Etika Miftah Saat Makan Bareng Pejabat Disorot, Angkat Kaki hingga Pakai Tangan/Foto: 20Detik
Jakarta, Insertlive -
Miftah Maulana alias Gus Miftah masih terus disorot. Salah satunya ketika Miftah makan bersama para pejabat.
Video yang tersebar di media sosial TikTok itu disebutkan terekam awal tahun 2024 sebelum Miftah dilantik sebagai Utusan Khusus Presiden.
Disebutkan bahwa Miftah dipertemukan dengan beberapa pejabat dalam acara makan bersama di sebuah resto.
Miftah tampak duduk di sofa biru sementara para pejabat duduk di hadapannya.
Banyak makanan yang tersedia di atas meja makan sehingga Miftah dan para pejabat bisa langsung menyantap makanan yang tersedia.
@absurdity.id Miftah Maulana Habiburrohman atau Gus Miftah, Penceramah yang dekat dengan oligarki dan lingkaran kekuasaan pada masa pemerintahan Presiden Jokowi dan pada masa pemerintah Presiden Prabowo diberikan jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan ini sudah beberapa kali menunjukan perilaku yang sangat membagongkan, tidak beradab, tidak berempati, dan tak beretika, Diantaranya : 1. makan besar di hadapan banyak orang tua dengan menggunakan kacamata hitam dan menaikkan kaki hingga terlihat di meja makan 2. menojor kepala istri di hadapan penonton ceramahnya. 3, Yang terakhir adalah mengolok penjual es dengan kata tidak pantas. Tonton sampai selesai VT ini, share, dan follow akun ini. #gusmiftah #akhlak #empati #adab #etika #jualagama #oligarki #buzzer #TikTokAwardsID #ceramah #tukanges #magelang #fyp #videoviral ♬ suara asli - Indonesian AbsurditySelain itu, Miftah juga terlihat mengangkat salah satu kakinya ke atas sofa yang dinilai tak sopan.
"Makan kayak gitu emang sunah nabi tapi lihat kondisi juga dong," komentar warganet.
"Sunnah Rasul makan kayak gitu, tapi kalau lesehan, kalau di atas meja, kenapa gak sambil duduk di lantai aja," sindir yang lainnya.
Selain itu, psikolog Lita Gading juga ikut mengomentari sikap tersebut yang dinilai tak beradab secara sisi psikologis.
"Saya gak paham bahwa itu bagian dari sunah Rasul. Tapi kalau kajian psikologis maupun secara adab sosial, itu tidak dibenarkan karena dianggap kurang sopan dan kurang beradab," ujar Lita Gading.
(dis/fik)
Tonton juga video berikut: