Hitekno.com - Dari kampung biasa menjadi surga pengolahan sampah, Kampung Setaman di Depok berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih dan sehat bisa menjadi kenyataan.
Mural warna-warni menghiasi setiap sudut kampung, menjadi saksi bisu transformasi yang luar biasa dari sebuah komunitas yang peduli.
Mural berwarna warni berisi edukasi menghiasi Kampung Setaman RW 007 Rawa Geni, Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat. Setaman masuk dalam daftar Kampung Berseri Astra.
Baca Juga: Simalakama Bank Sampah, Antara Finansial dan Prihatin Lingkungan
Kampung ini mengimplementasikan penghijauan. Penataan lingkungan diutamakan agar rapih, bersih dan nyaman.
Tim Suara.com pada Sabtu (26/10/2024) sore berkunjung ke Kampung Setaman. Dengan didampingi Ketua RW 7 Sanusi, kami diajak melihat bagaimana warga berkegiatan memanfaatkan sampah plastik, bertanam, hingga ternak magot.
Ketua RW 7 mengatakan Setaman adalah nama singkatan dari Sehat Perkata dan Nayaman. Adanya kampung ini diharapkan mampu membangun kesadaran masyarakat terkait pentingnya tata lingkungan hingga memanfaatkan sampah agar ada nilai jual.
"Kita kegiatan untuk mengedukasi pengelolaan sampah, ketahanan pangan, mengedukasi masyarakat, biar melakukan pola hidup bersih," kata Sanusi.
Pria yang akrab disapa Bang Atek ini menuturkan Kampung Setaman mulai bersolek sejak 2017. Tepatnya saat Sanusi masih menjabat sebagai Ketua RT 5.
Kampung Setaman yang terdiri dari 6 RT ini memiliki sekitar 1.200 kepala keluarga dan jiwanya kurang lebih 2.700 orang.
Lebih lanjut Sanusi menuturkan, pada sekitar Maret 2024 Kampung Setaman mendapatkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Astra International Tbk atau Auto2000. Bantuan ini berupa renovasi Paud hingga pembuatan lorong oksigen.
Adanya bantuan dari Astra melalui Yayasan Semut Merah kata Sanusi, sangat membantu warga.
"Alhamdulillah, kita bisa melakukan inovasi bisa membantu di setiap RT lah, kayak lorong oksigen kan itu butuh biaya untuk beli rangkanya," ucapnya.
Sanusi juga memastikan setiap ada bantuan CSR atau dari pemerintah, dirinya sebagai ketua RW kerap mengumpulkan Ketua RT untuk membahas program agar bantuan lebih tepat sasaran.
Terkait lorong oksigen hampir banyak ditemui di atas jalan antar rumah warga. Mereka melakukan pemanfaatan tanaman merambat seperti anggur, markisa hingga labu.
"Kayak ketahanan pangan, lahan sempit untuk dijadikan urban farming, kita belum lama dapat bibit lidah buaya Pontianak, yang memang nanti dibantu kegiatan pelatihan pengolahan ya untuk kegiatan ekonomis," kata Sanusi.
Minuman Herbal
Selain mengedukasi warga, Kampung Setaman juga mendorong pengembangan usaha kecil. Salah satu contohnya adalah pembuatan minuman herbal.
Warga seperti Yuliana, misalnya, berhasil mengubah tanaman-tanaman di sekitar rumah menjadi produk yang menarik. Ia memproduksi beragam minuman sehat, mulai dari teh kombucha hingga jamu dari bunga telang.
Dengan pemasaran online, produk-produknya berhasil menembus pasar yang lebih luas. Keberhasilan Yuliana ini menginspirasi warga lain untuk mengembangkan potensi ekonomi dari hasil bumi sekitar.
Di depan rumah Yuli nampak ada tanaman bunga telang. Dia mengatakan dalam sebulan penjualan mencapai ratusan botol.
"Sebulan kadang 300-an botol, kita kan online juga. Harga Rp 8 ribu, orang ngambil jual kembali Rp 10 ribu," kata Yuli.
Pengrajin Limbah Plastik
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan Bunda Eva, seorang pengrajin kreatif yang mengubah sampah plastik menjadi karya seni.
Bersama asistennya, Maya, Bunda Eva mengolah berbagai jenis sampah plastik, mulai dari kemasan minuman hingga bungkus deterjen, menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti tas, jaket, dan taplak meja.
Tidak hanya mengurangi sampah, karya-karya mereka juga menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya daur ulang. Bahkan, Bunda Eva sering diundang ke sekolah-sekolah untuk berbagi ilmunya.
Dia mengatakan sampah plastik selain dikumpulkan sendiri juga didapat dari penjual minuman.
"Selain kumpulin sendiri, kita juga dapat dari para pedagang, meringankan sampah kita manfaatin," kata dia.
Selain dapat mengurangi sampah plastik, kegiatan ini juga bisa untuk mengedukasi masyarakat.
Kegiatan positif Bunda Eva dan rekan-rekannya memanfaatkan limbah kemasan plastik kini mendapat banyak apresiasi.
Bunda Eva juga disebut kerap dipanggil ke sekolah-sekolah untuk memberikan pelatihan mengolah sampah plastik.
