmurah Paldam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, milik Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 07/155 GS Kodam Jaya pada Sabtu, 30 Maret 2024. Peristiwa yang terjadi saat jam berbuka puasa, sekitar pukul 18.00 WIB, itu menghebohkan warga dan membuat warga yang tinggal di dekat kawasan panik.
Pangdam Jaya saat itu Mayor Jenderal Mohammad Hasan mengatakan, peristiwa ledakan diperkirakan terjadi pada Sabtu sekitar pukul 18.05 WIB. Setelah ditelusuri, ledakan bersumber dari gudang amunisi nomor 6 yang semula nampak mengeluarkan asap. “(Asap) ternyata terindikasi ledakan,” kata dia.
Setelah temuan itu, petugas di gudang segera menginformasikan kepada warga sekitar untuk waspada dan melakukan evakuasi. Api dilaporkan baru selesai dipadamkan pada waktu subuh, Ahad, 31 Maret 2024. Untuk memadamkan api, petugas pemadam kebakaran
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan amunisi yang meledak dalam peristiwa kebakaran Gudang Amunisi tersebut berjumlah 65 ton. Menurutnya, sebanyak 65 ton amunisi tersebut kedaluwarsa dan merupakan gabungan dari beberapa satuan di Kodam Jaya.
“Ada MKK (Munisi Kaliber Kecil) dengan MKB (Munisi Kaliber Besar). Jadi, seluruhnya ada 65 ton tonasenya,” kata Agus di Kabupaten Bogor, Ahad.
Pangdam Jaya memastikan tidak ada korban jiwa dari peristiwa ledakan tersebut. Ia juga menyebut kondisi di sekitar lokasi sudah aman. Sebab, ledakan itu terjadi di bagian bawah tanggul. Diketahui lokasi gudang itu berdekatan dengan sungai. “Sampai dengan saat ini kami sudah mengecek seluruh lokasi, di arah permukiman tidak ada korban jiwa,” kata dia.