Ragam Respons atas Masuknya Virus HMPV ke Indonesia

14 hours ago 1

VIRUS human metapneumovirus atau HMPV, yang baru-baru ini merebak di Cina, dilaporkan telah ditemukan di Indonesia. Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik karena HMPV bukanlah virus baru dan sudah dikenal dalam dunia medis.

Menkes menekankan HMPV berbeda secara signifikan dari virus Covid-19. HMPV telah beredar di dunia sejak 2001 dan menyerupai virus flu biasa, sedangkan Covid-19 adalah virus baru yang memicu pandemi global pada 2020.

“Sistem imunitas manusia sudah lama mengenal HMPV, dan tubuh dapat meresponsnya dengan baik. Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV tidak menyebabkan masalah besar selama ini,” kata Budi dalam keterangan resmi pada Senin, 6 Januari 2025.

Budi juga menjelaskan meskipun virus ini terdeteksi pada anak-anak di beberapa laboratorium, masyarakat tidak perlu panik karena HMPV adalah virus yang sudah lama dikenal dalam dunia medis.

“HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia. Kalau dicek apakah ada, itu memang ada. Saya sendiri melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak terdeteksi HMPV,” kata dia.

Merebaknya kasus HMPV di Cina dan ditemukannya virus itu di Indonesia mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.

PB IDI: Virus HMPV Tergolong Ringan karena Hanya Menyebabkan Flu atau Batuk

Anggota Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan mengatakan gejala penyakit akibat HMPV mirip dengan flu biasa dan ringan-ringan saja sehingga publik tidak usah panik, tetapi tetap waspada. Namun dia menuturkan batuk yang dialami saat terkena virus ini hanya berupa batuk kering.

“Gejala demam, tapi tidak selalu demam, kadang-kadang hanya flu saja dan batuknya umumnya batuk kering, hanya sebagian kecil yang berdahak,” ujar Erlina dalam diskusi ‘Rekomendasi PB IDI Mengenai HMPV’ secara daring pada Rabu, 8 Januari 2025.

Dia menyebutkan gejala lain bila terpapar HMPV adalah nyeri otot, sakit kepala atau pusing, serta kondisi tubuh selalu kelelahan. “Ada nyeri otot, ada sakit kepala dan kemudian kelelahan, males makan dan itu tadi ada kadang-kadang penyempitan saluran napas dari penyakit HMPV," ucapnya.

Erlina mengatakan HMPV juga makin parah bila seseorang telah mengidap penyakit bawaan, seperti asma. Virus ini dapat menyebar pada area paru-paru hingga menyebabkan sesak napas pada penderita asma.

“Virus HMPV ini itu ada gejalanya bisa memberat kalau memang pasiennya sudah punya asma sebelumnya, sehingga terjadilah serangan asma sehingga jadi wheezing ada mengi,” tutur Herlina.

Adapun masa inkubasi virus ini sebelum terinfeksi paling lama hingga enam hari. Dia berujar dalam kurun waktu tersebut gejala akan timbul pada hari ke lima saat terpapar HMPV.

Dia mengatakan HMPV sangat mudah menular karena penderita penyakit ini biasanya mengalami gejala flu hingga batuk. Karena itu, kata Erlina, virus ini lebih cepat menyebar ke masyarakat sebab menggunakan ruang lingkup udara.

Meski demikian, Erlina menyatakan tidak akan terkena dengan seseorang yang memiliki imun atau kekebalan tubuh optimal. Sebab, kata dia, virus ini tergolong ringan karena hanya menyebabkan flu atau batuk yang mampu dimusnahkan oleh imun tubuh yang sehat.

Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto: Masyarakat Perlu Mengedepankan Protokol Kesehatan

Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto mengingatkan publik tidak panik perihal HMPV, tetapi tetap waspada dan segera memeriksakan diri apabila merasakan gejala mencurigakan.

Edy menjelaskan HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan berat, dan kini telah terdeteksi di beberapa negara tetangga seperti Cina dan Malaysia. Belum lama ini, kata dia, Kementerian Kesehatan mengumumkan sejumlah kasus HMPV yang seluruh penderitanya adalah anak-anak.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu meminta pemerintah dan masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah pencegahan dini. Meskipun tingkat keganasan HMPV tidak tergolong sangat tinggi, virus ini bisa dengan cepat menyebar dan menyebabkan pneumonia.