"Dari sekolah-sekolah juga ada yang ke sini datang, lebih ke edukasi pelatihan, mahasiswa kunjungan belajar memanfaatkan limbah," jelas dia.
Sampah bekas popok juga dimanfaatkan di kampung ini untuk dijadikan pot bunga hingga tempat sampah bentuk kodok.
Kemudian Sanusi juga menyampaikan Kampung yang kini dipimpinnya mendapat dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Depok.
Kampung Setaman kekinian menjadi rujukan jika ada sekolah yang ingin belajar soal pengolahan sampah.
Di kampung ini juga ada Bank Sampah. Namanya Bank Sampah Barokah yang dikelola oleh Sutarti warga RT 5, RW 7.
Perempuan yang akrab disapa Tati ini mengatakan awalnya pihaknya jemput bola. Kini warga yang punya sampah plastik hingga kardus dan mau ditukarkan dengan uang bisa datang pada waktu yang sudah ditentukan.
"Dari warung saja dikirim ke sini, kita timbang bareng-bareng langsung bayar. Bisa sampah botol plastik, kardus, hingga besi bekas," kata Tati.
Tati menjelaskan uang pemasukan dari bank sampah ini terus dicatat. Hal ini nantinya akan menjadi laporan bulanan.
Selain itu, Tati juga menyampaikan pihaknya masih kerap mendapat pelatihan dari pihak Astra. Minimal kata dia, pelatihan satu atau dua bulan sekali terkait inovasi.
Sanusi menambahkan, jika ada uang yang didapat dari hasil penjualan sampah plastik hingga pembesaran lele nantinya digunakan untuk memperdayakan tim yang memandu.
Warga di Kampung Setaman kata dia, juga sempat melakukan pengolahan sampah plastik dibuat paving blok. Namun kegiatan ini tidak berjalan lagi karena keterbatasan alat.
Sanusi menekankan jika ingin serius mengatasi persoalan sampah sebenarnya bisa dan ada solusinya.
"Oh ternyata sampah kalau kita urus serius pasti masalah sampah setidaknya ada solusinya, walaupun belum bisa maksimal. Apalagi sampah kan bukan lagi isu di tingkat kota, tapi di Indonesia lah," kata dia.
"Ini cambuk saya bagaimana saya di lingkungan saya lah, secara kecil dulu bisa mengedukasi masyarakat, sampah kalau dipilah bisa jadi sesuatu yang bermanfaat, kayak magot, buat kerajinan, masukin bank sampah," katanya menambahkan.
Selain itu di Kampung ini juga memiliki kantin sampah. Di mana masyarakat bisa bertransaksi selain dengan uang rupiah bisa pakai sampah.
"Itu di RT 1, masih jalan, malah Alhamdulillah dia bisa mensubsidi kegiatan Jumat berkah," ucap Sanusi.
"Selain memang dia mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan sampah yang bisa terjual, tapi beliau juga mengedukasi tentang kebersihan, rutin di setiap Jumat ada yang namanya tim jumsih dan jumrah," lanjut Sanusi.
Tidak hanya itu, warga di RT 6 kampung ini juga melakukan pemanfaatan limbah sampah untuk membayar tanggungan bangunan atau PBB.
Adapun tujuan dilakukannya PBB sampah untuk membantu meringankan pembayaran pajak bumi dan bangunan warga Kampung Setaman serta mengurangi limbah sampah di TPA.
"Ada PBB sampah, sampah ditabung untuk bayar PBB tahunan. Kan pas Covid orang banyak yang resign, sampahnya dikumpulin buat bayar PBB, kalau sudah bayar uang bisa diambil buat yang lain," katanya.
Selain itu, di kampung ini juga banyak dijumpai lubang biopori untuk penyerapan air hingga biopori lele. Kemudian banyak rumah warga yang memiliki tempat sampah khusus untuk botol air mineral.
Harapan
Sanusi berharap nantinya pemerintah atau pihak swasta melalui CSR-nya ada yang bisa membebaskan lahan untuk kegiatan warga.
Saat ini mereka memanfaatkan lahan kosong milik salah satu warga untuk digunakan berkebun seperti tanaman obat-obatan atau pangan dengan menggunakan galon bekas. Di lahan ini juga ada budidaya magot hingga pembesaran ikan lele.
"Harapannya bisa dibebaskan lahan untuk ini, kita kan ini lahan punya warga pinjam. Kalau orangnya mau pakai ya sudah," katanya.
Dengan adanya lingkungan seperti ini diharapkan Sanusi, agar remaja terhindar dari masalah hukum, seperti judi online hingga penggunaan narkoba.
Dia juga berharap kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hingga sampah lebih meningkat.
"Kalau menggerakkan kampung ini bicara hati, kepedulian kita lingkungan kebersihan, biar anak itu nyaman usia dari dini," katanya.
Kisah sukses Kampung Setaman menjadi bukti nyata bahwa perubahan dimulai dari lingkungan terdekat. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, warga berhasil mengubah tumpukan sampah menjadi sumber kehidupan baru.
Kisah mereka menjadi inspirasi bagi kita semua untuk turut serta dalam menjaga lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik. Mari kita belajar dari Kampung Setaman dan mulai melakukan perubahan kecil dari diri sendiri.