TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Bambang Wuryanto atau yang akrab disapa Bambang Pacul angkat suara soal isu main dua kaki di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2024 sehingga pasangan yang diusung partai, Andika Perkasa-Hendrar Prihadi kalah oleh Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.
Pernyataan itu merupakan sebagian materi yang dia sampaikan dalam kegiatan Seminar HUT PDI Perjuangan bertema ‘Refleksi 52 Tahun PDI Perjuangan: Perjalanan Panjang Serta Berliku Merawat dan Mengawal Demokrasi’ di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 11 Januari 2025. Selain Bambang Pacul, seminar tersebut juga menghadirkan pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti dan Adi Prayitno.
Mula-mula Bambang mengkilas balik kondisi pemilu sejak 1999 sampai 2024. Sebagai pelaku lapangan, Bambang mengklaim bahwa pada Pemilu 1999-2009 belum ada politik uang. Politik uang dengan berbagai macam wujudnya baru marak sejak Pemilu 2014 atau setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan suara terbanyak yang berhak sebagai wakil rakyat.
“Sejak saat itu politik kita menjadi liberal, kapitalistik. Kalau ada yang bilang bisa menang tanpa politik uang, wonge kon nemoni aku (orangnya suruh menemui saya),” kata Bambang.
Bambang lantas menjabarkan kondisi Jawa Tengah saat pilgub November 2024 lalu. Bambang berujar, jika disurvei dalam keadaan normal serta dikaitkan dengan “perbuatan” partai, hasilnya diperkirakan 46 persen. Namun begitu dihantam politik uang oleh lawan politiknya, PDIP langsung rontok.
Ia membandingkan hasil pemilu 1999 di mana PDIP Jawa Tengah meraih suara 42 persen. Pada pemilu terakhir 2024, perolehan suara turun tinggal 27, 91 persen. “Dengan perolehan 27,91 itu, PDIP di pemilihan gubernur enggak bisa entuk kanca, Pak (tidak dapat teman koalisi). Hanya ditemani partai kecil namanya Hanura, kami dapat suara hampir 41 persen” kata Bambang.
Perolehan prosentase tersebut, kata Bambang, sesungguhnya lebih banyak merupakan effort “pasukan” yang ada di lapangan dan bukan suara yang turun dari langit. Ia menyadari PDIP dan Hanura dikeroyok koalisi partai politik Koalisi Indonesia Maju plus. “Itu pun Bambang Pacul masih dikatakan ‘kau main dua kaki Pacul.’ Izin, itu (pilgub) pertempurannya sudah memakai strategi yang sudah diubah karena pengalaman Pilpres 2024,” tutur Bambang.
Pada Pilpres 2024, kata Bambang, setelah membaca hasil survei pra-pemilu, ia mengistruksikan agar bermain lebih “menyerang.” Namun pada pukulan terakhir kalah karena keterbatasan logistik. Menurut dia logistik PDIP Jawa Tengah ada tapi terbatas. “Lebih kita mainkan di kabupaten/kota,” kata Bambang.
Bambang mencontohkan untuk Kota Semarang PDIP punya kader perempuan yang juga seorang aktivis Katolik dan dari etnis Tionghoa. Kader tersebut akhirnya memenangkan pemilihan wali kota dengan angka yang cukup telak.
“Apakah di Semarang itu kita bertempur dengan kosong-kosong? Oh ya nggih mboten (tentu tidak). Di situ (Semarang) bagaimana (perolehan suara) Pak Andika, Pak Pacul? Nggih menang (ya menang), tapi energinya terbatas. Kalau energinya pemain penuh, bagaimana Pak Pacul? Kira-kira ya masih ada-lah kansnya,” kata Bambang.
Bambang berujar sesungguhnya dia malu karena jago PDIP kalah dalam Pilgub Jateng 2024..Sebab sejak era reformasi, gubernur yang diusung PDIP tidak pernah kalah dalam kontestasi. “Baru di era ini kalah. Di era ketika Bambang Pacul jadi Ketua DPD PDIP Jateng. Itu catatan buruk saya sebagai kader partai,” ujar dia.
Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum Jateng menetapkan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen sebagai pemenang pilgub. Mereka mendapatkan suara 11.390.191 suara atau 59,1 persen suara sah. Adapun Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi meraih 7.870.084 suara atau 40,8 persen suara sah.
Pilihan Editor: Ragam Reaksi terhadap Hasil Sementara Hitung Cepat Pilkada Jateng 2024
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini