Mengenal Toxic Productivity dan Ciri-cirinya, Kondisi Seseorang Kerja Tak Kenal Waktu

1 day ago 10

Bunda sering begadang untuk bekerja? Mungkin mengalami toxic productivity yang membuat Bunda kerja tak kenal waktu.

Terlalu giat bekerja tanpa jeda bisa jadi bukan tanda semangat, melainkan gejala toxic productivity. Jika berlanjut, perlahan bisa menghancurkan kualitas hidup Bunda lho.

Apakah Bunda belakangan sering bekerja lebih dari 12 jam sehari? Menolak undangan dari teman, menunda pemeriksaan kesehatan, atau merasa bersalah saat beristirahat?

Jika iya, mungkin sedang terjebak dalam pola toxic productivity. Meski terdengar seperti dedikasi kerja yang tinggi, kondisi ini justru menjadi pintu gerbang menuju kelelahan mental dan fisik, hingga gangguan kesehatan serius.

Toxic productivity muncul saat Bunda merasa perlu terus-menerus produktif, bahkan di luar jam kerja dan mengorbankan waktu pribadi. Bunda berusaha menunda waktu istirahat dengan dalih 'nanti saja setelah pekerjaan selesai', padahal daftar tugas terus bertambah tanpa henti.

Tak jarang, Bunda juga mengorbankan waktu makan siang, melewatkan waktu bersama keluarga, hingga mengganti waktu istirahat dengan menyelesaikan pekerjaan tambahan. Akibatnya, burnout menjadi hal yang tak terhindarkan.

Menurut pakar produktivitas sekaligus penulis buku, Jenny Blake, toxic productivity akan membuat Bunda merasa bersalah saat tidak sibuk. Bunda cenderung mengukur harga diri dari pencapaian, bukan kesehatan atau keseimbangan hidup.

Kondisi tersebut diperparah oleh tekanan di media sosial, di mana pencapaian orang lain dianggap sebagai tolak ukur pribadi. Ini bukan tanda termotivasi, yang terjadi justru perasaan tak pernah cukup dan kelelahan yang mendalam.

Mari pahami serba-serbi mengenai toxic productivity serta ciri-cirinya.

Apa itu toxic productivity?

Toxic productivity adalah dorongan tak terkendali untuk selalu produktif, bahkan ketika itu berarti harus mengorbankan kesehatan mental, fisik, hingga hubungan sosial.

"Anda mungkin terlibat dalam produktivitas yang toksik jika merasa tertekan untuk terus-menerus produktif dan sibuk, bahkan merasa bersalah saat beristirahat atau ‘tidak melakukan apa-apa'. Anda mungkin memprioritaskan pekerjaan dengan mengorbankan kesehatan mental dan fisik serta hubungan," papar Blake, penulis Free Time, Pivot, and Life After College, dilansir dari Forbes.

Dr. Will Cole mengungkapkan, toxic productivity sering kali disamarkan sebagai kesuksesan. Padahal ketika produktivitas mulai menyakiti tubuh dan pikiran, hal tersebut bukan lagi prestasi, melainkan alarm bahaya yang nyata.

"Ini adalah bentuk stres yang diterima dan contoh batasan tidak sehat dalam budaya kita. Hal ini dianggap sebagai lambang kehormatan dan diagung-agungkan dalam banyak hal. Tidak ada yang salah dengan menjadi sukses, produktif, dan cakap, tapi jika mengorbankan kesehatan, hal itu menjadi masalah," ujar Dr. Cole.

Ciri-ciri toxic productivity sering kali sulit dikenali karena kerap dipandang sebagai kerja keras biasa. Namun jika Bunda sudah mulai menolak beristirahat, tidak bisa berhenti bekerja, atau merasa bersalah saat menikmati waktu santai, itu bisa menjadi tanda adanya gejala toxic productivity.

Whitney Goodman, LMFT, terapis sekaligus penulis Toxic Positivity, menegaskan bahwa keterikatan harga diri dengan produktivitas sangat berbahaya. Ketika seseorang terlalu fokus pada kesuksesan di luar, mereka mengabaikan kebutuhan diri sendiri.

Hal itu tidak hanya berdampak pada kesehatan tapi juga bisa merusak hubungan dan performa kerja itu sendiri.

"Jika seseorang terlalu berfokus pada produktivitas, mereka mungkin melewatkan istirahat atau bentuk perawatan diri lainnya. Hal ini pasti dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Tidak mengherankan, ketika produktivitas ini mulai membahayakan kesejahteraan Anda, hubungan dan kinerja kerja Anda juga dapat terganggu," papar Goodman.

