Tahun Baru Islam 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025, yang ditandai dengan masuknya bulan Muharram sebagai awal bulan dalam kalender Hijriah. Momen pergantian tahun ini bukan hanya sekadar perubahan tanggal, tetapi juga waktu yang tepat untuk melakukan refleksi diri dan memperbanyak amalan kebaikan, ya, Bunda.
Dalam ajaran Islam, Muharram dikenal sebagai salah satu bulan mulia yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Muharram adalah puasa sunnah. Menjalankan puasa sejak tanggal 1 hingga 10 Muharram bisa menjadi cara indah untuk menyambut tahun baru Islam dengan penuh keberkahan.
Melansir dari detikcom dan beberapa sumber lainnya, berikut panduan lengkap seputar bacaan niat hingga hukum pelaksanaan puasa di awal Tahun Baru Islam 2025, terutama jika digabung dengan puasa sunnah lainnya. Yuk, simak informasi selengkapnya!
Hukum puasa 1-10 Muharram berturut-turut
Anjuran utama dalam menjalankan puasa sunnah di bulan Muharram terletak pada tanggal 9 dan 10. Kedua hari ini dikenal sebagai Puasa Tasua dan Puasa Asyura yang memiliki keutamaan istimewa.
Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Kedahsyatan Puasa karya M. Syukron Maksum. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa puasa ini hukumnya sunnah muakkadah, yaitu amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Keutamaannya luar biasa, di mana disebutkan bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya.
Terkait hukum puasa Asyura, disebutkan oleh Abu Hijrah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Hari ini adalah Hari Asyura, dan kamu tidak diwajibkan berpuasa padanya. Dari saya sekarang berpuasa, maka siapa yang suka, berpuasalah. Dan siapa yang tidak suka, berbukalah!" (HR Muslim)
Sementara itu, puasa Tasua yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram juga memiliki kedudukan istimewa. Rasulullah SAW sendiri bertekad untuk melaksanakannya di tahun-tahun berikutnya. Sayangnya, beliau wafat sebelum sempat menunaikannya.
Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA yang menyampaikan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan berpuasa Tasua (tanggal 9 Muharram)." (HR Muslim)
Meski dua hari tersebut sangat dianjurkan, bukan berarti berpuasa di hari-hari lainnya dalam 10 hari pertama Muharram tidak boleh, ya, Bunda. Justru, memperbanyak puasa di bulan Muharram sangat disunnahkan.
Dalam buku Meraih Surga dengan Puasa karya H. Herdiansyah Achmad, dijelaskan bahwa tidak ada hari yang dimakruhkan atau diharamkan untuk berpuasa di bulan ini. Jadi, bila Bunda dan keluarga ingin menjalankan puasa sunnah sejak tanggal 1 hingga 10 Muharram, itu adalah pilihan ibadah yang sangat dianjurkan dan penuh pahala.
Niat puasa 1 Muharram hingga 8 Muharram
Berikut bacaan niat puasa sunnah yang bisa Bunda lafalkan pada tanggal 1 hingga 8 Muharram di awal Tahun Baru Islam 2025.
نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta'âlâ.
Artinya: "Saya niat puasa Muharram karena Allah ta'âlâ."
Niat puasa Muharram hari ke-9 (Tasua)
Ini dia bacaan niat puasa sunnah Tasua yang dikerjakan pada tanggal 9 Muharram, Bunda!
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatit Tasû'â lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Tasu'a esok hari karena Allah SWT."
Niat puasa Muharram Hari ke-10 (Asyura)
Setelah puasa Tasua, Bunda juga bisa menunaikan puasa Asyura di tanggal 10 Muharram. Berikut bacaan niat puasanya!
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT."
Keutamaan puasa 1-10 Muharram
Dilansir oleh detikcom, inilah lima keutamaan puasa sunnah di bulan Muharram yang sayang untuk dilewatkan.
