Selular.ID – Nokia akhirnya resmi menunjuk eksekutif Intel Justin Hotard sebagai presiden dan CEO, menggantikan Pekka Lundmark.
Lundmark yang menjabat sebagai CEO Nokia sejak 2020, akan terus menjadi penasihat CEO baru hingga akhir tahun.
Saat ini Hotard adalah kepala AI dan pusat data di Intel. Ia baru akan memulai peran barunya itu pada 1 April 2025.
Dalam sebuah pernyataan, Senin (10/2/2025) Nokia menjelaskan Lundmark memutuskan untuk mengundurkan diri dan beralih ke fase berikutnya dalam kariernya.
Ketua dewan direksi Nokia Sari Baldauf mencatat Hotard memiliki rekam jejak yang kuat dalam mempercepat pertumbuhan di perusahaan teknologi dan keahlian yang luas di pasar AI dan pusat data, yang merupakan area penting untuk pertumbuhan.
Baldauf menambahkan di bawah masa jabatan Lundmark, Nokia membangun kembali kepemimpinannya dalam jaringan radio 5G.
Lundark juga mendorong posisi yang kuat dalam jaringan inti berbasis cloud dan infrastruktur jaringan yang menghasilkan pertumbuhan dan peningkatan laba yang signifikan.
Ian Fogg, analis industri di CCS Insight, mencatat di LinkedIn bahwa perubahan kepemimpinan dapat mengindikasikan perubahan arah strategis.
“Perkirakan akan ada banyak diskusi AI seputar penunjukan tersebut. Memisahkan pembicaraan dari substansi AI akan menjadi penting.”
Sebelumnya pada September 2024, Nokia membantah laporan media bahwa mereka telah memulai proses untuk mencari CEO baru.
Lundmark bergabung dengan perusahaan tersebut selama masa sulit, ketika laba dan harga sahamnya turun.
Dalam panggilan pendapatan pada akhir Januari, Lundmark mengatakan bahwa ia optimis tentang peningkatan tren pasar menuju tahun 2025.
Pada Q4 2024, penjualan bersih pada mata uang konstan tumbuh 9 persen tahun-ke-tahun menjadi €6 miliar, dengan laba bersih €813 juta dibandingkan dengan kerugian €33 juta pada Q4 2023.
Baca Juga: Senyum Semringah Pekka Lundmark Imbas Kinerja Nokia Kembali Mengilap
Rumor Pergantian Mencuat Sejak September Tahun Lalu
Sejatinya pergantian Pekka Lundmark telah berhembus kencang sejak September tahun lalu. Keputusan yang diambil oleh ketua Dewan Direksi Nokia Sari Baldauf, akhirnya menjawab isu tersebut.
Pekka sendiri juga sudah menyadari bahwa dirinya berada dalam posisi genting. Kinerja yang menurun pada kuartal kedua 2024, membuat ia pasrah posisinya bisa digantikan setiap saat.
Saat itu Nokia telah secara resmi menanggapi laporan media yang mengklaim perusahaan tersebut tengah mencari kandidat baru untuk menggantikan Pekka.
Raksasa Finlandia itu, mengatakan bahwa pihaknya tersebut tengah melakukan “perencanaan suksesi berkala.”
Sekedar diketahui pada Kamis (12/9), Financial Times (FT) melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui situasi tersebut, bahwa pencarian CEO baru sedang berlangsung.
Media yang berbasis di London itu, menyebutkan bahwa setidaknya satu orang pencari bakat telah ditunjuk untuk membantu proses tersebut.
Nokia yang pernah menjadi produsen ponsel terbesar tersebut tengah bergulat dengan harga saham yang merosot dan penjualan yang anjlok.
Imbas persaingan yang ketat dengan pemain sejenis dan melemahnya permintaan, terutama divisi jaringan selular karena kegagalan 5G dalam menghasilkan pendapatan tambahan bagi operator.
Kondisi itu memaksa perusahaan harus melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk PHK ribuan karyawan di berbagai negara.
Laporan FT mengatakan bahwa langkah untuk menggantikan Lundmark dilakukan setelah pemegang saham frustrasi karena ketidakmampuannya untuk meningkatkan angka pendapatan, yang saat ini lebih rendah dibandingkan 2016 setelah pengambilalihan Alcatel-Lucent senilai €15,6 miliar.
Sebelumnya dalam laporan kinerja Q2-2024, Nokia membukukan hasil buruk. Perusahaan mencatat penurunan penjualan sebesar 18% tahun-ke-tahun di seluruh lini bisnis.
Saat itu Pekka mengaitkan penurunan penjualan Nokia sebesar €4,5 miliar sebagian karena Q2 2023 menjadi puncak pembelanjaan 5G di India, sehingga menjadikannya perbandingan yang sulit.
Namun, ia juga mengindikasikan bahwa operator selular tetap berhati-hati dalam membelanjakan capex pada kuartal terakhir.
Menurunnya kinerja Nokia pada Q2-2024, sejatinya telah tercermin pada kuartal sebelumnya.
Kehilangan kontrak besar dari AT&T, karena berpindah ke Ericsson tahun lalu, membuat Nokia sedikit limbung.
Namun langkah efisiensi besar-besaran, sekaligus upaya menggenjot pasar utama, seperti India, membuat kinerja Nokia kembali ke jalur pertumbuhan. Seperti tercermin dari kinerja yang diraih perusahaan pada Q4-2024.
Sayangnya, pencapaian tersebut tidak menolong Pekka Lundmark. Setelah lima tahun menahkodai Nokia, Pekka harus menyerahkan tongkat estafet CEO ke tangan Justin Hotard.
Baca Juga: Laba Amblas 20%, Pekka Lundmark Optimis Nokia Kembali Bangkit di Semester Kedua Tahun Ini