Jakarta -
Persalinan normal tanpa hambatan tentu sangat diinginkan oleh ibu hamil pada umumnya. Namun dalam kondisi medis tertentu, ibu hamil tidak dapat melahirkan secara normal. Salah satu penyebabnya persalinan macet atau dalam istilah medis distosia. Distosia adalah kondisi bila bayi tidak dapat keluar dari panggul saat persalinan.
Kondisi medis ini dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu dan bayi. Komplikasi persalinan ini relatif umum dam memengaruhi sekitar 10 persen perempuan di seluruh dunia.
Mengenal distosia
Mengutip laman PatientInfo, terdapat dua jenis distosia yakni cervical distosia cervical dan shoulder distosia.
1. Cervical distosia cervical
Distosia ini terjadi akibat leher rahim (serviks) tidak mengalami dilatasi atau pelebaran ketika proses persalinan berlangsung. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien harus melahirkan melalui prosedur operasi cesar.
2. Shoulder distosia
Kondisi ini terjadi ketika kepala bayi telah berhasil keluar, tetapi bahu bayi tersangkut di jalur lahir. Shoulder dystocia merupakan kondisi darurat medis karena dapat menyebabkan bayi mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen yang dapat berujung kematian.
Penyebab distosia
Mengutip laman Physio-pedi, ada beberapa faktor penyebab distosia yang perlu Bunda ketahui sebagai berikut:
1. Posisi janin
Posisi janin tidak normal menjadi salah satu penyebab distosia. Posisi janin tidak normal seperti sungsang yakni kepala bayi tidak berada di bawah, melintang, atau posisi tidak sesuai dengan jalur lahir.
2. Disproporsi cephalopelvic (CPD)
Disproporsi kepala-panggul (CPD) ini artinya ukuran kepala bayi terlalu besar untuk melewati panggul ibu sehingga mempengaruhi jalur kelahiran bayi, menyebabkan persalinan tidak lancar.
3. Inersia uterus
Kondisi ini terjadi ketika rahim tidak berkontraksi cukup kuat untuk melebarkan leher rahim dan mendorong bayi melalui jalan lahir.
4. Distosia serviks
Kondisi ketika serviks tidak melebar dengan baik. Faktor lainnya termasuk kehamilan ganda (kembar atau kembar tiga), obesitas ibu, dan diabetes gestasional.
Gejala dan komplikasi distosia
Sementara untuk gejala utama distosia adalah pembukaan serviks yang lambat atau tidak terjadi sama sekali. Lalu Kontraksi uterus yang lemah atau jarang, distres janin seperti penurunan detak jantung sampai kontraksi yang menyakitkan namun tidak menghasilkan kemajuan.
Distosia persalinan dapat menyebabkan sejumlah komplikasi baik bagi ibu maupun bayi, antara lain:
- Komplikasi pada ibu seperti perdarahan pasca persalinan, infeksi, dan robekan uterus.
- Komplikasi pada bayi seperti hipoksia (kekurangan oksigen), cedera saat lahir, dan kematian janin.
Pengobatan distosia
Pengobatan untuk distosia persalinan tergantung pada penyebabnya. Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan dapat memutar bayi secara manual ke posisi yang lebih optimal. Tapi jika bayi terlalu besar untuk melewati panggul ibu, tindakan operasi caesar mungkin diperlukan.
Sementara sesuai panduan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan bahwa wanita hamil dengan diabetes, yang memiliki janin yang tumbuh normal, harus ditawarkan persalinan elektif melalui induksi persalinan, atau seksio sesarea jika diperlukan, antara usia kehamilan 37+0 dan 38+6 minggu.
Jika perkiraan berat janin lebih dari 4,5 kg, pada Bunda dengan diabetes yang sudah ada sebelumnya atau diabetes gestasional, risiko dan manfaat dari seksio sesarea elektif, induksi persalinan, dan persalinan pervaginam harus dijelaskan.
Baik seksio sesarea elektif maupun persalinan pervaginam dapat menjadi pilihan yang tepat setelah terjadi dystocia bahu sebelumnya. Keputusan harus diambil bersama oleh ibu dan tenaga medis yang merawat, dan harus mempertimbangkan tingkat keparahan cedera sebelumnya, pilihan ibu, serta perkiraan ukuran janin.
Semoga informasinya bermanfaat tentang distosia atau persalinan macet dan bagaimana cara mengatasinya ya Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI Gratis!
(pri/pri)