Selular.ID – Setelah anjlok pada 2022 dan 2023, pasar ponsel Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada 2024.
Merujuk pada laporan IDC yang dipublikasikan pada Rabu (12/2), permintaan ponsel di Tanah Air hampir mencapai 40 juta unit, atau meningkat sebesar 15,5%.
Jumlah itu merupakan pembalikan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya yang sempat loyo, dihantam pandemi covid-19. Tengok saja pengiriman smartphone pada 2023 yang hanya mencapai 34,6 juta unit.
Menurut IDC, Transsion kini mampu menyodok ke posisi puncak. Vendor yang menaungi tiga merek smartphone (Infinix, Tecno, dan Itel) unggul atas Oppo yang harus puas di posisi runner-up.
Padahal pada 2023, Oppo masih menjadi penguasa pasar ponsel Indonesia.
Pangsa pasar Oppo pada 2024 berbeda tipis dengan Transsion, yaitu 17,8% (tumbuh 7,6%).
Berturut-turut lima besar posisi selanjutnya diisi oleh Samsung dengan pangsa pasar 17,2%(minus 0,6%), Xiaomi 16,5% (tumbuh 28,4%), dan Vivo 16,2% (tumbuh 9,2%).
Baca Juga: Oppo dan Timnas Sediakan Phone Case Spesial Setiap Pembelian Reno13
Berdasarkan kajian IDC, pertumbuhan sebanyak dua digit pada 2024, didukung permintaan yang kuat pada segmen entry level.
Segmen untuk pemula seharga Rp 2 jutaan itu, menjadi primadona bagi kebanyakan konsumen di Indonesia, seiring dengan belum pulihnya daya beli masyarakat.
Sebagaimana diketahui, segmen entry level masih mendominasi pasar Indonesia, meski disesaki oleh banyak pemain.
Segmen ini menjadi andalan bagi konsumen yang mencari perangkat dengan harga terjangkau namun memiliki fitur memadai.
Setelah bertahun-tahun dikuasai oleh Xiaomi, Transsion Group yang membawahi tiga merek smartphone (Infinix, Tecno, dan Itel) kini menjelma menjadi penguasa di segmen entry level.
Seperti halnya low end, segmen mid-range atau kelas menengah, yaitu smartphone di rentang harga Rp 3,2 jutaan hingga Rp 9,8 jutaan juga mengalami pertumbuhan yang kuat. Tak tanggung-tanggung, melonjak sebesar 24,9 % YoY.
Di segmen yang terus tumbuh setiap tahunnya itu, merek di bawah BBK Group, Oppo tetap memimpin. Oppo telah menjadi penguasa segmen ini sejak beberapa tahun terakhir, berkat varian yang terbilang popular di Indonesia, Reno Series.
Di sisi lain, ponsel pintar dengan harga lebih tinggi , yaitu segmen di atas Rp 10 jutaan, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,2 %.
Terjungkalnya pasar segmen premium, sebagian besar disebabkan oleh pelarangan terhadap iPhone 16 yang diberlakukan pemerintah pada Oktober 2024.
Tak kunjung beredarnya iPhone 16, telah memukul para distributor yang selama ini mengandalkan penjualan smartphone besutan Apple, seperti Erajaya Group dan Digimap.
Sebagian besar konsumen kelas atas di Indonesia, tampaknya lebih menunggu iPhone 16 meluncur secara resmi atau menunda pembelian, ketimbang beralih ke smartphone Android.
Padahal, sepanjang tiga bulan terakhir demi memanfaatkan kekosongan pasar, merek-merek utama seperti Samsung, Oppo, dan Vivo, telah memperkenalkan jagoannya di segmen yang identik dengan kelompok berkantung tebal itu.
Baca Juga: Top 5 Vendor Smartphone di Asia Tenggara: Oppo Pimpin 2024, Transsion Kuasai Q4
Tantangan Oppo Semakin Berat
Meski belum sepenuhnya berhasil menggaet segmen premium yang saat ini masih dikuasai oleh Apple dan Samsung, namun keberhasilan Oppo mendominasi pasar di kelas menengah, menjadi pembuktian bahwa ekuitas merek Oppo telah tercipta dengan baik di benak konsumen.
Padahal, sejak beberapa tahun terakhir, segmen menengah menjadi medan pertempuran yang sengit di Indonesia. Vivo dan Samsung menjadi kompetitor terdekat.
Sejumlah vendor yang sebelumnya terbilang kuat di segmen bawah, seperti Realme dan Xiaomi juga turut meramaikan pasar di segmen menengah.
Untuk meningkatkan persepsi merek, Xiaomi bahkan mengubah strategi. Vendor yang berbasis di Beijing itu, menggandeng pabrikan kamera asal Jerman Leica untuk menggaet konsumen menengah atas.
Di sisi lain, demi mempertahankan posisi di segmen low end, vendor yang sebelumnya identik dengan harga murah itu, menelurkan dua merek baru sebagai fighting brand, yaitu Poco dan Redmi.
Begitupun dengan ZTE. Kembali ke Indonesia pada September 2022, ZTE menjadikan kelas low-end dan mid-end sebagai pijakan untuk kembali membangun pasar, pasca mundur dari Indonesia pada 2017.
Jangan lupakan juga pemain-pemain lain yang selama ini konsisten menggarap segmen menengah, seperti Sharp dan Asus.
Sharp misalnya, menggandeng Leica, kerap menomor satukan kualitas kamera dan video sebagai nilai jual. Begitu pun dengan Asus yang menawarkan smartphone kelas flagship dengan desain menawan dan fitur-fitur mumpuni.
Ketatnya persaingan di segmen menengah, seiring dengan terus meningkatnya permintaan. Konsumen menginginkan spesifikasi yang lebih bertenaga, meski harus merogoh kocek lebih dalam.
Di sisi lain, vendor juga memperluas portofolio harga mereka yang lebih tinggi. Mengingat kelas menengah dapat mengatrol reputasi brand. Begitupun margin pendapatan jauh lebih baik dibandingkan segmen low-end.
Dengan kinerja yang tetap terjaga, IDC menyebutkan bahwa Oppo menjadi salah satu satunya produsen pada 2024, di angka 7,6%.
Namun ke depan, upaya Oppo dalam mempertahankan predikat sebagai raja kelas menengah, dipastikan tidak akan mudah, mengingat persaingan bertambah ketat.
Seperti diketahui, di awal tahun ini pasar ponsel Indonesia kedatangan tiga pemain baru yang memutuskan kembali setelah sebelumnya hengkang, yaitu Motorola, Honor, dan ZUK.
Dari ketiganya, Oppo wajib mewaspadai agresifitas Honor yang sejak awal akan lebih fokus pada segmen menengah ketimbang entry level.
Pada sneak peak yang digelar oleh Honor beberapa waktu lalu, vendor yang dulunya merupakan sub brand dari Huawei itu, memperkenalkan tiga varian yang menawarkan beragam fitur dan keunggulan unik, yang diyakini dapat merebut pasar Indonesia.
Ketiga varian itu adalah Honor 200 Pro, Honor X9c 5G, dan Honor Magic V3. Kesemuanya, merupakan smartphone kelas menengah ke atas (mid to high end).
Dengan semakin banyaknya pemain, masih mampukah Oppo mempertahankan predikat sebagai raja kelas menengah? Tentunya waktu yang akan kelak membuktikan.
Baca Juga: Rekomendasi Hp Oppo Dengan Chipset Snapdragon Harga Terjangkau, Mulai Rp1 Jutaan