Kecurangan Peserta Muncul, Panitia UTBK Ketatkan Pemeriksaan dan Pengawasan

7 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer pada Seleksi Nasional Berdasarkan Tes atau UTBK SNBT 2025 masih diwarnai kecurangan. Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) menyatakan selama dua hari awal UTBK tercatat 14 temuan kasus kecurangan peserta dengan berbagai modus dan perangkat yang digunakan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tempo menanyakan ke beberapa Pusat UTBK di Bandung seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Insitut Seni dan Budaya Indonesia. Menurut mereka hingga hari ketiga UTBK, Jumat 25 April 2025, nihil laporan dan temuan kasus kecurangan ujian.

“Panitia UTBK diminta untuk mengetatkan pengawasan dan pemeriksaan,” kata Kepala Divisi Rekrutmen Mahasiswa Baru Direktorat Pendidikan UPI Ahmad Mudzakir kepada Tempo, Sabtu 26 April 2025.

Sementara menurut Koordinator Pelaksana Pusat UTBK Unpad, Inu Isnaeni Sidiq, panitia telah menerapkan pemeriksaan yang ketat kepada setiap peserta sebelum memasuki ruang ujian. “Dari kepala sampai ujung kaki diperiksa,” ujarnya, Jumat 25 April 2025. Peserta yang memakai sabuk juga diminta untuk dilepas. Jika kedodoran, kata Inu, panitia telah menyiapkan tali plastik sebagai pengganti sementara ikat pinggang. 

Panitia, menurut Inu, tidak mengetahui sampai di mana alat yang dilarang bisa disembunyikan peserta sehingga pemeriksaan dilakukan menyeluruh. Pada peserta perempuan yang berkerudung misalnya, pemeriksaan hingga ke dalam lubang telinga. “Itu diperiksanya sampai dikorek ke kupingnya untuk memastikan tidak ada alat komunikasi yang dipasang,” ujarnya.

Inu mengatakan sekarang ini perangkat seperti earphone sudah sangat canggih hingga bisa dipasang ke dalam lubang telinga dan bisa terkoneksi dengan sinyal bluetooth. Karena itu juga panitia melakukan deteksi sinyal dan menggunakan pengacak sinyal untuk memastikan tidak ada upaya kecurangan ujian. “Kami diingatkan ketua panitia UTBK supaya mengetatkan pemeriksaan metal detector, body checking dilakukan sebenar-benarnya tidak hanya formalitas,” kata Inu.

Alat pendeteksi logam juga sampai mengarah ke sepatu. Jika ada temuan yang mencurigakan, peserta diminta untuk melepas alas kakinya untuk diperiksa. Adapun dalam tata tertib, peserta diwajibkan datang ke lokasi ujian dengan memakai sepatu.

Cara antisipasi alat di sepatu menurut Inu telah diterapkan panitia UTBK di Universitas Airlangga Surabaya yaitu menyediakan sandal bagi tiap peserta ujian sebagai pengganti sepatu sementara waktu. 

Sesuai tata tertib ujian juga, peserta dilarang membawa daftar logaritma, segala jenis kalkulator, kertas, buku maupun catatan lain, alat komunikasi seperti telepon seluler, jam tangan (arloji), kamera, modem, segala jenis alat elektronik untuk merekam dan sebagainya.

Namun sekali waktu, kata Inu, panitia menangkap sinyal bluetooth dari suatu ruang ujian. Setelah ditelusuri, ternyata sinyal itu berasal dari smartwatch pengawas yang lupa dimatikan. “Temuan itu menjadi catatan dan jadi aturan baru agar pengawas mematikan sinyal dari alat yang dipakainya,” kata Inu.

Menurut dia, upaya kecurangan ujian membutuhkan alat penglihatan dan pendengaran atau audio visual serta perangkat pengirim sinyal atau transmitter. Larangan penggunaan perangkat komunikasi itu juga berlaku ke peserta disabilitas seperti larangan memakai alat bantu dengar. “Karena memang tidak ada mata ujian yang mengharuskan mereka untuk mendengarkan soal.”

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online