Ramadhan semakin dekat. Banyak yang sudah tak sabar untuk menjalani puasa sebulan penuh, termasuk para ibu menyusui. Namun, sebelum memulai, penting bagi Bunda untuk mengetahui fakta dan aturan yang dapat memastikan puasa tetap aman dan nyaman selama menyusui.
Bagi ibu menyusui, konsistensi dalam memberikan asupan yang cukup kepada bayi sangatlah penting, meskipun waktu makan dan minum dibatasi. Untuk itu, Islam memberikan keringanan bagi ibu menyusui yang khawatir akan kesehatan bayi, sehingga mereka dapat memilih untuk tidak berpuasa jika diperlukan.
Jika Bunda merasa mampu memenuhi aturan berpuasa selama menyusui, tidak ada salahnya untuk ikut berpuasa di bulan Ramadhan. Agar ibadah puasa Bunda berjalan dengan aman, berikut adalah beberapa informasi penting seputar menyusui yang perlu diketahui!
Apakah ibu menyusui boleh puasa Ramadhan?
Berpuasa di bulan Ramadhan seringkali menjadi sumber kebingungan bagi para ibu menyusui. Banyak yang khawatir bahwa pembatasan makan dan minum dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas ASI yang diterima bayi.
Lantas, apakah ibu menyusui diperbolehkan berpuasa? Kegalauan ini dijawab tuntas oleh dokter dan konselor laktasi, dr. Anisa Nur Rahma, dalam wawancara bersama HaiBunda di beberapa waktu lalu.
Menurut dr. Anisa, ibu menyusui sebenarnya boleh berpuasa, Bunda. Namun, ada beberapa aturan yang perlu dipatuhi untuk memastikan bahwa kondisi Bunda dan Si Kecil tetap baik selama menjalani puasa.
"Syarat bagi ibu menyusui yang ingin berpuasa adalah kesehatan jasmani dan rohani, asupan nutrisi yang cukup, serta jumlah produksi ASI yang memadai untuk bayi," jelas dr. Anisa melalui pesan singkat kepada HaiBunda.
Selain itu, dr. Anisa juga menambahkan bahwa bagi ibu menyusui, puasa paling aman dilakukan setelah bayi berusia enam bulan. Namun, ibu yang memiliki bayi di bawah enam bulan tetap diperbolehkan berpuasa, asalkan tidak ada komplikasi yang membahayakan bagi ibu dan bayi.
Hukum puasa untuk ibu menyusui
Dalam pandangan agama Islam, hukum berpuasa bagi ibu menyusui termasuk dalam kategori yang berbeda. Ibu hamil, menyusui, dan musafir diperbolehkan untuk tidak berpuasa sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Hal ini dijelaskan secara tegas oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185, yang berbunyi:
“Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”
Jadi, bagi ibu menyusui yang merasa mampu berpuasa tanpa membahayakan kesehatan diri atau bayi, puasa tetap bisa dijalankan dengan memperhatikan asupan nutrisi dan istirahat yang cukup.
Namun, jika Bunda khawatir puasa dapat membahayakan kesehatan bayi, Bunda diperbolehkan mengganti puasa wajib Ramadhan dengan puasa Qadha di lain waktu atau membayar fidyah.
Menurut laman Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), fidyah bagi ibu menyusui berupa makanan pokok yang dibayarkan sesuai jumlah hari puasa yang ditinggalkan. Misalnya, jika Bunda tidak berpuasa selama 30 hari, maka Bunda harus memberikan 1,5 kg beras kepada 30 orang fakir miskin.
Fakta terkait puasa bagi ibu menyusui
Adapun di bawah ini merupakan tiga fakta seputar ASI bagi para ibu menyusui yang ingin berpuasa:
Produksi ASI
Selama berpuasa, beberapa ibu mungkin mengalami penurunan produksi ASI. Namun, studi menunjukkan bahwa puasa tidak secara signifikan memengaruhi komposisi nutrisi ASI atau pertumbuhan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
Meskipun dehidrasi parah dapat menurunkan suplai ASI, penelitian menunjukkan bahwa puasa jangka pendek tidak mengurangi pasokan ASI. Bayi biasanya akan menyusu seperti biasa saat puasa, tetapi mungkin lebih sering menyusu dalam satu atau dua hari setelahnya, terutama di malam hari.
Untuk mempersiapkan puasa, Bunda disarankan untuk meningkatkan asupan cairan dua hari sebelum puasa agar tetap terhidrasi. Selain itu, pastikan untuk minum cukup cairan saat tidak berpuasa, seperti yang disarankan oleh laman Breastfeeding.
