Jakarta -
Puasa merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim saat sudah baligh. Namun, mengajarkan kewajiban puasa pada anak sering kali jadi tantangan bagi para orang tua. Bunda salah satunya?
Anjuran mengajarkan puasa pada anak-anak sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari kalangan perempuan Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz:
"Suatu pagi di hari Asyura’, Rasulullah SAW mengirim petugas ke perkampungan kaum Anshar (untuk menyampaikan), 'Siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka ia harus menggantinya pada hari yang lain dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari maka hendaklah ia melanjutkan puasanya.'"
Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz)berkata: "'Setelah itu kami berpuasa, kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa dan kami buatkan untuk mereka mainan dari bulu domba. Apabila salah seorang dari mereka menangis meminta makan, maka kami beri mainan itu hingga tiba waktu berbuka puasa.'" (HR. Bukhari).
Bagaimana tahapan mengajarkan puasa pada anak?
Perintah untuk berpuasa sendiri sejatinya telah tertuang dalam surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. al-Baqarah (2):183).
Dalam Al-Muhadzzab disebutkan juga tentang kapan usia yang tepat anak mulai berpuasa, yakni di usia tujuh tahun bila kuat. Selanjutnya, puasa diwajibkan pada anak yang sudah berusia 10 tahun, meskipun belum baligh.
وَأَمَّا الصَّبِيُّ فَلَا تَجِبُ عَلَيْهِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يُفِيْقَ). وَيُؤْمَرُ بِفِعْلِهِ لِسَبْعِ سِنِيْنَ إِذَا أَطَاقَ الصَّوْمَ وَيُضْرَبُ عَلَى تَرْكِهِ لِعَشْرٍ قِيَاساً عَنِ الصَّلاَة
Artinya:
"Adapun anak kecil maka tidak wajib baginya berpuasa karena ada hadis Nabi SAW, 'Kewajiban diangkat dari tiga orang, yaitu anak kecil hingga ia balig, orang yang tidur hingga bangun, orang gila sampai ia sadar,'. Anak kecil berumur tujuh tahun diperintahkan untuk berpuasa apabila ia kuat dan anak yang sudah berumur sepuluh tahun dipukul jika meninggalkan puasa, diqiyaskan dengan salat," (Lihat Abu Ishaq Ibrahim Asy-Syairazy, Al-Muhadzzab fî Fiqhis Syafi'i, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyyah, juz I, halaman 325).
Menurut Ustazah Dr. Hibana, S.Ag., M.Pd dari Aisyiyah, orang tua perlu mengajarkan pada anak agar mereka memahami tentang kewajiban ibadah puasa. Proses perkenalannya pun disesuaikan dengan usia anak.
Tahapan mengajarkan puasa pada anak
Berikut tahapan-tahapan mengajarkan puasa pada anak menurut Hibana:
1. Perkenalkan tentang nilai agama
Ustazah Hibana menuturkan bahwa mengenalkan tentang kewajiban puasa pada anak merupakan hal penting bagi orang tua.
"Kita perlu memberitahu bahwa puasa adalah ibadah yang sangat dicintai oleh Allah. Pahalanya sangat besar bagi mereka yang mau berlatih melaksanakan," ujarnya kepada HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Kenalkan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak. Bisa melalui cerita, percakapan, gambar, video terkait puasa, atau dengan kegiatan seru agar anak bisa paham tentang konsep puasa.
Jika anak sampai menolak, misalnya tidak mau diajak berpuasa atau ke masjid, maka tandanya konsep awal mengenai nilai agama masih belum dipahami oleh anak. Tetap berikan pemahaman dulu sampai anak bisa mengerti ya, Bunda.
2. Berikan motivasi
Langkah berikutnya yakni dengan memberikan motivasi untuk melaksanakan ibadah puasa sesuai usia. Berikan semangat, dukungan, serta pemahaman bahwa puasa boleh dilakukan sesuai kemampuan.
"Setengah hari dulu tidak apa-apa. Tapi kalau bisa sampai sore ya alhamdulillah, apalagi kalau bisa sehari penuh," tutur Hibana.
3. Jadi contoh teladan
Jika Bunda ingin Si Kecil belajar berpuasa dengan sungguh-sungguh dan gembira, maka orang-orang di sekitar mereka pun perlu memberi teladan dengan suasana menyenangkan pula.
4. Berikan apresiasi atas upaya anak
Ilustrasi mengajarkan puasa pada anak/Foto: Getty Images/ibnjaafar
Selain dalam bentuk pujian, apresiasi juga bisa diberikan dengan memberi hadiah atau reaksi emosi yang menyenangkan. Terutama dukungan penuh dari Ayah dan Bunda di rumah.
"Jangan lupa berikan penguatan dengan berupa pujian atau penghargaan, pada sekecil apa pun usaha yang sudah dilakukan anak. Ia sudah berlatih puasa sampai jam 10 misalnya, berikan jempol dan pujian hebat," pesan Hibana.
Hal yang perlu menjadi perhatian, Hibana juga menyebut bahwa sesekali punishment juga perlu disampaikan pada anak. Misalnya saat anak tidak serius berpuasa atau tidak mau salat dengan sungguh-sungguh.
'Hukuman' yang diberikan bukan berupa ancaman atau secara fisik, tapi bisa berupa menyampaikan pendapat. Contohnya sampaikan bahwa, 'Bunda akan lebih senang jika adik mau berlatih puasa'.
5. Dukungan stimulasi secara berulang
Berikan stimulasi terus-menerus dan berulang sampai tuntas. Penyampaian dan contoh teladan tentang ibadah, termasuk puasa, tidak bisa dilakukan hanya satu kali, Bunda.
Hal ini perlu dilakukan beberapa kali, sampai nilai agama yang ingin ditanamkan bisa benar-benar dipahami dan menjadi satu konsep dalam diri anak.
"Ketika anak sudah melakukan aktivitas yang kita harapkan, misalnya puasa atau salat tarawih di masjid, jangan lupa ajak anak mengobrol. Tanyakan umpan balik tentang perasaannya," tutur Hibana.
Apabila anak masih memberi respons negatif, misalnya bosan, tidak suka, atau capek, orang tua dapat memberikan penguatan kembali. Kembali ke langkah awal seperti dengan berdiskusi dan membacakan buku cerita tentang puasa.
Jangan lupa temukan lingkungan yang mendukung upaya Bunda dalam memperkenalkan tentang puasa pada anak. Termasuk dengan mencari teman sebaya anak yang sudah gemar dan mampu berpuasa.
"Ketika berbagai upaya sudah dilakukan tapi anak belum semangat atau malas-malasan, ayo kita cari lingkungan atau teman-teman yang semangat. Jika perlu kita pilih dan antarkan," ungkap Hibana.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)