Ciri-ciri Bunda terjebak dalam siklus toxic productivity

Jennifer Moss, penulis 'Why Are We Here?: Creating a Work Culture Everyone Wants' dan pakar budaya kerja, menjelaskan bahwa toxic productivity menempatkan Bunda dalam mode darurat terus-menerus. Bunda merasa harus selalu melakukan sesuatu.

Ketika sudah menyelesaikan satu tugas, pikiran Bunda bahkan bisa langsung melompat ke pekerjaan berikutnya tanpa henti. Tentu hal ini tidak baik untuk kesehatan. 

Mengutip CNBC International, mari pahami tanda umum seseorang terjebak dalam toxic productivity agar Bunda bisa sadar lebih cepat dan tidak membahayakan kesehatan. 

  • Tidak punya cukup waktu untuk keluarga dan teman.
  • Selalu bekerja melebihi jam kerja yang seharusnya.
  • Sering mengirim e-mail malam hari atau saat akhir pekan.
  • Selalu makan siang di depan komputer.
  • Meninggalkan hobi atau aktivitas yang dahulu disukai.
  • Mengabaikan kesehatan fisik dan mental.
  • Merasa hidup hanya berisi daftar tugas yang harus diselesaikan.
  • Tidak pernah menjadwalkan waktu istirahat secara sengaja.

Jika tanda-tanda di atas terasa familiar, besar kemungkinan Bunda mengalami kelelahan tersembunyi yang suatu saat bisa meledak dalam bentuk burnout parah.

Cara mengatasi toxic productivity

Wahai para Bunda yang pekerja keras, Bunda harus ingat bahwa istirahat bukanlah musuh produktivitas. Justru sebaliknya, istirahat merupakan bahan bakar utama untuk bisa bekerja secara optimal. Jadi, tidak apa-apa untuk tetap beristirahat.

"Istirahat itu sangat bermanfaat bagi kita untuk menyelesaikan sesuatu," kata Moss.

Moss menyarankan agar setiap orang untuk menambahkan 'istirahat produktif' ke dalam to-do list harian. Dr. Saundra Dalton-Smith melalui bukunya 'Sacred Rest', mengidentifikasi jenis-jenis istirahat yang dibutuhkan manusia, yaitu:

  1. Istirahat fisik: tidur berkualitas dan aktivitas gerak ringan.
  2. Istirahat mental: mengambil jeda dari pekerjaan dan meredakan pikiran.
  3. Istirahat emosional: mengungkapkan perasaan dan berhenti menyenangkan orang lain.
  4. Istirahat kreatif: menikmati keindahan atau mengisi waktu dengan hobi.
  5. Istirahat sosial: berkumpul dengan orang-orang yang menenangkan.
  6. Istirahat spiritual: mendekatkan diri pada kekuatan yang lebih tinggi melalui doa atau meditasi.
  7. Istirahat sensorik: mengurangi paparan layar dan kebisingan.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa karyawan yang menggunakan 10 jam libur tambahan dalam setahun mengalami peningkatan performa kerja sebesar 8 persen. Ini artinya, produktivitas justru meningkat saat Bunda memberi ruang bagi tubuh dan pikiran untuk pulih.

Cara keluar dari lingkar toxic productivity

Langkah awal untuk lepas dari jeratan toxic productivity dengan menyadari bahwa Bunda lebih dari sekadar pekerjaan. Goodman menyarankan untuk mulai dengan langkah kecil, seperti menetapkan jam tertentu untuk berhenti kerja setiap hari atau menonaktifkan notifikasi email setelah jam kerja selesai.

Latihan berbicara kepada diri sendiri juga penting untuk menyembuhkan. Misalnya dengan kalimat afirmasi, antara lain:

“Saya bukan hanya apa yang saya kerjakan.”

“Saya berhak beristirahat dan merawat diri.”

“Produktivitas hanyalah satu bagian dari hidup saya.”

Jenny Blake pun menyarankan melakukan eksperimen kecil, seperti berhenti mengecek email lebih awal setiap hari dan menyadari bahwa dunia tidak runtuh ketika Bunda beristirahat. Dr. Cole menambahkan bahwa refleksi dan penciptaan batasan sehat dalam bekerja menjadi kunci untuk membangun hidup yang lebih seimbang.

“Jika kita mendapatkan jenis istirahat yang produktif ini, kita cenderung mencapai tujuan kita tepat waktu, menjadi lebih efisien [dan] membuat lebih sedikit kesalahan," tutur Moss.

Toxic productivity bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan kondisi serius yang bisa menguras kesehatan dan kebahagiaan Bunda dalam jangka panjang. Produktif memang penting, tapi istirahat juga wajib.

Ingatlah, hidup tidak harus selalu tentang pencapaian. Merawat diri dan menikmati waktu luang merupakan bagian penting dari keberhasilan yang berkelanjutan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online