Jakarta -
Liburan sekolah menjadi salah satu momen yang dinantikan anak-anak. Meski begitu, setelah menikmati liburan panjang, umumnya Si Kecil akan mengalami perubahan perilaku.
Libur panjang merupakan momen di mana anak mengalami perubahan rutinitas. Perlu diingat bahwa setiap perubahan yang dilalui anak akan menjadi hal yang sangat menantang bagi mereka.
"Ketika Bunda menambahkan ketakutan akan virus yang beredar, perubahan rutinitas sekolah, kematian orang yang dicintai, hingga musim liburan, ini mungkin sangat menantang bagi anak-anak. Dan kita harus peka terhadap perasaan serta kebutuhan mereka," ujar psikolog sistem kesehatan Mayo Clinic, Lisa Hardesty, Ph. D., mengutip dari Mayo Clinic News Network.
"Ingatlah bahwa stres dapat menjadi respons fisik, mental, dan emosional yang dialami dan otomatis terhadap peristiwa yang menantang dan sebagian besar anak belum memiliki keterampilan koping untuk mengatasinya," sambung dr. Lisa.
Anak-anak yang mengalami stres saat berlibur mungkin memiliki sifat yang lebih cepat marah. Hal ini menjadi tanda-tanda umum anak kewalahan karena mereka berusaha keluar dari situasi yang membuat mereka merasa tidak nyaman.
Cara mengatasi perubahan perilaku anak setelah liburan
Dilansir dari laman The Conversation, ada beberapa cara mengatasi perubahan perilaku anak setelah liburan. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Siapkan rutinitas kembali ke sekolah
Buat struktur tentang kembali dengan rutinitas sekolah bisa menjadi salah satu cara mengatasi perubahan perilaku anak. Siapkan bagan praktis dengan menyertakan hal-hal penting sebagai berikut:
- Apa yang perlu dilakukan anak setiap hari seperti bangun pagi, sarapan, dan berpakaian?
- Bantuan apa yang dibutuhkan anak dari Bunda untuk bersiap-siap?
- Apa yang bisa mereka lakukan sendiri?
Minggu pertama mungkin Si Kecil akan mengalami kendala. Jadi, jangan lupakan berbagai macam kebiasaan sehat seperti pola tidur, olahraga aktivitas fisik sedang hingga berat, serta pola makan sehat.
2. Bicarakan tentang kembali ke sekolah
Sebagian besar anak akan menghadapi beberapa tingkat stres atau kecemasan tentang sekolah. Mereka memiliki wawasan tentang pengalaman sekolah mereka, jadi cari tahu apa yang membuat anak merasa khawatir dengan bertanya langsung.
Bunda bisa menawarkan dukungan dengan menormalkan rasa khawatir dan gugup. Yakinkan anak bahwa perasaan yang mereka miliki adalah hal biasa dan kemungkinan besar mereka akan mengatasinya setelah mereka merasa tenang.
3. Bantu ciptakan rasa aman di sekolah
Ilustrasi anak sekolah/Foto: Getty Images/wombatzaa
Membantu menciptakan rasa aman di sekolah bisa memengaruhi keberhasilan akademik dan kesejahteraan anak. Bunda dan Ayah bisa memfasilitasi sikap positif tentang sekolah dengan memberikan nada yang bisa membesarkan hati anak ketika membicarakannya.
Tunjukkan juga minat pada kehidupan sekolah, pekerjaan rumah, serta rasa siap untuk mendukung anak baik secara akademis maupun sosial.
Lebih dari separuh orang tua dalam satu survei mengatakan pekerjaan rumah dan tugas sekolah adalah pendorong stres terbesar pada anak. Ketika orang tua lebih terlibat dalam tugas sekolah anak, mereka lebih mampu mendukung anak melaluinya.
4. Waspadai tanda-tanda stres
Penelitian menunjukkan bahwa orang tua bisa melewatkan stres atau kecemasan pada anak-anaknya. Bunda pun perlu tahu tanda-tanda anak stres, yakni sebagai berikut:
- Anak lebih lengket dari biasanya
- Anak mencoba melarikan diri dari kelas
- Tampak gelisah, bertingkah, atau menangis
- Menunjukkan keinginan yang meningkat untuk menghindari aktivitas melalui negosiasi dan pembuatan kesepakatan
- Mencoba untuk keluar dari sekolah
- Perkembangan yang mundur seperti menghisap jempol, bahasa bayi, atau peningkatan ketertarikan pada mainan lunak
5. Tanyakan pada anak
Ajukan pertanyaan pada anak tentang apa yang mungkin dilalui anak di semester berikutnya. Apa yang akan sama dan apa yang mungkin akan berbeda.
Hal yang terpenting adalah beri tahu anak bahwa Bunda siap diajak bicara kapan pun. Atur waktu untuk mengobrol sehingga dapat membantu anak mengatasi rasa gugup kembali ke sekolah.
Demikian informasi tentang cara mengatasi perilaku anak yang berubah setelah liburan. Semoga bisa memberikan manfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)