1. Termasuk puasa yang paling utama.
2. Bagian dari ibadah di bulan-bulan mulia yang disebut Al-Asyhurul Hurum. Berpuasa di bulan Muharram memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:
عَنِ الْبَاهِلِيِّ أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنَا الرَّجُلُ الَّذِي أَتَيْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ. قَالَ: فَمَا لِي أَرَى جِسْمَكَ نَاحِلًا؟ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا بِالنَّهَارِ، مَا أَكَلْتُهُ إِلَّا بِاللَّيْلِ. قَالَ: مَنْ أَمَرَك أَنْ تُعَذِّبَ نَفْسَكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَقْوَى. قَالَ: صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بَعْدَهُ وَصُمِ الْأَشْهُرَ الْحُرُمَ. (رَوَاهُ دَاوُدَ وَابْنِ مَاجَهْ وَغَيْرِهِمَا)
Artinya: "Diriwayatkan dari al-Bahili: 'Aku mendatangi Rasulullah SAW, lalu berkata: 'Wahai Rasulullah, Aku adalah lelaki yang pernah mendatangimu pada tahun pertama?' Rasulullah SAW bersabda: 'Dulu aku tidak melihat tubuhmu lemah?' Al-Bahili menjawab: 'Wahai Rasulullah, Aku tidak mengonsumsi makanan di siang hari, aku tidak memakannya kecuali di waktu malam.' Rasulullah saw bersabda: 'Siapa yang menyuruhmu menyiksa dirimu?' Aku menjawab: 'Wahai Rasulullah, sungguh Aku mampu berpuasa (terus-menerus).' Rasulullah saw bersabda: 'Puasalah bulan Sabar (Ramadhan) dan tiga hari setelahnya, dan puasalah pada bulan-bulan mulia'." (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan sebagainya)
3. Dalam hadis riwayat at-Thabarani, disebutkan bahwa satu hari berpuasa di bulan Muharram akan dibalas dengan pahala seperti berpuasa selama 30 hari.
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به)
Artinya: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: 'Rasulullah saw bersabda: 'Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa'." (HR at-Thabarani dalam al-Mu'jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah). (Abdul Adhim bin Abdul Qawi al-Mundziri, at-Targhîbu wat Tarhîbu minal Hadîtsisy Syarîf, [Beirut, Dârul Kutubil 'Ilmiyyah], juz II, h. 70).
4. Berpuasa di tanggal 10 Muharram atau hari Asyura dipercaya dapat menjadi sebab diampuninya dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Muslim.
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: 'Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat'." (HR Muslim)
5. Untuk membedakan diri dari kebiasaan kaum Yahudi yang juga berpuasa di hari Asyura, umat Islam dianjurkan menambahkan puasa pada tanggal 9 (Tasua) dan/atau 11 Muharram sebagai pelengkap.
Rasulullah SAW bersabda, "Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya." (HR Ahmad)
Tata cara puasa Muharram
Puasa pada tanggal 1 Muharram dilakukan seperti halnya puasa sunnah lainnya. Berikut ini langkah-langkah yang bisa Bunda ikuti:
1. Niat sebaiknya dilafalkan sejak malam hari hingga sebelum masuk waktu subuh, sebagai tanda kesiapan untuk beribadah.
2. Disunnahkan untuk makan sahur, dan waktu terbaiknya adalah mendekati waktu imsak atau sebelum azan subuh.
3. Seperti puasa pada umumnya, Bunda perlu menahan diri dari makan, minum, serta segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
4. Selain menahan lapar dan haus, penting juga untuk menjaga sikap, seperti tidak berkata kasar, tidak bergunjing, serta menjauhi perbuatan dosa lainnya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن ماجه من حديث أبي هريرة)
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga.: (HR an-Nasa'i dan Ibnu Majah dari riwayat hadits Abu Hurairah ra).
5. Dianjurkan untuk tidak menunda berbuka puasa. Segerakan batalkan puasa atau berbuka saat masuk waktu Maghrib.
Bolehkah puasa Muharram sekaligus Qadha Ramadhan?
Lantas, bagaimana jika Bunda memiliki utang puasa wajib Ramadan dan ingin menggantinya di awal Tahun Baru Islam? Kira-kira, bolehkah puasa tersebut dilakukan bersamaan dengan puasa Muharram?
Melansir dari detikcom, dalam kajian fikih, penggabungan dua niat ibadah dalam satu amalan dikenal dengan istilah tasyrikunniyat. Para ulama memiliki pandangan yang beragam mengenai hal ini.
Sebagian ulama membolehkan penggabungan niat ibadah wajib dan sunnah. Misalnya niat mandi wajib sekaligus mandi sunnah Jumat, atau niat puasa qadha dibarengi dengan puasa Arafah atau Asyura. Dalam hal ini, keduanya tetap sah dan pahalanya tetap bisa didapat.
Namun, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ketika dua niat digabungkan, maka hanya ibadah wajibnya saja yang dianggap sah.
Jadi, jika seseorang berniat puasa qadha sekaligus puasa sunnah, yang dihitung hanya puasa qadhanya. Sementara sebagian ulama lainnya berpandangan sebaliknya, yang sah justru hanya ibadah sunnahnya.
