Kata LSI Denny JA soal 100 Hari Kepemimpinan Prabowo

1 day ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga riset Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA membuat analisis terhadap sejumlah program maupun rencana kebijakan yang digarap pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada 100 hari kerja. Peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan dari hasil survei tersebut, Prabowo berpotensi menjadi pemimpin Asia yang dikenang seperti Lee Kuan Yew, Mahathir Mohamad, dan Deng Xiaoping.

"Seratus hari ini menjadi titik langkah awal daripada tren positif yang sudah ditunjukkan dan terlihat bahwa Prabowo potensial menjadi pemimpin Asia yang dikenang," kata Ardian dalam konferensi pers perilisan hasil survei, dipantau secara daring di YouTube LSI Denny JA Official, pada Sabtu, 25 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ardian mengatakan selama 100 hari kerja, terdapat 9 program yang mendapat penilaian positif dari survei yang lembaganya lakukan. Program-program tersebut meliputi Makan Bergizi Gratis yang memperoleh skor tertinggi, yaitu 8,4 dari skala 1 hingga 9. Selanjutnya, program rehabilitasi dan renovasi sekolah mendapat skor 8,0, diikuti dengan program swasembada pangan, peningkatan kesejahteraan guru, dan kenaikan upah minimum nasional, masing-masing dengan skor 7,8.

Selain itu, keanggotaan Indonesia dalam BRICS dan program transisi energi hijau juga mendapat skor 7,8, sementara pemberantasan judi online memperoleh skor 7,3. Program penurunan harga tiket transportasi publik menutup daftar dengan skor 7,2.

Selain itu, setidaknya ada tiga program maupun wacana kebijakan Prabowo-Gibran yang mendapat nilai negatif berdasarkan asesmen lembaganya. Pertama, usulan pemilihan kepala daerah (Pilkada) melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang mendapat skor -7,9. Kedua, pembentukan kabinet jumbo dengan skor -6,8. Ketiga, rencana penghapusan utang UMKM yang macet dengan skor -5,7.

Meski potensial, Ardian mengatakan ada tiga prasyarat agar Prabowo bisa menjadi presiden yang dikenang, bahkan pada level yang lebih tinggi lagi. Pertama yaitu Prabowo harus mampu memimpin Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

"Seperti yang dilakukan Deng Xiaoping yang berhasil membawa Cina menjadi kekuatan ekonomi global. Dan memang langkah ini memerlukan reformasi besar," ujarnya.

Kedua, Prabowo perlu menunjukkan visi jangka panjang yang jelas serta membangun stabilitas politik di dalam negeri. Hal ini meliputi penguatan hukum, peningkatan efisiensi birokrasi, integrasi sosial yang mencakup keberagaman Indonesia, dan semangat pro-demokrasi sebagai dasar bagi negara modern.

Ketiga, menurut Ardian, Prabowo harus mampu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengaruh internasional yang kuat, setidaknya menjadi pemimpin regional di ASEAN dan pemain penting di tingkat global. "Seperti Mahathir Mohamad dikenal sebagai suara yang berpengaruh di Asia. Kemudian keanggotaan Indonesia dalam BRICS bisa menjadi titik awal untuk menunjukkan kepemimpinan global.

Jika memenuhi prasyarat ini, kata Ardian, Prabowo akan membawa ke level kepemimpinan Asia yang tidak hanya dikenang, tetapi juga dihormati dan disegani.

Sementara itu, menanggapi hasil survei ini, Direktur Lingkar Madani sekaligus pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan kebijakan Makan Bergizi Gratis dan program lainnya merupakan kebijakan populis yang pasti bisa menaikkan citra positif presiden. Hanya saja menurut dia, citra positif tersebut tidak serta merta membuat Indonesia menjadi negara kuat dan maju.

Ray mengambil pengalaman seperti masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi sering kali berada di atas 70 persen. Namun, di sisi lain, kepemimpinan ayah Gibran Rakabuming ini, menurut dia, justru belum berhasil menyelesaikan berbagai isu penting, seperti pemberantasan korupsi, penegakan hukum, transparansi pemerintah, pengentasan kemiskinan, serta praktik dinasti politik.

“Bagi saya survei-survei kepuasan itu tidak membantu bangsa ini dan meniti jalan emasnya,” kata Ray saat dihubungi Tempo pada Ahad, 26 Januari 2025.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online