TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Iman Hernaman, menanggapi rencana pemerintah yang akan menjadikan beras impor yang berkutu milik Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai pakan ternak. Menurut dia, tidak semua hewan ternak aman makan beras berkutu apalagi yang sudah berjamur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya sarankan untuk pakan hewan ruminansia seperti kambing, domba, sapi, tapi berasnya diolah dulu misalnya dengan fermentasi,” katanya kepada Tempo, Kamis 13 Maret 2025.
Menurut Iman, kehadiran kutu menurunkan kualitas beras. Karena hewan tersebut juga berkembang biak di antara beras, kotoran kutu ikut tersimpan. Selain itu ada potensi kotoran dari kutu pada beras menumbuhkan jamur. “Kalau berjamur berbahaya juga karena menghasilkan racun biasanya,” ujar dia.
Jika beras berkutu dan berjamur itu ingin diberikan ke hewan, Iman menyarankan pemberiannya ke hewan ruminansia atau pemamah biak. Alasannya karena jenis hewan tersebut seperti kambing, domba, dan sapi, memiliki sistem pencernaan yang khas dan unik. “Ada mikroba yang mampu mencerna, mendegradasi, memfermentasi untuk menetralisasikan dengan mudah,” kata Iman.
Agar lebih aman, beras berkutu sebagai pakan hewan, menurut dia, perlu diolah dulu, misalnya difermentasi yang dinilainya sebagai cara mudah dengan banyak teknik. Makanan fermentasi itu lazim diberikan ke hewan jenis ruminansia. “Kalau unggas relatif lebih sensitif jika diberi pakan beras berkutu,” ujarnya.
Unggas yang sensitif terhadap pakan beras berkutu seperti ayam broiler, namun untuk ayam kampung dan petelur diperkirakan tidak bermasalah. Fermentasi dari beras berkutu itu, menurut Iman, hanya sebagai pelengkap pangan bagi hewan bukan sebagai pengganti. Kutu beras yang juga adalah serangga, menurut Iman, bernilai vitamin juga bagi hewan pemangsa.
Sebelumnya diberitakan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan beras impor yang sudah dikerubungi kutu tidak akan disalurkan kepada masyarakat melainkan untuk pakan ternak atau lainnya. Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, beras yang tidak layak konsumsi dari hasil laporan Bulog berkisar 100 hingga 300 ribu ton dari total 1,9 juta ton stok beras impor di seluruh Indonesia.
Temuan beras berkutu diungkap Ketua Komisi IV DPR Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto. Dia menemukan sisa beras impor tahun lalu yang disimpan di gudang Perum Bulog di Yogyakarta sudah tak layak konsumsi. Saat kunjungan di masa reses ke Yogyakarta, ia dan tim meninjau gudang Bulog.
“Di situ kami menemukan masih banyak beras-beras sisa impor yang lalu di dalam gudang Bulog itu yang sudah banyak kutunya," ujar Titiek. Dia meminta kemeterian segera mengelola beras tersebut yang dinilainya sudah tidak layak jual.