Karena terdapat perbedaan pendapat tersebut, sebagian ulama menganjurkan agar puasa qadha dan puasa sunnah dilakukan secara terpisah, untuk menjaga kejelasan niat dan menghindari perselisihan hukum. Anjuran ini juga dikuatkan dalam kitab Mughnil Muhtaj karya Al-Khatib Asy-Syarbini, yang menyarankan agar orang yang memiliki utang puasa Ramadhan segera menggantinya sebelum melaksanakan puasa sunnah.
Meski demikian, pendapat ulama lain yang lebih fleksibel juga patut dipertimbangkan. Dalam kitab Al-Mustarsyidin, dijelaskan tiga pandangan.
- Ibnu Hajar berpendapat bahwa seseorang tetap bisa mendapatkan pahala puasa sunnah jika niat qadha dan sunnah dilakukan secara bersamaan.
- Imam Romli menyebutkan bahwa meskipun hanya berniat qadha, pahala puasa sunnah tetap bisa diperoleh selama puasanya dilakukan di waktu yang dianjurkan.
- Abu Makromah berpendapat bahwa puasa wajib tidak bisa digabung dengan puasa sunnah, dan keduanya harus dilakukan secara terpisah.
Berdasarkan penjelasan di atas, menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah di bulan Muharram diperbolehkan menurut sebagian ulama, tetapi tidak disarankan oleh sebagian lainnya. Bunda bisa memilih pendapat yang paling diyakini, tentunya dengan tetap mengutamakan niat dalam menyempurnakan ibadah, ya.
Niat puasa Muharram dan Qadha Ramadhan
Jika Bunda ingin menggabungkan puasa sunnah Muharram dengan puasa qadha Ramadan, cukup membaca niat untuk puasa qadha saja. Sebab, puasa qadha bersifat wajib dan harus didahulukan agar ibadahnya sah. Berikut lafal niat yang bisa Bunda baca:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadhā'I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah Swt."
Bolehkah menggabung puasa 1 Muharram dengan puasa Senin Kamis?
Puasa Senin Kamis merupakan amalan yang rutin dijalankan oleh Rasulullah SAW sepanjang hidup beliau. Lantas, bagaimana jika tanggal 1-10 Muharram bertepatan dengan hari Senin atau Kamis? Apakah boleh menjalankan kedua puasa sunnah tersebut secara bersamaan?
Merujuk pada penjelasan dalam buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya karya Khalifa Zain Nasrullah, diperbolehkan untuk menggabungkan puasa sunnah Muharram dengan puasa Senin Kamis jika waktunya bertepatan. Artinya, cukup dengan satu kali niat, Bunda bisa mendapatkan pahala dari dua ibadah sunnah sekaligus.
Pandangan ini juga didukung oleh ulama besar seperti Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhu al-Islamiyyu wa Adillatuhu yang diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani. Menurutnya, menggabungkan dua ibadah sunnah dalam satu niat, termasuk puasa Senin Kamis dan puasa Muharram, adalah sah dan diperbolehkan.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh para ulama dari mazhab Syafi’i. Dalam kitab Al-Majmu’, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa kebolehan menggabungkan dua niat dalam satu amalan sunnah sudah menjadi praktik yang diakui.
Meskipun dianjurkan untuk menyebut secara khusus nama puasanya dalam niat. Namun jika tidak disebutkan secara spesifik pun, ibadahnya tetap sah menurut sebagian besar pendapat.
"Semestinya disyaratkan ta'yin (penyebutan nama puasa di niat) dalam puasa rawatib seperti puasa 'Arafah, puasa Asyura, puasa Bidh (13, 14, 15 setiap bulan Hijriyah), dan puasa enam hari Syawal seperti ta'yin dalam salat rawatib," jelas Iman an-Nawawi dalam buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah.
Bacaan niat puasa Muharram sekaligus puasa Senin Kamis: Arab, Latin, dan artinya
Selama menjalani puasa Tahun Baru Islam 2025, jika tanggal 1–10 Muharram bertepatan dengan hari Senin atau Kamis, Bunda bisa memilih salah satu dari dua niat puasa sesuai dengan hari pelaksanaannya. Berikut bacaan niat yang bisa dibaca:
Niat puasa sunnah Senin
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil itsnaini lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah hari Senin karena Allah ta'âlâ."
Niat puasa sunnah Kamis
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ الخَمِيْسِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma yaumil khamîsi lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunah hari Kamis karena Allah ta'âlâ."
Demikian penjelasan seputar hukum, niat, dan tata cara pelaksanaan puasa 1–10 Muharram, termasuk jika digabungkan dengan puasa sunnah lainnya. Semoga informasi ini bisa menjawab pertanyaan Bunda, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)