Jakarta -
Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami kecemasan, Bunda. Jika dibiarkan, mereka akan menjadi anak yang tidak tangguh dan menghadapi kesulitan di masa depan.
Kondisi kesehatan mental pada anak mungkin sulit disadari oleh Bunda dan Ayah. Akibatnya, banyak anak yang tidak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Belum lama ini, statistik NHS menyebut ada 204.526 rujukan anak-anak dengan penyebab utama adalah kecemasan. Angka ini didapatkan dari layanan kesehatan mental pada tahun 2023 sampai 2024.
Sekretaris Jenderal European Society of Child and Adolescent Psychiatry, Profesor Andrea Danese, menyebut bahwa meski saat ini masyarakat memiliki kesadaran lebih besar tentang kesehatan mental, hal ini juga memberikan tekanan.
"Menghadapi tantangan dan kesulitan adalah hal yang normal dan penting dalam hal pertumbuhan individu," ujarnya dikutip dari laman The Paper.
"Begitulah cara kaum muda mengembangkan ketahanan emosional. Mereka mempelajari keterampilan koping dalam menghadapi banyak tantangan kecil dan membangun kepercayaan diri tentang kemampuan mereka untuk mengatasinya," sambungnya.
Perlu diketahui bahwa mendiagnosis anak dengan kecemasan memerlukan perhatian medis yang mungkin akan terus berlanjut hingga periode tertentu. Kondisi ini pun akan membuat Si Kecil kesulitan dalam sekolah, menjalin persahabatan, serta kehidupan keluarga.
Tanda anak tidak tangguh
Menurut praktisi parenting, Natalie Costa, ada beberapa tanda yang mungkin terlihat pada anak tidak tangguh. Berikut ini Bubun bantu bagikan deretannya:
1. Perfeksionis
Menunjukkan emosi adalah hal yang sehat. Namun, banyak anak yang menangis dan menyerah karena pekerjaan rumahnya tidak 'sempurna'.
Ketika mereka menangis, pemikiran rasional menjadi tidak mungkin karena korteks pra-frontal, yakni bagian otak yang berfokus untuk menemukan solusi, dinonaktifkan. Anak pun sedang dalam mode melawan atau lari, Bunda.
"Katakan pada anak bahwa ini sulit dan tidak apa-apa untuk merasa seperti ini. Beristirahatlah dan ketika emosi anak sudah mereda, dorong mereka untuk memikirkan waktu sebelumnya mereka mengatasi tantangan untuk mengingatkan mereka bahwa mereka mampu sebelum mereka mencoba kembali mengerjakan pekerjaan rumahnya," ujar Natalie.
2. Menyerah karena kegagalan kecil
Sistem pendidikan mengajarkan anak-anak untuk mengasosiasikan harga diri dengan validasi eksternal. Jika seorang anak tidak berprestasi secara akademis, sikap apatisnya bisa muncul dan mereka akan berpikir tidak ada gunanya untuk mencoba.
Bunda perlu mengajari anak pentingnya mengembangkan keterampilan toleransi frustrasi. Anak akan paham bahwa mempelajari sesuatu yang baru akan sulit, tetapi melakukan hal-hal sulit dan membuat kesalahan sangat penting karena membuat otak menjadi berkembang.
"Dorong mereka untuk mencari peluang belajar dari kesalahan mereka. Kegagalan menunjukkan kepada mereka di mana mereka harus tumbuh," papar Natalie.
3. Gangguan tidur
Ilustrasi Anak Tidur/Foto: iStock
Sama seperti orang dewasa, ketika anak merasa stres, mereka menjadi lebih sulit untuk tidur. Ketika anak tidak mendapatkan tidur yang nyenyak, mereka jelas akan menjadi lebih jengkel dan kurang tangguh di keesokan harinya.
Anak sering kali lebih cenderung membagikan kekhawatirannya di waktu yang lebih tenang sebelum tidur. Jadi, ada baiknya Bunda membuat anak untuk mengungkapkan perasaannya di selembar kertas.
"Masukkan kertas ke dalam toples dan beritahu anak bahwa pikiran mereka akan aman bersama Bunda dalam semalam dan Bunda bisa melihat isinya bersama di esok hari saat otak anak sudah beristirahat," ujar Natalie.
4. Mudah marah
Berjuang untuk menghadapi tantangan dalam hidup tentu akan menyebabkan timbulnya ledakan kemarahan. Namun, perlu disadari bahwa kemarahan adalah emosi sekunder yang menyembunyikan perasaan rentan seperti rasa tidak aman.
"Kuncinya adalah mengatur respons anda terhadap pintu yang dibanding (oleh anak), merajuk, dan gertakan. Tarik napas dalam-dalam dan tinggalkan ruangan jika perlu," ucap Natalie.
5. Sakit perut
Anak-anak yang tidak tangguh akan berjuang untuk mengatasi kemunduran atau rasa cemas. Tidak hanya itu, mereka juga mungkin akan sering merasakan sakit perut.
"Anak-anak yang berjuang untuk mengatasi kecemasan mungkin sering mengeluh sakit perut atau sakit kepala," ujar dokter umum, Dr. Deepali Misra-Sharp.
Bukan tanpa alasan, hal ini karena otak berkomunikasi langsung dengan usus melalui saraf vagus, yakni bagian dari sumbu otak-usus. Hormon stres seperti adrenalin dan kortisol bisa memperlambat pencernaan, meningkatkan asam lambung, dan menyebabkan otot-otot di usus menegang, sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman, kram, atau bahkan mual.
"Sakit perut yang disebabkan oleh kekhawatiran ini biasanya berlangsung selama beberapa jam hingga satu hari dan sering membaik setelah sumber stres diatasi atau anak merasa tenang," kata Deepali.
6. Anak tidak ingin bertemu temannya
Anak yang tidak ingin bertemu dengan teman-temannya bisa menjadi salah satu tanda bahwa anak tidak tangguh. Bukan tanpa alasan, kondisi ini bisa saja terjadi karena mereka menerima komentar tidak mengenakkan atau merasa dikucilkan.
"Saya melihat begitu banyak anak melaporkan merasa dikucilkan atau tidak tahu bagaimana membela diri mereka sendiri," kata Natalie.
7. Tidak ingin berpisah dari Bunda
Anak yang lebih memilih bersama Bunda di rumah daripada mengikuti klub olahraga atau bermain, bisa menjadi tanda bahwa anak tidak merasa cukup kuat untuk menghadapi sebuah situasi. Mereka akan menganggap momen ini sebagai hal yang bisa membuat frustrasi.
"Jangan salahkan mereka. Mereka pasti sudah merasa malu. Sebaliknya, tunjukkan dengan tepat penyebab rasa tidak ingin berpisah ini," tutur Natalie.
"Mainkan permainan detektif. Cari tahu aktivitas apa yang kemungkinan besar akan mereka lewatkan dan alasannya," imbuhnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)