Depok adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Berada di sebelah selatan Jakarta, Depok memiliki posisi strategis yang membuatnya menjadi salah satu daerah penyangga kota metropolitan tersebut.
Banyak orang mengenal lokasi Depok, tetapi tidak banyak yang tahu bahwa kota ini menyimpan sejarah menarik mengenai asal-usul namanya. Terdapat berbagai cerita yang menyebutkan bahwa pemilihan kata "Depok" sebenarnya merupakan sebuah singkatan yang mencerminkan peristiwa penting di kota ini.
Penasaran dengan kisah lengkap di balik pembentukan nama Kota Depok? Simak penjelasan selengkapnya berikut, Bunda.
Ragam interpretasi singkatan nama Kota "Depok"
Menurut buku Pergeseran Penyebab Perceraian dalam Masyarakat Urban karya Mazroatus Saadah, terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal muasal nama Depok. Salah satu versi menyebutkan bahwa nama ini berasal dari kata "padepokan", karena daerah Depok banyak digunakan untuk bertapa oleh orang-orang di masa lalu, yang bersemedi di padepokan atau dangau sederhana terbuat dari bambu.
Dalam Baoesastra Djawa, Depok memiliki dua arti, yaitu "padoenoenganing adjar" yakni tempat tinggal para pemuka agama, serta "omah" yang berarti perkampungan. Selain itu, ada versi lain yang menyebutkan bahwa nama Depok merupakan singkatan dari "De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen", yang berarti "Jemaat Kristen yang Pertama". Ini terkait dengan sejarah penyebaran agama Kristen di sekitar Batavia oleh komunitas mantan budak dari seorang pejabat tinggi VOC bernama Cornelis Chastelein.
Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai berkreasi dalam mengartikan nama kota Depok. Dikutip dari CNBC Indonesia, mereka menyebutnya sebagai "Daerah Pemukiman Orang Kota," selaras dengan perkembangan urbanisasi yang terjadi di wilayah tersebut.
Sejarah pembangunan Kota Depok
Berlokasi dekat Jakarta, Depok telah bertransformasi menjadi kota modern dengan sangat cepat. Akibatnya, banyak bangunan bersejarah dan cagar budaya di sana yang dihancurkan atau dialihfungsikan tanpa menyisakan bentuk aslinya.
Padahal, kota yang menjadi lokasi Universitas Indonesia ini menyimpan banyak sejarah menarik. Hal ini diceritakan dalam buku Digitalisasi Depok Lama: Sejarah, Peristiwa, dan Tinggalan Materinya yang diterbitkan oleh Penerbit LeutikaPro.
Dahulu kala, tepatnya pada 18 Mei 1691, Depok merupakan tanah perkebunan yang dibeli oleh seorang petinggi VOC, Cornelis Chastelein. Ia mengelola area tersebut menjadi persawahan dengan mempekerjakan ratusan budak yang berasal dari Jawa, Bali, Maluku, Pulau Rote, hingga Filipina.
Selain berusaha sebagai juragan, Chastelein juga menyebarluaskan agama Kristen kepada para pekerjanya melalui Padepokan Kristiani yang ia bangun, bernama De Eerste Protestantse Organisatie van Christenen, atau disingkat DEPOK. Oleh karena itu, banyak masyarakat Depok pada masa itu yang menganut agama Kristen.
Pada akhir hayatnya, Chastelein memerdekakan para budaknya dan membagikan lahan perkebunan tersebut kepada sekitar 120 pekerjanya yang setia terhadap ajaran agama yang mereka anut. Para mantan budak Chastelein ini kemudian dikenal sebagai penduduk pertama Kota Depok dan disebut "Kaum Depok Lama" atau "Belanda Depok".
Puluhan tahun kemudian, sekitar tahun 1871, pemerintah Belanda mulai mengizinkan warga Depok Lama untuk membentuk pemerintahan sendiri yang setingkat dengan otonomi desa (Gementee). Di bawah pemerintahan tersebut, mereka membentuk sembilan kecamatan yang dibantu oleh pecalang, polisi desa, serta menteri lumbung.
Namun, hierarki pemerintahan di Depok Lama mulai berubah setelah Indonesia meraih kemerdekaan. Pada tahun 1952, terjadi proses nasionalisasi daerah, di mana perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dan pimpinan Gementee Depok disahkan.
Sejak saat itu, Depok mulai diambil alih oleh pemerintahan Kecamatan Depok yang berada dalam lingkungan kewadanaan (pembantu bupati) wilayah Parung, Kabupaten Buitenzorg (Bogor). Wilayah ini pun mulai diramaikan oleh proyek pembangunan perumahan nasional Orde Baru, seperti Perumnas Depok I dan Perumnas Depok II.
Adanya perumahan tersebut mendorong perkembangan Depok yang lebih pesat, dengan sektor perdagangan dan jasa mengalami peningkatan signifikan.
Melihat perkembangan yang pesat ini, pemerintah Indonesia kala itu memutuskan untuk memisahkan Depok dari wilayah Bogor. Menteri Dalam Negeri ketika itu, H. Amir Machmud resmi menunjuk Depok sebagai Kota Administratif pada 18 Maret 1982, dan kemudian ditetapkan sebagai Kotamadya pada 20 April 1999.
Demikian penjelasan mengenai pembentukan nama dan sejarah Kota Depok. Semoga informasi ini bermanfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)