TEMPO.CO, Jakarta -- Wihara Dharma Bakti di Kelurahan Grogol, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat tak memasang lilin puja sembahyang atau lilin merah berukuran besar pada perayaan Imlek 2025. Kholis, koordinator keamanan kompleks Wihara Dharma Bakti, mengatakan tidak adanya lilin puja sembahyang tidak mengurangi kekhusyukan umat untuk beribadah.
Dia memastikan prosesi ibadah tetap berjalan. "Tidak dipasang untuk mencegah kebakaran," kata Kholis saat ditemui di lokasi pada Selasa, 28 Januari 2025. Kebakaran yang dimaksud, dia menjelaskan, adalah peristiwa kebakaran Wihara Dharma Bakti pada awal Maret 2015 silam. Saat itu, wihara tersebut terbakar lantaran disebabkan oleh api lilin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam peristiwa tersebut, bangunan utama dan rupang-rupang wihara yang didirikan pada tahun 1650 oleh letnan Cina bernama Kwee Hoen dengan nama Koan Im Teng itu turut terbakar.
Dua tahun kemudian, Wali Kota Jakarta Barat saat itu Anas Efendi meresmikan proses perbaikan Wihara Dharma Bhakti. Acara peresmian juga dihadiri Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Abraham Lunggana, serta Tan Adi Pranata, Ketua Yayasan Dharma Bhakti.
Berdasarkan pengamatan Tempo di lokasi hingga pukul 17.50, meski gemericik hujan, kompleks Wihara Dharma Bakti mulai sesak dipadati umat yang akan beribadah. Mereka datang dari sekitar wilayah wihara.
Mamat, pekerja wihara, mengatakan jumlah umat yang akan melaksanakan ibadah dengan hio atau ibadah membakar dupa seiring waktu kian bertambah menjelang dekatnya perayaan tahun baru Imlek 2025. "Nanti malam bisa lebih banyak lagi yang datang, bisa antre untuk beribadah," kata Mamat di kompleks Wihara Dharma Bakti pada Selasa, 28 Januari 2025.
Wihara Dharma Bakti menjadi salah satu wihara tertua yang ada di Indonesia. Wihara ini juga dikenal acapkali melakukan kegiatan sosial saat berlangsungnya bulan suci Ramadhan, seperti membagikan takjil dan menu makanan buka puasa gratis.
Mamat mengatakan, kegiatan berbagi takjil menjadi kegiatan rutin wihara yang telah berlangsung sejak lama. Alasannya, berbagi kasih dan tolong-menolong adalah ajaran yang sesuai dengan visi Buddhayana. "Ramadhan juga akan dilakukan karena dampaknya positif," ujar dia.