Kualitas ASI
Dikutip dari laman detikcom, dr. Utami Roesli, Sp.A, IBLC, FABM, menjelaskan bahwa berpuasa tidak akan memengaruhi kualitas atau kuantitas ASI. Ia menjelaskan bahwa penyebab utama menyusutnya pasokan ASI meliputi:
- Merasa stres atau cemas
- Menambahkan susu formula
- Asupan makanan atau minuman yang terlalu sedikit
- Kondisi kesehatan yang kurang baik
Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Mia Sutanto, juga menegaskan bahwa selama asupan gizi terpenuhi, puasa tidak akan berdampak pada produksi ASI. Bahkan, ia menambahkan bahwa ibu dengan asupan gizi yang kurang pun masih dapat menyusui.
"Lihat saja wanita-wanita yang mengalami kekurangan gizi. Mereka tetap bisa memberikan ASI kepada anaknya meskipun dalam kondisi sulit. Jadi, pasokan ASI tidak akan berubah meski sedang berpuasa," tegas Mia.
Usia bayi
Usia bayi juga berperan penting dalam keputusan ibu menyusui untuk berpuasa. Bayi yang lebih muda, terutama yang berusia di bawah enam bulan, sangat bergantung pada ASI sebagai sumber utama nutrisi mereka.
"Bagi para ibu menyusui yang hendak berpuasa, paling aman dilakukan setelah usia bayi menginjak enam bulan. Masa ini dilakukan untuk mengedepankan asupan ASI eksklusif," ungkap dr. Anisa.
Dalam hal ini, ibu menyusui mungkin lebih cenderung untuk tidak berpuasa jika khawatir akan kesehatan bayi. Sebaliknya, bayi yang lebih tua (di atas enam bulan) mungkin sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI, sehingga ibu dapat lebih fleksibel dalam menjalani puasa.
5 Manfaat puasa bagi ibu menyusui
Berpuasa bukan hanya sekadar ibadah bagi umat Islam untuk meraih pahala dari Allah SWT, tetapi juga memberikan berbagai manfaat kesehatan bagi para pelaksananya.
Bagi ibu menyusui, puasa juga mendatangkan manfaat yang setimpal. Berikut adalah beberapa manfaat berpuasa bagi ibu menyusui, menurut konselor ASI, dr. Ameetha Drupadi, yang disampaikan kepada HaiBunda beberapa waktu lalu.
1. Membantu pola makan jadi teratur
Manfaat berpuasa bagi ibu menyusui dan umat Islam lainnya tidak jauh berbeda. Salah satunya adalah meningkatkan keteraturan dalam pola makan.
"Ketika kita teratur makan saat berbuka dan sahur, pola makan kita juga menjadi lebih teratur. Pola makan yang teratur membantu mengontrol asupan gizi harian, sehingga metabolisme dan kesehatan jantung tetap terjaga," jelas dr. Ameetha.
Ia menambahkan bahwa di hari-hari biasa, orang seringkali makan sembarangan dan sulit mengontrol asupan makanan. Oleh karena itu, puasa memberikan kesempatan bagi Bunda untuk menerapkan pola makan yang lebih teratur dan sehat.
2. Memperbaiki metabolisme tubuh
Puasa dapat membantu memperbaiki metabolisme tubuh dengan memberikan waktu bagi sistem pencernaan untuk beristirahat. Selama puasa, tubuh akan menggunakan cadangan energi yang ada, yang dapat meningkatkan efisiensi metabolisme.
Puasa dapat menjadi cara yang efektif untuk menurunkan berat badan, terutama bagi ibu menyusui yang ingin kembali ke berat badan ideal setelah melahirkan. Hal ini bisa dicapai dengan mengatur asupan kalori dan meningkatkan kesadaran akan makanan yang dikonsumsi. Alhasil, Bunda dapat mengurangi lemak tubuh tanpa mengorbankan nutrisi yang diperlukan untuk menyusui.
4. Membersihkan organ pencernaan
Puasa memberikan kesempatan bagi organ pencernaan untuk beristirahat dan memperbaiki diri. Selama periode puasa, tubuh dapat mengeluarkan racun dan limbah yang menumpuk, sehingga organ pencernaan dapat berfungsi lebih baik.
5. Mengontrol kadar kolesterol
Puasa dapat membantu mengontrol kadar kolesterol dalam darah. Dengan mengurangi asupan makanan berlemak dan meningkatkan konsumsi makanan sehat saat berbuka dan sahur, ibu menyusui dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).
