Jakarta -
Balita dengan segudang polahnya terkadang membuat orang tua geleng-geleng kepala. Mereka terus mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dan dirinya sendiri.
Seiring perkembangannya, balita juga dapat mengekspresikan emosinya. Salah satu hal yang biasa terlihat, yaitu balita suka memukul diri sendiri. Si Kecil mengalaminya?
Hal ini semua cukup normal, jika berbicara tentang perkembangan, Bunda. Balita mempunyai emosi yang besar dan terkadang memukul adalah satu-satunya cara mereka memberi tahu kita, orang dewasa, bahwa mereka sedang marah, lelah, lapar, atau sekadar marah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua perilaku balita pada dasarnya untuk mengomunikasikan sesuatu. Jadi, anak yang memukul dirinya sendiri kemungkinan besar frustrasi atau mencari perhatian," kata Alexandra Carter, seorang psikolog anak di Port Moody, BC, seperti dikutip dari Today's Parents.
"Pukulan atau hantaman bahkan mungkin bersifat merangsang diri sendiri, artinya terasa menyenangkan dan memenuhi kebutuhan sensorik," lanjutnya.
Lebih jelasnya, Bunda bisa ketahui penyebab di balik balita suka memukul diri sendiri dan cara tepat untuk mengatasinya.
Alasan balita memukul diri sendiri
Dilansir dari laman Parents, balita akan memukul diri sendiri karena ketidakmampuan mereka untuk mengungkapkan keinginan atau kebutuhan mereka. Ditambah lagi, Si Kecil kesulitan mereka untuk menavigasi lingkungan mereka dengan baik. Secara keseluruhan hal tersebut dapat menjadi penyebab amukan.
1. Frustrasi
Jika Si Kecil memiliki toleransi yang rendah terhadap rasa frustrasi, balita mungkin memukul diri sendiri sebagai cara untuk mengekspresikan kekesalan mereka. Apabila melihat hal ini terjadi, perhatikan pemicu apa pun yang menyebabkan amukan tersebut.
Mungkin Bunda mengatakan tidak pada sesuatu yang sangat ingin dilakukan anak atau mungkin mereka terlalu lelah dan lapar. Penyebab umum amukan pada balita meliputi rasa sakit, kelelahan, dan kelaparan.
2. Nyeri
Penjelasan lain mengapa balita tiba-tiba memukul diri mereka sendiri adalah karena mereka mungkin merasakan nyeri fisik. Misalnya, balita yang memukul diri mereka sendiri di bagian samping kepala mungkin mengalami infeksi telinga.
Sementara itu, bayi yang sedang tumbuh gigi mungkin juga memukul diri mereka sendiri untuk mengatasi nyeri di gusi mereka. Terkadang, memukul dapat menenangkan diri.
Perhatikan bagian tubuh mana yang mereka pukul. Terkadang, anak-anak mencoba mengomunikasikan bagian tubuh mana yang terasa nyeri, tergantung pada sumber nyeri. Namun, jika tidak yakin apa yang menyebabkan nyeri tersebut, Bunda bisa berkonsultasi dengan dokter.
3. Kurangnya keterampilan komunikasi
Dikutip dari laman Healthline, jika anak merasakan emosi yang besar seperti marah, cemburu, takut, atau bingung, tetapi kosakatanya belum berkembang, memukul seperti satu-satunya cara untuk memberi tahu Bunda apa yang terjadi di kepala kecilnya.
Si Kecil mungkin juga kesal dengan diri mereka sendiri karena tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka. Anak kemudian memukul kepala mereka sendiri karena frustrasi dapat menjadi respons alami.
4. Menenangkan diri sendiri atau mencari sensasi
Beberapa anak lebih menyukai pengalaman sensorik fisik daripada yang lain. Si Kecil mungkin akan memukul diri mereka sendiri untuk memenuhi keinginan akan rangsangan fisik. Beberapa anak juga melakukan gerakan fisik berulang sebagai cara menenangkan diri saat mereka stres atau lelah.
5. Cari perhatian
Balita sangat suka mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya dan Si Kecil akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Jika orang tuanya bereaksi keras saat pertama kali mereka memukul diri mereka sendiri, mereka mungkin akan mengulangi perilaku tersebut untuk membuat orang tuanya terus marah.
Cara mengatasi balita yang suka memukul dirinya sendiri
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/M-image
Dikutip dari laman Parents, jika akar penyebabnya tidak jelas, Bunda dan Ayah harus meluangkan waktu seminggu untuk mencatat hasil pengamatan. Cari polanya: Apakah itu terjadi pada waktu tertentu dalam sehari? Selama tugas tertentu? Setelah jenis acara tertentu? Dalam suasana tertentu?
Selain itu, orang tua juga perlu tahu beberapa hal berikut ini:
1. Atasi semua kebutuhan fisik anak
Jika anak jelas-jelas memukul dirinya sendiri karena lapar, kedinginan, tumbuh gigi, atau haus, orang tua tidak akan bisa mengatasi perilakunya sampai kebutuhan fisiknya terpenuhi.
Coba untuk membuat mereka merasa lebih nyaman, lalu tunjukkan kepada mereka bagaimana mereka bisa memberi tahu orang tuanya bahwa mereka membutuhkan sesuatu.
2. Ajarkan anak mengekspresikan emosi
Tidak ada kata terlalu dini untuk mengajari anak cara yang tepat untuk mengekspresikan kemarahan atau frustrasinya.
Jika mereka memukul diri sendiri karena menara balok mereka jatuh lagi, cobalah tunjukkan kepada mereka cara yang tepat untuk melampiaskannya. Mereka bisa memukul bantal, menghentakkan kaki di tempat, atau meninggalkan ruangan untuk istirahat.
3. Dengarkan apa yang mereka alami
Terkadang kita yang sedang emosional hanya ingin didengarkan. Hal tersebut juga berlaku untuk anak-anak. Cara ini tidak hanya memvalidasi perasaan mereka, tetapi juga menunjukkan bahwa orang tua peduli pada anak-anak dan memahami perasaan mereka.
4. Bantu mereka memberi label pada perasaan yang besar
Setiap orang cenderung menggolongkan perasaan ke dalam kategori baik dan buruk, tetapi hal itu dapat menyulitkan balita untuk bereaksi dengan tepat, Bunda.
Memberi mereka kata-kata spesifik untuk menggambarkan seluruh rentang emosi manusia dapat membantu mereka memahami cara berbagi emosi rumit mereka dengan orang tua secara verbal. Selain itu, cara ini juga dapat menghindari beberapa gangguan terkait komunikasi di masa mendatang.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)