Kisah Queen Victoria Ratu Inggris yang Lahirkan 9 Anak dan Diduga Alami Depresi Postpartum

1 month ago 49

Jakarta -

Mendiang Ratu Victoria dari Kerajaan Inggris Raya melahirkan 9 anak semasa hidupnya. Cucu dari Raja George III ini diduga pernah mengalami depresi postpartum setelah melahirkan, Bunda.

Pada tahun 1840, sang Ratu menikah dengan Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha. Selama 17 tahun bersama, keduanya dikaruniai 9 orang anak, terdiri dari empat anak laki-laki dan lima anak perempuan.

Anak-anak dari Ratu Victoria dan suaminya ini lahir di antara tahun 1840 hingga 1857. Sebagian besar anak mereka menikah dengan keluarga Kerajaan Eropa lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Anak pertama sang Ratu, Putri Victoria Adelaide Mary Louise, lahir pada 21 November 1840 di Istana Buckingham, hampir 10 bulan setelah Ratu menikah dengan Albert. Putri Victoria Adelaide lahir tiga minggu lebih awal dari perkiraan lahirnya, Bunda.

Dilansir laman E News!, Ratu Victoria pernah mengatakan bahwa ia mengidap apa yang sekarang disebut depresi postpartum. Kondisi tersebut diperburuk oleh waktu yang dihabiskan jauh dari Albert.

Menurut penulis biografi Elizabeth Longford, Ratu Victoria baru merasa lebih baik setelah anak bungsunya lahir. Anak bungsunya Putri Beatrice Mary Victoria lahir pada 14 April 1857.

"Setelah kelahiran Beatrice, sang ratu 'merasa lebih baik dan lebih kuat daripada sebelumnya. Tidak ada depresi berat, seperti yang dialami sebagian besar (kelahiran) anak-anaknya," kata Longford.

Kondisi depresi postpartum yang dialami Ratu Victoria setelah melahirkan

Setelah Putri Victoria Adelaide, Ratu Victoria menghabiskan dua minggu waktunya berada di tempat tidur. Tiga bulan setelah anak pertamanya lahir, sang Ratu mendapati dirinya hamil lagi.

Dikutip dari History of Royal Women, Victoria menangis dan mengamuk saat mengetahui kabar tersebut. Selama musim panas berikutnya, ia mengidap sakit kepala terus-menerus.

Victoria juga sering mengalami depresi hingga ia menulis surat ke pamannya, Raja Leopold I dari Belgia, bahwa ia 'memberikan cobaan yang berat, cobaan terberat yang pernah ia tanggung'. Perlu diketahui, Victoria ditunjuk menggantikan sang paman untuk memimpin dan menjadi Ratu Inggris.

Pada tanggal 9 November 1841, Victoria melahirkan calon Raja Edward VII. Dia gembira karena telah melahirkan seorang anak laki-laki, tetapi merasa sangat sedih setelah menjalani persalinan yang menyakitkan.

Ketika Victoria menggendong bayinya yang baru lahir, dia tidak merasakan apa pun, tidak ada cinta atau kasih sayang. Sang ratu diduga mengalami depresi postpartum selama setahun, Bunda.

Di hari-hari awal kelahiran sang putra, Victoria juga merasa lemah dan tertekan serta sulit tidur. Victoria mulai mengalami halusinasi, seperti melihat bintik-bintik di wajah orang-orang yang berubah menjadi cacing atau peti mati melayang di depan matanya.

Pangeran Albert sangat hancur saat mengetahui kondisi istrinya. Ia pun membawa Victoria ke Skotlandia untuk membantu mengatasi depresinya.

Pada tanggal 25 April 1843, Victoria melahirkan anak ketiganya, seorang putri bernama Alice. Tak lama, ia hamil lagi anak keempatnya dan melahirkan seorang putra bernama Alfred pada 6 Agustus 1844. Dua tahun kemudian atau tahun 1846, anak kelimanya yang bernama Helena lahir, diikuti oleh anak keenamnya Putri Louise yang lahir di thaun 1848.

Hanya beberapa hari setelah kelahiran Putri Louise, sang Putri terpaksa meninggalkan London karena keselamatan anak-anaknya terancam. Victoria yang masih belum pulih dari persalinan hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil menangis terisak-isak.

Pada Mei 1850, anak ketujuh Victoria seorang putra bernama Arthur lahir. Anak kedelapannya yang bernama Leopold kemudian lahir pada April 1853.

Selama persalinan kedelapan, sang Ratu untuk pertama kalinya mengonsumsi kloroform atau obat pereda nyeri. Tetapi, hal tersebut tetap tidak mencegah depresi postpartum yang dialaminya.

Anak bungsu Ratu Victoria, Putri Beatrice, lahir pada April 1857. Menurut informasi, pada kehamilan terakhir, Albert sudah bosan mendengar keluhan Victoria tentang kehamilannya. Pada musim gugur 1857, Albert sempat menuduhnya egois dan banyak menuntut.

Saat itu, Albert diduga kesulitan memahami perubahan yang terjadi pada istrinya setelah melahirkan. Ia mengira Victoria sudah tidak punya akal sehat.

Sebaliknya, Victoria mulai memahami depresi yang dialaminya datang dan pergi. Namun, dampak paling besar terjadi selama dan setelah kehamilan.

Pada masa pemerintahan Ratu Victoria, istilah depresi postpartum belum diketahui, sehingga tak banyak yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegahnya.

Demikian kisah Ratu Victoria yang melahirkan 9 anak dan diduga sempat mengalami depresi postpartum.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online