5 Kesalahan Orang Tua Penyebab Perilaku Playing Victim pada Anak

4 hours ago 2

Jakarta -

Jangan abaikan jika anak memiliki perilaku playing victim, sebab ini bisa memengaruhi pembentukan karakternya kelak di masa depan. Amati situasi di rumah, apakah kesalahan orang tua menjadi penyebab perilaku playing victim pada anak?

Dikutip dari Healthline, playing victim adalah pola pikir di mana seseorang selalu menempatkan diri sendiri seolah-olah sebagai korban dalam segala situasi. Orang yang memiliki karakter perilaku ini juga meyakini orang lain selalu salah dan membuatnya menderita.

Anak-anak, termasuk di usia remaja, terbiasa berperilaku playing victim cenderung agar diperhatikan orang sekitar. Termasuk menuduh dan melakukan manipulasi.

Apakah playing victim pada anak berbahaya?

Menurut konselor pernikahan dan keluarga, Vicki Botnick, pelaku playing victim biasanya senang menyalahkan orang lain atas masalah yang mereka timbulkan. 

"Mereka juga kerap memanipulasi orang lain untuk mendapatkan simpati dan perhatian," ujarnya dikutip dari laman Healthline.

Kebiasaan seperti ini tidak boleh diabaikan ya, Bunda. Jika didiamkan dan terus berlanjut, anak dapat tumbuh dengan pola pikir menghindari tanggung jawab. 

Nantinya anak mungkin akan jadi lebih kesulitan dalam berinteraksi di masa depan, termasuk untuk berteman dan bersosialisasi dengan orang banyak.

Kesalahan orang tua penyebab perilaku playing victim pada anak

Orang tua merupakan sumber pengaruh utama dalam kehidupan seorang anak, terutama di tahun-tahun awalnya. Anak-anak dengan cermat mengamati dan meniru apa yang dipraktikkan oleh orang tua.

Jika melihat orang tua selalu 'menjadi korban' saat ada masalah, maka besar kemungkinan anak-anak akan mengadopsi pola pikir tersebut.

Seseorang dengan mentalitas playing victim meyakini percaya bahwa ia tidak memiliki kendali atas hidupnya, tidak berdaya, tidak dapat melakukan apa pun untuk diri sendiri, dan menyalahkan orang lain atas kegagalannya.

Berikut beberapa kesalahan orang tua penyebab perilaku ini pada anak: 

1. Mudah putus asa

Salah satu kesalahan orang tua yang bisa menjadi penyebab anak berperilaku playing victim adalah mudah putus asa saat menghadapi masalah atau tantangan. Termasuk jika sering mengatakan hal-hal seperti 'Mengapa masalah seperti ini selalu terjadi pada saya?'.

Sikap yang demikian dapat memberikan contoh yang negatif bagi anak. Anak akan belajar berpikir serupa bahwa seperti orang tuanya, mereka juga memiliki sedikit kendali atas kehidupannya sendiri.

2. Selalu mengasihani anak saat gagal

Jika orang tua cenderung selalu merasa kasihan kepada anak saat mereka mengalami kegagalan, anak jadi tidak memiliki semangat daya juang. Minimnya upaya untuk memberdayakan anak juga membuat mereka secara otomatis belajar bahwa dirinya adalah 'korban'.

3. Meremehkan kemampuan anak

Kesalahan orang tua berikutnya adalah kerap meremehkan kemampuan, kekuatan, atau potensi anak. Termasuk dengan meragukan kemampuannya.

Orang tua juga perlu berhati-hati jika hanya fokus pada apa yang tidak dapat anak lakukan, alih-alih apa yang dapat mereka lakukan. Hal itu dapat menyebabkan pola pikir playing victim pada anak, karena mereka jadi meragukan kemampuannya sendiri.

Anak selalu mengharapkan orang lain untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapinya, bukan berupaya berjuang sendiri.

4. Selalu menyelesaikan masalah anak

Orang tua biasanya tidak mau anak-anaknya mengalami kesulitan, sehingga selalu bergegas untuk segera 'menyelamatkan' mereka saat ada masalah.

Jangan dibiasakan, ini dapat membuat anak menjadi sangat bergantung dan merasa dirinya membutuhkan orang lain guna mendapatkan sesuatu untuk dirinya sendiri.

5. Trauma masa lalu

Suatu masalah yang pernah dialami oleh anak di masa lalu bisa saja diam-diam memengaruhi kesehatan mentalnya. Misalnya orang tua tanpa sadar pernah menyakiti anak baik secara fisik maupun mental, sehingga membuat anak jadi tidak mau kalah di kemudian hari.

Bukan tidak mungkin hal ini juga berdampak pada sikap yang diambilnya saat menghadapi suatu masalah.

Bagaimana cara mengatasi anak dengan karakter ini?

7 Cara Mengatasi Emosi Anak yang Meledak-ledak di Usia 4 TahunIlustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua saat menghadapi anak dengan karakter playing victim:

1. Introspeksi diri dan ubah perilaku

Dikutip dari Web MD, playing victim sebenarnya merupakan perilaku yang bisa dengan mudah ditiru. Ini bukanlah sesuatu yang dimiliki anak sejak lahir. 

Dengan kata lain, anak mempelajari perilaku ini dari lingkungan sosial, termasuk dari orang tua. Jika merasa anak mungkin memiliki pola pikir demikian karena perilaku yang terbiasa ditunjukkan orang tua di rumah, segera introspeksi diri dan ubah cara bersikap. 

2. Biarkan anak mengalami sebab dan akibat

Hindari kebiasaan selalu membantu anak saat ada masalah. Biarkan mereka belajar menyelesaikannya sendiri, Bunda. 

Apabila anak kemudian mengalami kegagalan, maka hindari memarahinya. Berikan pendampingan sesuai batasan, sambil anak belajar mengalami proses sebab dan akibat.

Anak juga akan belajar memiliki kendali atas berbagai hal dalam hidupnya, tidak melulu harus menerima kendali dari orang lain. 

3. Bersikap tegas

Sosiolog Janet Lehman, MSW, menyebutkan bahwa orang tua perlu tegas dan menempatkan diri secara tepat ketika anak bersikap playing victim. Jangan terbawa dengan emosi yang ditunjukkan oleh anak.

"Tetap tunjukkan empati yang tulus, tapi jangan lupa tetap ajarkan kepada anak bagaimana menghadapi ketidakadilan dan masalah yang ada," imbuh Lehman, seperti dikutip dari Empowering Parents.

4. Latih anak untuk mengambil risiko

Dalam bukunya yang berjudul It’s Not My Fault, Victim Mentality and Becoming Responsable, George A. Goens, Ph.D., mengajarkan pentingnya anak belajar mengambil risiko.

"Ketika anak-anak menanggapi tantangan hidup secara efektif, alih-alih menyalahkan orang lain, hal itu akan menuntun mereka pada kesuksesan dalam hidup," imbuh Goens.

Kunci untuk membantu anak belajar cara menghadapi tantangan adalah membiarkannya melakukan hal-hal yang menantang.

5. Libatkan tenaga profesional

Ada kalanya upaya Bunda menemui batas kesabaran, terutama saat menghadapi anak dengan perilaku demikian. Maka dari itu, jika sudah mencapai tahap ini tak ada salahnya Bunda melibatkan tenaga profesional untuk menghadapi anak.

Hal ini juga menjadi langkah penting jika karekter yang dimiliki anak sudah mengganggu kestabilan emosi keluarga. 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online