"Dengan makanan yang terkontrol, kadar kolesterol dapat diatur. Kolesterol baik akan meningkat, sementara kolesterol buruk menurun, sehingga kerja jantung menjadi lebih baik," tutur dr. Ameetha.
Syarat berpuasa bagi ibu menyusui
Ibu menyusui yang ingin berpuasa perlu memenuhi beberapa syarat penting untuk menjalani puasa dengan aman. Menurut dr. Anisa, syarat utama adalah kesehatan jasmani dan rohani. Ibu harus dalam kondisi fisik yang baik dan memiliki asupan nutrisi yang cukup untuk menjaga stamina serta memproduksi ASI berkualitas.
Produksi ASI yang memadai juga menjadi faktor kunci untuk memenuhi kebutuhan bayi. Ibu perlu memastikan bahwa jumlah ASI yang dihasilkan cukup, sehingga tidak ada dampak negatif pada kesehatan bayi.
Selain itu, kondisi bayi yang ditinggal berpuasa juga harus diperhatikan. Bayi sebaiknya dalam keadaan sehat, dengan frekuensi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) yang normal, serta tidak rewel. Berat badan bayi yang terpantau naik juga menunjukkan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang cukup dari ASI.
Tanda ibu menyusui dilarang berpuasa
Ibu menyusui memiliki kebebasan untuk memilih berpuasa selama Ramadhan. Namun, keputusan ini harus didasarkan pada kesehatan dan kemampuan tubuh. Memaksakan diri untuk berpuasa tanpa mempertimbangkan kondisi dapat berisiko bagi kesehatan ibu dan bayi.
Berikut adalah tanda-tanda yang perlu Bunda perhatikan sebelum dan selama berpuasa:
- Mulut sangat kering
- Merasa sangat haus
- Pusing
- Buang air kecil berwarna gelap
- Lelah atau kurang stamina
Jika Bunda mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya batalkan puasa. Selain itu, perhatikan tanda-tanda yang menunjukkan perlunya menunda puasa, terutama jika berat badan Si Kecil stagnan.
Mengutip dari laman Mamava, berat badan bayi yang tidak bertambah bisa mengindikasikan kekurangan nutrisi dari ASI. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi seimbang saat sahur atau berbuka, yang berdampak pada produksi ASI. Kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang bayi di masa depan.
Tips puasa bagi untuk ibu menyusui agar aman dan lancar
Jika Bunda sudah yakin untuk berpuasa selama Ramadhan mendatang, berikut adalah tips berpuasa sambil menyusui yang dapat membantu memastikan keamanan dan kenyamanan bagi Bunda dan Si Kecil!
1. Berkonsultasi dengan dokter atau konselor laktasi
Sebelum memutuskan untuk berpuasa, penting bagi ibu menyusui untuk berkonsultasi dengan dokter atau konselor laktasi. Mereka dapat memberikan saran yang sesuai berdasarkan kondisi kesehatan ibu dan kebutuhan bayi, sehingga Bunda dapat menjalani puasa dengan aman.
2. Konsumsi makanan bergizi dan seimbang
Saat berbuka dan sahur, pastikan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. Pilihlah makanan yang kaya akan protein, serat, vitamin, dan mineral. Ini akan membantu menjaga energi dan mendukung produksi ASI yang berkualitas.
3. Penuhi kebutuhan cairan
Hidrasi sangat penting, terutama saat berpuasa. Pastikan untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan minum cukup air saat berbuka dan sahur. Hindari minuman berkafein dan manis yang dapat menyebabkan dehidrasi.
4. Istirahat yang cukup
Selama puasa, tubuh membutuhkan istirahat yang cukup untuk menjaga stamina. Usahakan untuk tidur yang cukup di malam hari dan ambil waktu untuk beristirahat di siang hari jika memungkinkan. Istirahat yang baik akan membantu Bunda merasa lebih segar dan siap menjalani puasa.
5. Menyusui secara langsung
Jika memungkinkan, menyusui secara langsung dapat membantu menjaga ikatan antara Bunda dan Si Kecil. Ini juga dapat merangsang produksi ASI. Jika Bunda merasa lelah, pertimbangkan untuk menyusui sebelum berbuka puasa agar bayi mendapatkan ASI yang cukup.
Sekian informasi terkait fakta, manfaat, hingga tips berpuasa bagi ibu menyusui. Semoga informasi ini dapat membantu Bunda menjalani puasa dengan aman dan nyaman, ya!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)