Pertumbuhan pesat teknologi, membuat paparan screen time pada anak tak bisa dihindari. Banyak orang tua menggunakan screen time untuk menghibur atau mengalihkan perhatian anak.
Cara ini memang berhasil membuat anak diam dalam beberapa waktu. Namun, apa dampak screen time terhadap otak anak-anak?
Ilmuwan otak yang mempelajari dampak screen time terhadap otak bayi belum memiliki semua jawabannya, tetapi apa yang mereka ketahui akan membantu orang tua memahami betapa pentingnya menyediakan pengalaman tanpa screen time. Tanpa screen time, anak-anak akan belajar, meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif mereka, serta menjadi lebih sehat dan bahagia di masa depan.
Dikutip dari laman UNICEF, ilmuwan otak terkemuka di dunia yang sudah melakukan eksperimen lebih dari 4.000 bayi setiap tahun, Patricia Kuhl mengungkap cara kerja otak bayi di bawah satu tahun.
"Yang kami temukan adalah bahwa bayi kecil, yang berusia di bawah satu tahun, tidak belajar dari mesin," katanya.
"Bahkan jika Anda menunjukkan video yang menarik kepada mereka, perbedaan dalam pembelajarannya sangat luar biasa. Anda mendapatkan pembelajaran jenius dari manusia yang hidup, dan Anda tidak mendapatkan pembelajaran apa pun dari mesin,” ungkap Kuhl.
Mungkin itulah sebabnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar orang tua tidak memberikan waktu untuk screen time bayi di bawah dua tahun. Selain itu, dibatasi juga waktunya tidak lebih dari satu jam waktu layar sehari untuk mereka yang berusia 2 hingga 4 tahun, Bunda.
Terlalu banyak waktu layar dapat menyebabkan 'autisme virtual'?
Temuan lainnya, anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar memiliki keterampilan sosial yang buruk dan kecerdasan emosional yang rendah hingga remaja. Associate Professor di University Sunshine Coast, Michael Nagel mengatakan efek dari waktu layar yang berlebihan dapat mirip dengan beberapa gejala gangguan spektrum autisme.
Salah satu penulis buku Becoming Autisti, Dr. Nagel mengutip penelitiannya sendiri dan penelitian orang lain, mengatakan anak-anak yang terkena dampak screen time menunjukkan teori pikiran yang buruk, kemampuan untuk memahami pikiran atau emosi orang lain.
Psikolog perkembangan mengatakan anak-anak dengan "autisme virtual" (bukan merupakan diagnosis klinis yang diakui) sering kali mengalami kesulitan mempertahankan kontak mata, memperhatikan, dan mengatur emosi.
Mengutip laman ABC, istilah "autisme virtual" dicetuskan oleh psikolog klinis Marius Zamfir, dari Universitas Spiru Haret di Rumania. Makalah Dr. Zamfir tahun 2018 yang diterbitkan dalam Jurnal Studi Sastra Rumania meneliti anak-anak di bawah usia tiga tahun yang menghabiskan lebih dari empat jam waktu di depan layar per hari.
Makalah tersebut memaparkan dampak dari penelitian menunjukkan ada penurunan kemampuan bahasa, kognisi, dan sosial pada anak-anak tersebut.
Pengaruh screen time terhadap perkembangan anak secara keseluruhan
Menurut sebuah penelitian terhadap 7.097 anak yang diterbitkan tahun 2023, screen time selama satu hingga empat jam per hari pada usia satu tahun, dikaitkan dengan risiko keterlambatan perkembangan yang lebih tinggi dalam komunikasi, motorik halus, pemecahan masalah, dan keterampilan pribadi dan sosial pada usia dua tahun.
“Ini adalah penelitian yang sangat penting karena memiliki ukuran sampel anak-anak yang sangat besar yang telah diikuti selama beberapa tahun,” kata Dr. Jason Nagata, profesor madya pediatri di University of California, San Francisco, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, dikutip dari CNN.
“Penelitian ini mengisi celah penting karena mengidentifikasi keterlambatan perkembangan tertentu (dalam keterampilan) seperti komunikasi dan pemecahan masalah yang terkait dengan waktu di depan layar,” kata Nagata.
“Anak-anak belajar cara berbicara jika mereka didorong untuk berbicara, dan sangat sering, jika mereka hanya menonton layar, mereka tidak memiliki kesempatan untuk berlatih berbicara,” katanya.
Menurut Nagata, anak-anak mungkin mendengar banyak kata, tetapi mereka tidak berlatih mengucapkan banyak kata atau melakukan banyak interaksi bolak-balik, Bunda. Selain itu juga, dengan menonton layar pasif yang tidak memiliki komponen interaktif atau fisik, anak-anak cenderung lebih banyak duduk dan kemudian tidak dapat melatih keterampilan motorik.
Jika anak-anak tidak memiliki cukup waktu untuk bermain atau diberi tablet untuk menenangkan emosi negatif, hal itu dapat mencegah tonggak perkembangan penting yaitu kemampuan untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Screen time untuk mengembangkan kemampuan anak lainnya
Sudah banyak diasumsikan bahwa peningkatan signifikan dalam screen time dalam beberapa tahun terakhir telah menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, tetapi penelitian telah menemukan bahwa itu tidak sepenuhnya benar.
Dikutip dari Psychology Today, dalam perbandingan anak-anak saat ini dan kelompok sebelumnya yang tumbuh dewasa sebelum munculnya media sosial, yang didasarkan pada evaluasi oleh guru dan orang tua, hanya ada sedikit perbedaan yang terdeteksi dalam perkembangan sosial.
Faktanya, generasi muda mendapat skor sedikit lebih tinggi dalam hal pengendalian diri dan keterampilan interpersonal, mungkin karena begitu banyak screen time saat ini pada dasarnya bersifat interaktif.
Kendati demikian, yang terbaik bagi anak-anak kecil adalah berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Ini adalah cara mereka belajar tentang isyarat non-verbal, kontak mata, bahasa tubuh, dan keterampilan sosial dan komunikasi lainnya.
Tetapi screen time yang terkendali dapat membantu anak kecil membangun hubungan dan mempelajari keterampilan juga, terutama ketika anak tidak dapat berinteraksi secara langsung. Dikutip dari Raising Children, misalnya:
- Platform obrolan video dan konferensi seperti Zoom atau FaceTime dapat membantu anak tetap terhubung dan membangun hubungan dengan anggota keluarga yang tinggal jauh.
- Gim video atau aplikasi multi pemain yang sesuai usia dapat membantu anak Anda mengembangkan keterampilan sosial seperti bermain secara bergiliran dan bermain sebagai bagian dari tim dengan orang yang mereka kenal di dunia nyata.
- Waktu bermain bersama membangun hubungan orang tua dengan anak. Misalnya, bermain gim atau menonton acara bersama mengubah waktu bermain menjadi waktu keluarga, terutama saat kita membicarakan apa yang sedang dimainkan atau tonton.
Jadi, sebaiknya orang tua juga menonton atau bermain saat anak bersosialisasi secara daring. Sehingga screen time tidak membuat cara sosialisasi anak menjadi buruk di kemudian hari.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)