Jakarta -
Bunda pernah mendengar istilah IUFD? Istilah ini sering kali disamakan dengan stillbirth atau bayi lahir mati. Lantas, apakah keduanya berbeda? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini ya!
Intrauterine Fetal Death (IUFD) merupakan kondisi bayi meninggal di dalam kandungan atau tidak ditemukannya tanda kehidupan janin saat usia kehamilan di atas 24 minggu. Usia kehamilan 24 minggu dianggap sebagai batas di mana janin dapat bertahan hidup bila dilahirkan. Sebaliknya, kemungkinan janin bertahan hidup sangatlah kecil pada usia di bawah 24 minggu.
Perlu dicatat juga, istilah IUFD sama dengan stillbirth atau lahir mati. IUFD dan stillbirth tergolong sebagai salah satu komplikasi kehamilan yang jarang terjadi. Persentasenya dapat menurun bila komplikasi dicegah sedini mungkin.
Faktor risiko IUFD
Ada tiga faktor utama terjadinya IUFD, yakni:
1. Faktor maternal (ibu)
Faktor maternal dapat dipicu karena kondisi medis yang diidap ibu, seperti hipertensi pada kehamilan (preeklamsia), penyakit autoimun, diabetes melitus, serta penyakit metabolik dan kronis lainnya.
2. Faktor plasenta
Faktor plasenta dapat terjadi bila ibu hamil mengalami komplikasi, seperti solusio plasenta (ari-ari lepas dari rahim selama kehamilan) atau plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir). Kondisi ketuban pecah juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya IUFD.
3. Faktor janin
Faktor janin penyebab IUFD ini termasuk kelainan khusus pada janin, seperti hidrops fetalis. Kondisi ini terjadi ketika janin mengalami kelebihan cairan di dalam pembuluh darahnya, sehingga terjadi gangguan sirkulasi. Penyebabnya dapat beragam, seperti faktor darah dan infeksi.
Perlu digarisbawahi, jika ditemukan ada kelainan pada janin yang memperberat kehidupan janin itu sendiri, maka lama-kelamaan kondisi tersebut dapat menyebabkan IUFD pada janin.
Apakah IUFD bisa diturunkan atau disebabkan faktor genetik?
IUFD tidak diturunkan langsung dari keluarga. Tetapi, faktor genetik dapat menjadi faktor risikonya, Bunda. Misalnya, ibu hamil yang memiliki riwayat keluarga diabetes atau hipertensi berpotensi untuk mengidap penyakit yang sama pada kehamilannya, sehingga berpotensi mengalami IUFD saat hamil.
Hal yang sama juga berlaku pada ibu hamil dengan riwayat penyakit autoimun dalam keluarga. Penyakit autoimun yang muncul selama kehamilan sering kali tidak terdeteksi dan tanpa disadari dapat memicu komplikasi pada janin.
Ilulstrasi IUFD USG/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Tanda-tanda IUFD
Tanda-tanda IUFD yang perlu Bunda kenali adalah tidak dirasakannya gerakan janin dan tidak ditemukannya detak janin pada pemeriksaan doppler dan USG
Tanda-tanda IUFD dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dokter biasanya melakukan skrining menyeluruh untuk memastikan kondisi janin, termasuk memeriksa detak jantung.
Meski begitu, Bunda juga dapat melakukan tindakan segera setelah tidak merasakan gerakan janin. Segera periksa ke dokter bila tidak merasakan gerakan janin di atas usia kehamilan 20 minggu ya.
Penanganan IUFD
Melahirkan janin memang menjadi pilihan utama dalam penanganan IUFD untuk mencegah komplikasi pada ibu mengandung
Kebanyakan dokter akan menyarankan untuk dilakukan induksi persalinan terlebih dulu, dan melahirkan janin melalui persalinan normal pada kehamilan yang tidak terdapat komplikasi
Namun, bila pasien memiliki riwayat persalinan sesar dan muncul komplikasi, maka dokter biasanya menyarankan tindakan operasi sesar. Jadi, persalinan sesar pada kondisi IUFD umumnya dilakukan apabila ada indikasi khusus.
Pentingnya pemeriksaan ke dokter selama hamil
Pemeriksaan ke dokter menjadi sangat penting selama hamil untuk mencegah IUFD, terutama bila Bunda memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Selama pemeriksaan, Bunda dapat melakukan pemeriksaan USG mulai dari usia kehamilan 12-14 minggu untuk melihat ada tidaknya kelainan pada janin
Tindakan pencegahan tersebut akan berbeda pada kasus IUFD berulang. Dokter perlu menelusuri penyebab khusus dengan melakukan pemeriksaan spesifik. Hal tersebut biasanya dilakukan bila tidak ditemukan tanda-tanda kelainan, namun janin tiba-tiba meninggal di dalam kandungan. Pemeriksaan laboratorium pada kasus tersebut hanya dilakukan apabila terdapat indikasi dan sesuai dengan saran dari dokter yang menangani Bunda.
Secara statistik, komplikasi IUFD memang dapat terjadi lagi (berulang) di kehamilan berikutnya. Angka kejadiannya sekitar 20 hingga 30 persen, dan tanpa sebab yang diketahui.
IUFD dan dampaknya pada kondisi rahim
IUFD yang dialami seorang Bunda dapat berdampak pada kondisi rahimnya. Hal ini terjadi bila Bunda terkena infeksi akibat janin meninggal yang tidak segera dilahirkan. Infeksi umumnya berasal dari ketuban pecah.
Kondisi lain yang juga dapat mempengaruhi rahim adalah hipertensi pada kehamilan atau preeklamsia. Hipertensi yang tidak terkontrol dan terus terjadi dapat menyebabkan ari-ari atau plasenta terlepas dari rahim, yang berdampak negatif pada kondisi rahim.
Demikian penjelasan mengenai IUFD atau kematian janin di dalam kandungan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
(ank/rap)