Prediksi Cloudera 2025: Tinggalkan Sensasi, Perusahaan Mulai Perhatikan Investasi AI-nya

1 day ago 3

Jakarta, Selular.ID – Kehadiran teknologi AI masih akan membawa optimisme besar pada tahun ini. Namun, berbeda dengan pendekatan tahun sebelumnya, perusahaan akan melakukan pendekatan AI yang lebih praktis.

Perusahaan akan berhenti memperhatikan AI dari sisi sensasi belaka, melainkan akan berfokus untuk memetakan roadmap investasi mereka pada teknologi canggih tersebut.

“Pemimpin dan eksekutif di perusahaan akan memberikan tekanan lebih besar kepada IT untuk membuktikan bahwa investasi mereka berhasil memberikan dampak yang jelas,” kata Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera.

Cloudera memprediksi bahwa tahun ini akan ada dua kubu perusahaan terkait penggunaan AI dalam bisnis mereka.

Kubu pertama adalah bisnis yang telah sukses dalam penggunaan GenAI dan sedang memanen hasilnya.

Adapun kubu kedua adalah perusahaan yang secara tradisional tidak memiliki database dalam skala besar untuk memanfaatkan GenAI, dan mereka akan beralih ke AI tradisional atau model machine learning yang deterministik, untuk mendorong efisiensi dan produktivitas.

Baca Juga: Bank BNI Tunjuk Cloudera untuk Percepat Transformasi Bisnis dengan AI Generatif

Menurut laporan McKinsey, sebagaimana dikutip oleh Sherlie, sebanyak 65% dari perusahaan melaporkan penggunaan GenAI secara berkala dan mengalami pengurangan biaya yang besar untuk SDM dan peningkatan pendapatan dalam manajemen rantai pasok.

Khusus Indonesia, menurut data PwC, meskipun perusahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan perusahaan Asia Pasifik dalam pengadopsian GenAI, diyakini bahwa pada tahun ini, GenAI akan meningkatkan kemampuan CEO dalam membangun kepercayaan pemangku kepentingan (57%) dan meningkatkan kualitas produk dan layanan (56%).

Lembaga layanan keuangan, contohnya, adalah pengadopsi awal GenAI, dan Cloudera mengamati perubahan penting sedang terjadi di industri ini ketika semakin banyak bank beralih dari sistem yang rule-based ke yang model-based untuk pendeteksian penipuan.

Value sesungguhnya dari GenAI adalah mendapatkan pengetahuan dan insight dalam skala besar – tanpa data yang bagus, model AI tidak bisa berjalan dengan baik.

“Dengan demikian, perusahaan yang bakal mendapatkan manfaat adalah dari sektor-sektor yang memiliki kumpulan besar data tepercaya yang bisa mereka akses untuk mendapatkan insight yang bisa ditindaklanjuti,” ucap Sherlie.

Baca Juga: Cloudera Data-in-Motion akan Tersedia sebagai Kubernetes Operators

Cloudera juga mengamati bahwa pada tahun ini kesenjangan antara tim bisnis dan tim IT akan semakin menyempit.

Tim IT dan bisnis sudah terlalu lama berada dalam kondisi siloed atau terpisah-pisah tanpa memahami satu sama lain, di mana pengguna bisnis biasanya membuat permintaan kepada tim IT tanpa memahami cakupan teknologi yang dibutuhkan, dan tim IT meminta insight tanpa tahu masalah bisnis apa yang sedang mereka pecahkan.

Di tahun 2025 kesenjangan mulai berkurang di mana sebagian besar enterprise terdepan akan saling memperlengkapi seluruh staf – mulai dari departemen pemasaran dan keuangan, hingga ke tim IT dan data scientist, hingga ke jajaran C-suite – untuk memanfaatkan data, analitik dan AI untuk mempercepat pertumbuhan.

Para pemimpin bisnis kini sudah lebih “fasih” menggunakan tool AI yang ramah pengguna seperti asisten dan copilot, yang membuat para profesional bisnis dapat memanfaatkan analitik untuk mengambil keputusan yang lebih baik.

Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera.Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera.

Dengan inovasi enterprise AI yang menjadi pusat perhatian di tahun depan, bisnis harus dapat memilih kapan harus menggunakan public large language models (LLM) atau privat yang bisa memberikan insight akurat berdasarkan konteks organisasi.

Menurut riset McKinsey, kurang dari setengah (47%) perusahaan secara signifikan melakukan kustomisasi dan mengembangkan model mereka sendiri saat ini dan kami yakin ini akan berubah di tahun 2025 saat perusahaan mengembangkan chatbot yang digerakkan AI, asisten virtual, dan aplikasi berbasis agen yang disesuaikan dengan bisnis perorangan dan industri.

