Kemendiktisaintek soal Mahasiswa UKI Tewas di Kampus: Jangan Sampai Terulang

15 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menyoroti tewasnya Kenzha Ezra Walewangko, seorang mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) di area kampus pada Selasa, 4 Maret 2025. Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek Togar M. Simatupang mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi agar hal tersebut tidak terulang kembali.

"Kami tetap memantau. Jadi pertama memantau. Nanti ada juga waktunya kita melihat fakta-fakta dilaporkan supaya jangan ini terulang," kata Togar saat ditemui di Kompleks Parlemen pada Selasa, 11 Maret 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Togar, dari kejadian ini, perlu diupayakan agar tidak menimbulkan trauma bagi mahasiswa lainnya. Selain itu, ia berharap kasus tersebut tidak mengganggu jalannya proses belajar dan mengajar di UKI. "Jadi suasananya juga harus bisa diatasi gitu," ujar dia. 

Togar pun menyayangkan kejadian tersebut yang dinilainya seharusnya tidak perlu terjadi. Meski begitu, Kemendiktisaintek tetap menyampaikan rasa prihatin atas peristiwa meninggalnya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UKI itu.

Sebelumnya, Kepala Polres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Nicolas Ary Lilipaly mengatakan pihaknya masih melakukan pendalaman terhadap keterangan saksi dan barang bukti dalam kasus kematian mahasiswa UKI ini. “Kita masih pendalaman terhadap keterangan para saksi dan alat bukti lain,” kata Nicolas saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat, 7 Maret 2025, dikutip dari Antara.

Kronologi kejadian tewasnya mahasiswa UKI dibeberkan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ade Ary Syam Indradi. Ia menuturkan polisi telah memeriksa sejumlah saksi dalam kasus ini, salah satunya EFW, rekan korban. Berdasarkan pemeriksaan tersebut, terungkap korban sempat pesta minuman keras atau miras di kampus dan cekcok.

Menurut EFW, seperti dituturkan Ade, ia mulanya sedang minum arak Bali dengan ketiga temannya sekitar pukul 16.30. Saat hendak membeli lagi minuman tersebut, ia bertemu dengan korban di pintu gerbang kampus. Lantaran korban bertanya hendak ke mana, saksi kemudian mengajak korban menemaninya membeli miras tersebut.

“Kemudian saksi dan korban pergi bersama berjalan kaki untuk membeli minuman di sebuah toko minuman di Sutoyo, Cawang,” kata Ade Ary melalui keterangan tertulis pada Jumat, 7 Maret 2025.

Seusai membeli minuman, saksi dan korban minum bersama dengan rekan-rekannya, A, H, K, J, S, dan R di taman perpustakaan kampus UKI. Sekitar pukul 18.00 WIB, korban terlibat cekcok mulut. Namun, saksi mengaku tidak tahu apa penyebabnya. Setelah itu, suasana kembali mereda. Saksi, korban beserta temannya kembali minum bersama.

Berselang 1,5 jam, tepatnya sekitar pukul 19.30 WIB, cekcok mulut kembali terjadi. Kejadian ini pun dilerai oleh petugas keamanan kampus. Saksi mengaku memapah korban ke arah pintu keluar kampus. Begitu sampai di pintu keluar, ia meninggalkan korban karena mengira dia akan mengambil sepeda motornya untuk pulang. Namun, pada saat saksi kembali ke arah saung, ternyata korban tidak mengarah ke sepeda motornya melainkan ke arah pagar sambil berteriak dan mengoyak-oyak pagar, sampai akhirnya korban terjatuh bersama dengan pagar ke arah depan. Korban kemudian diangkat oleh seseorang yang tidak dikenal oleh EFW. Saat itu, wajah dan hidung korban mengeluarkan darah. “Kemudian dibawa ke IGD RS UKI Cawang Jakarta Timur,” kata Ade.

Sementara itu, Rektor UKI Dhaniswara K. Harjono mengungkapkan alasan mengapa masih ada aktivitas mahasiswa di kampus pada malam hari itu. Rektor mengatakan UKI masih mengizinkan seluruh civitas akademika untuk beraktivitas di lingkungan kampus maksimal pukul 21.00 WIB. Sementara, kejadian yang menimpa Kenzha terjadi sebelum batas waktu tersebut.

"Di kami, UKI itu dinyatakan tertutup, mahasiswa harus keluar semua termasuk dosen juga pada pukul 21.00, dan pada waktu itu baru sekitar jam 20.00-an," kata Dhaniswara saat konferensi pers di Rektorat UKI, Cawang, Jakarta Timur, pada Jumat, 7 Maret 2025.

Annisa Febiola dan Hendrik Khoirul Muhid berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online