Bitcoin Tertekan: Harga Turun di Bawah $97.000 Seiring Kenaikan Hasil Treasury (16/1/25)

2 days ago 3

Jakarta, Pintu News – Bitcoin kembali menghadapi volatilitas tinggi pada hari Selasa, dengan harga turun 4,8% menjadi sekitar $97.000 (sekitar Rp1.587.518.000), setelah sebelumnya sempat menembus $100.000 (sekitar Rp1.639.400.000) di awal minggu. Penurunan ini tidak hanya berdampak pada harga Bitcoin, tetapi juga merembet ke saham kripto utama, seperti Coinbase dan MicroStrategy, yang masing-masing mengalami penurunan lebih dari 7% dan 9%. Perusahaan pertambangan Bitcoin, seperti Mara Holdings dan Core Scientific, turut terdampak dengan penurunan sekitar 5%.

Penurunan harga Bitcoin ini terjadi setelah lonjakan hasil Treasury AS untuk obligasi 10 tahun, yang dipicu oleh data dari Institute for Supply Management (ISM) yang menunjukkan pertumbuhan sektor jasa AS lebih cepat dari yang diperkirakan pada Desember. Kenaikan hasil Treasury ini menambah kekhawatiran tentang inflasi yang terus berlanjut, yang cenderung memberi tekanan pada aset berisiko, termasuk Bitcoin.

Dampak Kenaikan Hasil Treasury terhadap Bitcoin

Kenaikan hasil Treasury AS sering kali memberikan dampak negatif terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin. Secara historis, hasil Treasury yang lebih tinggi menarik investor untuk berpindah ke instrumen yang lebih aman, yang mengurangi minat terhadap aset digital seperti Bitcoin. Hal ini memperburuk keadaan di pasar cryptocurrency yang sudah menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Selain itu, meningkatnya hasil Treasury juga berkaitan dengan kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed). Pada bulan Desember, Fed memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya, namun laju pemangkasan suku bunga diperkirakan akan lebih lambat dari yang diharapkan pasar. Pemangkasan suku bunga biasanya mendukung kenaikan harga Bitcoin, sementara peningkatan suku bunga justru memberikan tekanan negatif pada harga Bitcoin.

Baca Juga: Bitcoin Menguat di Atas $97K: Menjelang Rilis Laporan CPI, Apa yang Diharapkan? (16/1/25)

Penurunan Akibat Pengambilan Keuntungan dan Hubungan dengan Pasar Saham

Selain faktor hasil Treasury, penurunan harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh hubungan yang semakin kuat antara Bitcoin dan pasar saham tradisional, terutama Nasdaq. Bob Wallden, kepala perdagangan di perusahaan digital-assets Abra, menjelaskan bahwa data ISM yang dirilis menyebabkan penjualan saham, yang kemudian merembet ke pasar kripto. Dia menyarankan bahwa penurunan ini semakin diperburuk oleh pengambilan keuntungan dan aksi stop-loss oleh para trader yang membeli Bitcoin di atas $100.000 (sekitar Rp1.639.400.000).

Kondisi pasar yang tidak menentu juga dipengaruhi oleh perkembangan terkait kebijakan tarif yang semakin berubah-ubah dari Presiden terpilih, Donald Trump, yang semakin membuat pasar kripto berhati-hati.

Prospek Bitcoin di 2025: Optimisme dan Skeptisisme

Rally luar biasa Bitcoin pada tahun 2024 mulai kehilangan momentum pada akhir Desember, dengan banyak investor yang memutuskan untuk merealisasikan keuntungan mereka. Sebelumnya, optimisme terhadap kebijakan pro-kripto dari pemerintahan Trump memicu lonjakan harga Bitcoin hingga mencapai rekor tertinggi $108.000 (sekitar Rp1.772.392.000) pada Desember. Namun, proyeksi untuk tahun 2025 masih dipenuhi ketidakpastian.

Bloomberg melaporkan bahwa prospek Bitcoin di 2025 akan sangat bergantung pada apakah Trump benar-benar melaksanakan janjinya terkait kebijakan kripto, seperti pembentukan cadangan Bitcoin nasional. Meskipun ada optimisme, survei MLIV Pulse menunjukkan bahwa 39% responden percaya Bitcoin, yang sebelumnya dianggap sebagai investasi yang menguntungkan pada 2024, kemungkinan besar akan menjadi investasi yang merugi di 2025.

Potensi Dukungan dan Analisis Teknikal

Meskipun harga Bitcoin saat ini tertekan, analis seperti Ali Martinez melihat potensi dukungan pada level sekitar $97.000 (sekitar Rp1.587.518.000). Indikator teknikal seperti TD Sequential memberikan sinyal adanya peluang beli pada grafik per jam. Jika level dukungan ini bertahan, ada kemungkinan Bitcoin akan mengalami pemulihan. Namun, jika harga turun lebih rendah dan menembus level $97.000, Martinez memprediksi penurunan lebih lanjut menuju level support berikutnya di sekitar $92.000 (sekitar Rp1.507.128.000).

Penutup

Bitcoin saat ini sedang menghadapi tantangan besar seiring dengan penurunan harga yang dipicu oleh kenaikan hasil Treasury AS dan ketidakpastian kebijakan ekonomi global. Meskipun ada potensi pemulihan jika harga dapat bertahan di atas level dukungan $97.000 (sekitar Rp1.587.518.000), pasar tetap berada dalam kondisi yang sangat volatil. Investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan ini untuk membuat keputusan yang bijak di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut.

Baca Juga: Analisis XRP: Analis Prediksi XRP Perthankan Tren Bullish di Atas Rp39.055 (14/1/25)

Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro. Klik Daftar Pintu jika kamu belum memiliki akun atau pilih Pintu Login Web jika sudah memiliki akun.

*Disclaimer

Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi:

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online