“Dalam beberapa kasus, pneumonia akibat HMPV bisa berkembang menjadi berat dan bahkan berujung pada kematian, terutama bagi kelompok yang memiliki komorbid atau bawaan seperti penderita diabetes,” kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, seperti dikutip dari Antara.

Edy juga mengingatkan HMPV dapat dengan mudah menyebar melalui jalur pergerakan orang. Pintu-pintu negara seperti bandara, pelabuhan, atau jalur darat adalah tempat bertemunya banyak orang dari berbagai negara. Dia pun mendorong pemerintah memperketat prosedur skrining di pintu-pintu masuk Indonesia.

“Masyarakat yang tiba dengan gejala yang mirip dengan infeksi HMPV bisa dikarantina dan diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut,” ujarnya.

Karena itu, dia menilai pencegahan menjadi kunci utama. Dia juga mengimbau masyarakat kembali mengedepankan protokol kesehatan pribadi, seperti menggunakan masker, mencuci tangan secara rutin, dan menutup mulut saat batuk atau bersin.

“Langkah-langkah ini, meskipun sederhana, dapat sangat membantu mengurangi risiko penularan," katanya.

Edy menekankan pentingnya untuk terus melakukan riset dan pengawasan, terutama mengenai perkembangan vaksin dan obat-obatan yang efektif.

“Kami berharap vaksin dapat segera ditemukan jika virus ini menyebar luas di Indonesia. Namun, untuk saat ini, langkah-langkah pencegahan di perbatasan dan protokol kesehatan tetap menjadi hal yang paling penting,” ujarnya.

BBKK Soekarno-Hatta: Kami Memperhatikan Setiap Pelaku Perjalanan

Mewaspadai HMPV yang kini merebak, Balai Besar Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) Soekarno-Hatta memperketat pengawasan terhadap pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Kepala BBKK Soekarno-Hatta Naning Nugrahini mengatakan pengetatan pengawasan dilakukan dengan pemantauan risiko atau Risk Based Assessment (RBA) terhadap alat angkut dan orang (pelaku perjalanan). 

“Pengetatan pengawasan sebagai langkah antisipasi,” ujar Naning, Selasa, 7 Januari 2025.

Naning menjelaskan setiap orang dari luar negeri yang akan bepergian ke Indonesia wajib mengisi riwayat kesehatannya di Satu Sehat Health Pass (SSHP) yang diisi di negara asal atau bandara origin. 

“Kami memperhatikan setiap pelaku perjalanan, mulai dari riwayat kontak, ada tidaknya tanda dan gejala sakit dan tentunya dari negara mana asal pelaku perjalanan tersebut,” ujarnya.

BBKK juga telah mengaktifkan mesin pemindai suhu tubuh, yang dipasang di Terminal 2 Kedatangan Internasional dan Terminal 3 Bandara Soekarn-Hatta. “Thermo scanner diaktifkan dan petugas mengamati setiap pelaku perjalanan yang baru tiba,” ucapnya.

Di terminal kedatangan, ujar Naning, juga dilakukan pemantauan suhu dan observasi visual. Bila ada tanda dan gejala, dilakukan pemeriksaan oleh dokter, dan bila diperlukan dilakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium.

Dia menuturkan pihaknya juga menyediakan laboratorium mini di Pos Kesehatan Terminal 3 Kedatangan Internasional untuk memudahkan pemeriksaan pelaku perjalanan yang ada gejala.

BBKK Soekarno-Hatta juga sedang menyiapkan bahan edukasi dan protokol kesehatan kepada masyarakat agar terhindar dari virus HMVP. Naning meminta masyarakat segera memeriksakan kesehatannya ke fasilitas pelayanan kesehatan apabila terdapat gejala. 

Dinda Shabrina, M. Raihan Muzzaki, Joniansyah, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan editor: KPPU Awasi Tender Program Makan Bergizi Gratis, Ini Alasannya

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online