Jakarta, Pintu News – Pasar cryptocurrency kembali mengalami gejolak, dengan Bitcoin anjlok di bawah Rp1,63 miliar (setara dengan $100.000), memicu kepanikan di kalangan investor. Tekanan jual yang meningkat menyebabkan BTC sempat menyentuh harga terendah di Rp1,51 miliar (setara dengan $92.800) pada 3 Februari, sebelum akhirnya pulih ke sekitar Rp1,56 miliar (setara dengan $96.000).
Meskipun penurunan ini berdampak negatif bagi investor jangka pendek, data dari perusahaan analitik blockchain Glassnode menunjukkan bahwa pemegang jangka panjang tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh volatilitas pasar yang tinggi.
Investor Jangka Panjang Tetap Bertahan
Menurut Glassnode, meskipun harga Bitcoin mengalami penurunan drastis, pemegang jangka panjang (long-term holders atau LTH) tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan. Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 0,01% dari total pasokan Bitcoin yang dipegang oleh investor jangka panjang mengalami kerugian, menandakan bahwa mereka tetap optimis terhadap potensi aset ini dalam jangka panjang.
Namun, meskipun pemegang jangka panjang masih mempertahankan aset mereka, Glassnode mencatat bahwa profit tak terealisasi mereka terus menurun sejak November 2024 dan saat ini berada di level terendah sejak September. Hal ini menunjukkan bahwa belum ada tanda-tanda akumulasi baru yang signifikan di antara investor jangka panjang. Banyak dari mereka kemungkinan masih menunggu sinyal pasar yang lebih jelas sebelum kembali melakukan pembelian dalam jumlah besar.
Baca Juga: Fartcoin: Lonjakan di Tengah Pasar Crypto yang Bergejolak, Ini Peluangnya di Februari 2025
Investor Jangka Pendek Menderita Kerugian Besar
Berbeda dengan pemegang jangka panjang, investor jangka pendek (short-term holders atau STH) mengalami dampak paling besar dari penurunan harga ini. Glassnode melaporkan bahwa ketika harga Bitcoin turun di bawah Rp1,63 miliar ($100.000), banyak pemegang jangka pendek yang menjual aset mereka dalam kondisi rugi.
Pada titik harga Rp1,58 miliar ($97.000), jumlah Bitcoin yang berada dalam kondisi rugi dan untung di kalangan investor jangka pendek hampir seimbang, sekitar 11% dari total pasokan mereka. Ini merupakan eksposur kerugian terbesar bagi pemegang jangka pendek sejak awal Januari.
Tren ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pedagang yang masuk ke pasar dalam beberapa bulan terakhir mengalami tekanan besar dan cenderung menjual untuk meminimalkan kerugian lebih lanjut. Jika tekanan jual ini terus berlanjut, harga Bitcoin bisa menghadapi tantangan lebih lanjut dalam waktu dekat.
Sentimen Pasar Berubah Bearish
Selain tekanan dari investor jangka pendek, analis pasar juga mencatat bahwa sentimen keseluruhan terhadap Bitcoin mulai berubah menjadi lebih bearish. Platform intelijen pasar Santiment melaporkan bahwa Bitcoin sempat turun hingga Rp1,51 miliar ($91.200), di tengah tren negatif yang melanda pasar saham global.
Menurut Santiment, beberapa media mengaitkan penurunan pasar ini dengan kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, yang memicu kekhawatiran tentang dampak ekonomi yang lebih luas. Sentimen negatif dari faktor makroekonomi ini semakin memperburuk tekanan jual di pasar crypto.
Namun, Santiment juga mengingatkan bahwa pergerakan harga seperti ini sering kali dirancang untuk membuat pedagang ritel panik dan menjual di titik terendah (local bottom). Dalam banyak kasus, pasar kemudian berbalik arah dan bergerak berlawanan dengan ekspektasi mayoritas. Oleh karena itu, investor disarankan untuk tetap waspada dan tidak mengambil keputusan berdasarkan kepanikan sesaat.
Kesimpulan
Penurunan harga Bitcoin di bawah Rp1,63 miliar ($100.000) telah menyebabkan kepanikan di kalangan investor jangka pendek, sementara pemegang jangka panjang tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh volatilitas pasar. Meskipun sentimen pasar saat ini condong ke arah bearish, masih ada kemungkinan pemulihan jika Bitcoin dapat kembali menembus level psikologisnya di Rp1,63 miliar.
Investor disarankan untuk mengamati pergerakan harga Bitcoin dalam beberapa hari mendatang, terutama apakah BTC dapat mempertahankan dukungan di sekitar Rp1,56 miliar ($96.000) atau justru turun lebih dalam. Dalam jangka panjang, stabilitas permintaan dari pemegang jangka panjang dapat menjadi faktor kunci dalam menentukan arah harga berikutnya.
Baca Juga: Dogwifhat (WIF): Analis Sebut Tren Penurunan WIF Berpeluang Pada Lonjakan Harga (5/2/25)
Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro. Klik Daftar Pintu jika kamu belum memiliki akun atau pilih Pintu Login Web jika sudah memiliki akun.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi
- NewsBTC. Bitcoin $100K Breakdown Spells Trouble for Short-Term Investors – Study Diakses tanggal 5 Februari 2025.
- Featured Image: Generated by AI