TEMPO.CO, Papua - Juru bicara markas pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM Sebby Sambom mengultimatum pemerintah Indonesia agar segera mengevakuasi warganya yang bekerja di wilayah konflik Bumi Cenderawasih.
Sebby meminta, para guru dan tenaga kesehatan yang dikirim pemerintah Indonesia ke pelbagai wilayah Papua, untuk dikembalikan dengan segera sebelum milisi TPNPB melakukan penyerangan kembali. "Kami ingatkan untuk tinggalkan wilayah konflik dengan segera," kata Sebby melalui pesan suara singkat, Rabu, 26 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, milisi TPNPB menolak keberadaan guru dan tenaga kesehatan di wilayah Papua. Alasannya, mereka dinilai sebagai bagian dari intelijen pasukan keamanan Indonesia.
Penilaian Sebby dan milisi TPNPB itu didasari dari pernyataan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, yang sebelumnya menyebutkan bahwa pasukannya di Papua turut bertugas sebagai tenaga pengajar dan tenaga kesehatan. "Kami ingatkan Yahukimo, Nduga, Intan Jaya, dan Puncak Jaya itu wilayah konflik. Segera tinggalkan," ujar dia.
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Candra Kurniawan mengatakan, TNI telah mengevakuasi puluhan guru dan tenaga kesehatan di sejumlah titik di Papua.
Titik tersebut antara lain, dari Distrik Heriapini, Kosarek, Ubalihi, Nisikni, Walma, dan Kabianggam. Para guru dan tenaga medis itu diterbangkan menuju Jayapura melalui Wamena guna menghindari risiko serangan lanjutan.
Namun, Candra membantah jika guru dan tenaga medis yang diserang milisi TPNPB di Yahukimo adalah intelijen. Ia mengatakan, tudingan tak berdasar TPNPB itu adalah upaya playing victim untuk menutupi penyerangan. "Ini adalah propaganda mereka untuk menutupi kebiadabannya," kata Candra.
Sebelumnya, pada Jumat, 21 Maret lalu milisi TPNPB Kodap XVI Yahukimo melancarkan penyerangan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Dalam serangan ini, enam guru dinyatakan tewas.
Candra Kurniawan mengatakan, korban tewas dengan cara dibakar hidup-hidup oleh milisi TPNPB. Menurut Candra, para korban dibakar ketika masih berada di dalam gedung sekolah. "Mereka (TPNPB) membakar sekolah dan rumah guru," kata Candra.