TEMPO.CO, Jakarta -- Calon gubernur nomor urut 3, Pramono Anung, menyatakan masih banyak kejutan yang bakal disajikannya dalam perhelatan pemilihan kepala daerah atau Pilkada Jakarta 2024. Salah satu kejutan yang sudah dilakukannya adalah pertemuan dengan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.
Anies disebut masih memiliki banyak simpatisan di Jakarta. Mereka bergabung dalam barisan pendukung Anies yang dikenal dengan sebutan Anak Abah. Pertemuan Pramono dengan Anies diklaim mampu mendulang suara di pilkada karena Anak Abah bakal lebih condong ke pasangan nomor urut 3 itu.
Pada perhelatan Pilkada Jakarta 2024, Pramono Anung berpasangan dengan Rano Karno sebagai wakilnya. Pramono enggan menyebutkan apakah Anies Baswedan bakal hadir di agenda kampanye akbarnya yang dihelat pada Sabtu, 23 November 2024. Dia menyatakan, informasi soal itu hanya diketahui oleh segelintir orang. “Pokoknya yang tahu enggak banyak. Saya pasti tahu, begitu saja. Siapanya nanti yang bakal hadir, nanti saja akan saya sebutkan,” ujar Pramono saat ditemui di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa, 19 November 2024.
Pertemuan Pramono Anung dengan Anies terjadi pada Jumat pagi, 15 November 2024. Anies menjamu Pramono di pendopo pribadinya kawasan Lebak Bulus II Dalam, Cilandak, Jakarta Selatan. Kehadiran Pramono ke rumah Anies itu menjadi pembincangan yang santer dibicarakan seusai viral di media sosial.
Dalam kesempatan terpisah, juru bicara Pramono-Rano Karno, Iwan Tarigan, menyatakan pertemuan tersebut bukti bahwa Anies Baswedan memberi dukungan terhadap pasangan nomor urut 3 di Pilkada Jakarta 2024. “Mas Anies akan selalu bekerja sama dalam memberikan masukan terhadap penataan Jakarta ke depan,” ujar Iwan.
Menurut dia, pertemuan tersebut akan memberi dampak terhadap elektabilitas pasangan nomor urut 3 itu. “Masih banyak kelompok anak abah (pendukung Anies) yang masih menunggu arah pilihan Mas Anies,” ujar Iwan yang juga pernah menjadi juru bicara Anies dalam gelaran pemilihan presiden atau Pilpres 2024.
Adapun juru bicara Anies, Sahrin Hamid, mengatakan pertemuan tersebut membicarakan nilai nasionalisme dan agamis. Menurut dia, ada misi untuk menyatukan dua aliran tersebut yang selama ini kerap dianggap berbeda. “Dua hal ini selama ini mungkin dikatakan ada polar. Bagaimana kemudian menjadi jembatan antara nasionalisme dan agamis. Ini yang menjadi misi untuk menyempurnakan kemerdekaan. Ada harapan untuk keselarasan,” kata Sahrin.
Pilihan Editor: