Ibu Dokter Aulia Risma Minta 3 Tersangka Atas Kematian Anaknya Dihukum

8 hours ago 1

TEMPO.CO, Jakarta - Langit mendung pagi itu bahkan tidak lebih kelabu dari raut Nuzmatun Malinah. Tatapan orang tua Aulia Risma Lestari itu, terlihat jauh menerawang. Ia mengenang putrinya yang meninggal dalam usia muda akibat kelalaian pihak kampus, tempat pendidikan anaknya untuk menjadi dokter spesialis anestesi.

Aulia Risma ditemukan meninggal di kamar kosnya pada 12 Agustus 2024. Kematiannya diduga akibat praktik perundungan atau bullying yang selama ini berlangsung dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Bullying itu diduga juga bersamaan dengan aksi pemerasan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjelang akhir tahun lalu, Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Tengah telah menetapkan tiga tersangka atas kasus kematian Aulia Risma. Mereka adalah Kaprodi Anestesiologi (TEN), staf administrasi (SM), dan senior korban (ZYA) yang masih mendapat pendampingan hukum dari Universitas Diponegoro (Undip).

Namun, hingga saat ini belum ada putusan lanjutan mengenai status ketiga tersangka. “Harapan kami semuanya tidak hanya berhenti di TSK (tersangka). Hukum di Indonesia sudah jelas, siapa pun yang bersalah harus bertanggung jawab di hadapan hukum,” ujar Nuzmatun yang pagi itu tampak mengenakan setelan serba hitam di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, pada Kamis, 9 Januari 2025. 

Ia berharap siapa pun hakim bisa menjatuhkan hukuman setimpal kepada para tersangka. Nuzmatun masih percaya keadilan masih ada di negara ini. “Kami tidak bisa memberikan apa-apa, kami hanya mohon doa yang setulus-tulusnya untuk perbaikan pendidikan PPDS di Indonesia supaya tidak ada lagi, tidak ada lagi kejadian (seperti) yang menimpa anak saya,” bibirnya bergetar menahan tangis.

Nuzmatun berterima kasih kepada masyarakat yang telah mendukung upaya penegakkan hukum sehingga kasus yang menyebabkan anaknya meninggal bisa terbongkar. Ia juga berterima kasih kepada Kementerian Kesehatan yang telah menisbahkan bingkat penghargaan untuk anaknya.

Ia pun terus memeluk bingkai penghargaan tanda Ksatria Bakti Husada Arutala yang tertulis di atasnya. Ksatria Bakti Husada Arutala adalah gelar tertinggi dari Kementerian Kesehatan bagi pihak yang mengabdikan diri dalam pelayanan dan perlindungan di bidang kesehatan.

Iqbal Muhtarom berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online