Baca Juga: Percepat Kemampuan Generative AI, Cloudera Gandeng Aboitiz Data Innovation

Saat semakin banyak perusahaan menjalankan LLM kelas enterprise, mereka akan membutuhkan dukungan GPU untuk performa yang lebih cepat dibandingkan CPU tradisional, dan sistem tata kelola data yang kuat dengan keamanan dan privasi yang ditingkatkan.

Dalam semangat yang sama, perusahaan juga akan meningkatkan penggunaan metode retrieval-augmented generation untuk mengubah LLM generik menjadi data repository yang khusus untuk industri atau perusahaan tertentu, yang lebih akurat dan andal bagi pengguna akhir yang bekerja di field support, SDM, atau rantai pasokan.

Lebih lanjut, Sherlie menjelaskan, apabila 2024 adalah tahun percontohan untuk Gen AI, pada tahun 2025 kita akan melihat perusahaan akan melangkah maju menuju ke produksi penuh dan melakukan pengembangan dengan penerapan GenAI.

“Ini artinya menjalankan infrastruktur hybrid cloud saja tidak akan cukup, dan perusahaan akan menghadapi kebutuhan mendesak untuk memiliki kemampuan multi-cloud atau hybrid cloud untuk data dan analitik. Dengan pertumbuhan di lingkungan hybrid, jejak data perusahaan akan meluas di on-premise, mainframe, di public cloud, dan di edge,” katanya.

Baca Juga: Ini Strategi Monetisasi Data Telekomunikasi di 5G Ala Cloudera

Bisnis membutuhkan kemampuan untuk membawa model Gen AI ke mana pun data berada, dan dengan lancar memindahkan data dan beban kerja ke seluruh bisnis, untuk mendapatkan insight berharga dan menjawab kebutuhan perusahaan.

Dengan begitu banyak data yang diberikan kepada layanan model AI, keamanan dan tata kelola akan muncul ke permukaan.

Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang mulai berlaku tahun lalu mengharuskan perusahaan untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data pribadi.

Pelanggaran terhadap peraturan ini akan membuat perusahaan berhadapan dengan sanksi administratif, hukuman pidana, dan denda yang besar.

Riset Deloitte mendapati bahwa hambatan terbesar dalam pengadopsian GenAI bagi perusahaan adalah risiko kepatuhan dan kekhawatiran terkait tata kelola.

Regulasi juga menjadi salah satu penghalang di Indonesia menurut 75% CEO yang mengikuti survei yang dilakukan oleh PwC, selain masalah kemampuan teknis (63%) dan kurangnya tenaga kerja ahli (61%).

Baca Juga: Migrasi ke Cloud dengan Cloudera dan AWS, iForte Kini Makin Getol Berinovasi

Ketika perusahaan menjalankan model AI dan aplikasi secara privat, baik di on-premise maupun di public cloud, akan ada penekanan yang lebih besar pada platform manajemen hybrid data yang mengintegrasikan sumber data on premise dan cloud untuk fleksibilitas yang lebih besar dan akses yang lebih luas ke dataset yang berbeda sekaligus menjaga kendali, keamanan dan tata kelola pada endpoint model dan operasional.

Tren lain yang diamati pada tahun ini adalah mengenai keberadaan agen AI, yang akan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Evolusi agen AI yang cepat akan membentuk cara perusahaan memanfaatkan data untuk mendapatkan insight yang bisa ditindaklanjuti dan mendorong ROI.

Pemimpin harus bergerak melampaui metodologi agile tradisional dan mengintegrasikan kemampuan AI ke dalam proses pengembangan core mereka agar bisa berkembang dalam lingkungan yang bergerak cepat ini.

Sherlie menjelaskan perusahaan yang berinvestasi pada alur kerja agen dan model yang foundational, akan mendapatkan keunggulan kompetitif, mengubah tugas-tugas yang kompleks menjadi tindakan yang efisien dan memberikan hasil dengan cepat.

Untuk memaksimalkan potensi ini, perusahaan harus memprioritaskan pengembangan tim dengan keahlian yang difokuskan pada pembelajaran berkelanjutan dan mahir dalam pemanfaatan AI.

Baca Juga: Layanan Private Cloud Cloudera Kini Dilengkapi AI

Saat agen AI berkembang, tata kelola data yang kuat akan jadi penting untuk mendapatkan insight yang bisa diandalkan.

Perusahaan yang memanfaatkan AI untuk inovasi dan efisiensi akan menjadi pemimpin pasar.

Menurut Sherlie, dengan mengadopsi alur kerja agen, perusahaan bisa mengotomatisasi proses yang kompleks, memungkinkan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan respons yang agile terhadap perubahan pasar.

Integrasi ini akan mendorong adaptabilitas, memungkinkan tim tetap berada di depan tren.

Mereka yang menangkap peluang yang diberikan agen AI akan menentukan masa depan industri mereka.

Baca Juga: Cloudera Indonesia Tunjuk Bos Baru

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online