Jakarta -
Perilaku susah makan seperti gerakan tutup mulut (GTM) paling sering dialami anak-anak yang baru belajar makan. Hal tersebut sering kali membuat orang tua khawatir hingga kesal.
Tak sedikit orang tua akhirnya mengucapkan kalimat, "Habiskan makananmu" sebagai bentuk ancaman agar anak tidak menolak makan. Kalimat tersebut nyatanya sering kali berhasil. Namun tanpa diketahui, ucapan "Habiskan makananmu" bisa berbahaya bagi perkembangan anak.
Menurut psikolog dan pakar pemulihan gangguan makan di Amerika Serikat Lara Zibarras, anak-anak yang dipaksa menghabiskan makanannya akan kesulitan mengetahui sinyal kenyang. Pada akhirnya ia justru bisa mengonsumsi makanan dalam jumlah berlebih.
"Ketika anak-anak dipaksa untuk menghabiskan isi piring, mereka diajarkan untuk mengabaikan isyarat kenyang dan makan melebihi batas yang nyaman," kata Zibarras, dilansir Parents.
"Kebanyakan dari kita tahu titik di mana kita merasa kenyang. Jika kita memaksakan diri melewati batas itu, kita dapat dengan cepat merasakannya dan itu bukan perasaan yang menyenangkan. Memaksa anak-anak untuk terus makan juga akan berdampak sama," lanjutnya.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa memiliki nafsu makan yang berubah dari hari ke hari. Misalnya, dalam beberapa hari anak akan merasa lebih lapar karena aktif bergerak atau menggunakan otaknya untuk bekerja.
"Anak-anak juga sama (dengan orang dewasa), kadang mereka lapar karena percepatan pertumbuhan atau ada hari ketika dia sibuk bermain, dan di waktu lain, mereka tidak begitu lapar, dan itu tidak apa-apa," ujar Zibarras.
Selain itu, memaksa anak untuk menghabiskan makanan juga bisa menimbulkan rasa cemas dalam diri Si Kecil. Bila dibiarkan, rasa cemas dapat memicu gangguan makan pada anak saat tumbuh dewasa.
"Hal itu menyebabkan masalah dengan pengaturan diri, di mana pada akhirnya anak-anak akan kesulitan untuk berhenti makan setelah mereka kenyang. Itu dapat menyebabkan kecemasan terhadap makanan atau bahkan gangguan makan di kemudian hari," ungkap Zibarras.
"Gangguan makan adalah penyakit mental serius yang dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang," tambahnya.
Ajari anak cara menggambarkan rasa lapar dan kenyang
Alih-alih memaksa anak-anak menghabiskan makanannya, Bunda sebaiknya mengajarkan mereka cara mengenali sinyal lapar dan kenyang. Kedua sinyal tersebut dapat disampaikan dengan ucapan yang lebih halus untuk menggantikan kalimat "Habiskan makananmu".
Zibarras menyarankan orang tua untuk sering menanyakan ke anak-anaknya tentang 'rasa lapar' untuk membantu anak mengenal sinyal ini. Misalnya, minta anak mengaitkan rasa lapar dengan kondisi tubuhnya.
"Tanyakan kepada mereka bagian tubuh mana yang merasa lapar dan seperti apa rasanya. Umumnya orang menggambarkan rasa lapar sebagai perut keroncongan. Tetapi rasa lapar juga dapat muncul dengan cara lain, seperti merasa pusing, tidak bertenaga, atau kehilangan fokus," kata Zibarras.
Berikut beberapa contoh bentuk ucapan atau pertanyaannya:
- "Seberapa lapar kamu?"
- "Di bagian tubuh mana kamu merasakan rasa lapar itu?" atau "Apa yang kamu rasakan saat ini?"
Pada anak yang lebih besar, Bunda dapat memintanya untuk menilai rasa lapar dengan skala 1-5. Hal tersebut dilakukan untuk membantu mereka mempelajari perbedaan ketika, "Saya sangat lapar dan saya bisa makan sesuatu sekarang."
Selain sinyal lapar, anak juga perlu mengetahui sinyal rasa kenyang. Untuk membantu Si Kecil, Bunda bisa memberikan contoh atau mengucapkan kalimat untuk menggambarkannya.
"Anak-anak sebenarnya sangat pandai mengenali tanda-tanda mereka sudah kenyang. Misalnya, bayi akan memalingkan mukanya saat mereka selesai makan atau merasa kenyang. Orang tua yang mengungkapkan rasa laparnya akan akan membantu anaknya belajar melakukan hal yang sama," ungkap Zibarras.
Dilansir berbagai sumber, berikut kalimat pengganti "Habiskan makananmu" menurut pakar:
- Daripada mengatakan, "Ini makanan kamu sudah ada di piring", Bunda dan Ayah bisa mengganti dengan mengucapkan, "Silakan, kamu bisa ambil sendiri apa yang kamu ingin makan".
- Ucapkan kalimat, "Coba, kamu jelaskan makanan ini terbuat dari apa saja?", daripada langsung berkata, "Ayo habiskan makan ini, karena ini adalah makanan yang sehat".
- Daripada mengancam dengan mengatakan, "Kamu harus makan malam karena kamu pasti lapar", Bunda bisa mengganti dengan mengucapkan, "Kamu tidak harus makan kalau tidak lapar".
- Alih-alih mengatakan, "Apa yang kamu inginkan untuk makan malam?", Bunda bisa mengungkap menu yang akan dimasak pada hari itu untuk Si Kecil dengan berkata, "Ini makanan yang Bunda rencanakan untuk dimakan hari ini".
- Alih-alih mengatakan, "Makan a, b, c, untuk camilan atau makanan penutup", Bunda bisa mengganti dengan mengucapkan, "Kamu dapat memilih makanan camilan atau penutup untuk kamu sendiri setelah makan."
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/fir)