Apakah ASI Dapat Menekan Ovulasi dan Cegah Kehamilan? Simak Penjelasan Dokter

10 hours ago 2

Jakarta -

Banyak ibu menyusui memilih KB alami termasuk salah satunya dengan intensif menyusui. Apakah ASI dapat menekan ovulasi dan cegah kehamilan, Bunda?

Menyusui menjadi anugerah terindah bagi semua ibu meski tantangannya tidaklah mudah. Selain menyehatkan Si Kecil dengan pemberian ASI eksklusif, menyusui juga bisa memberikan manfaat kesehatan bagi ibu. 

Di luar itu, menyusui juga bisa menjadi salah satu cara para perempuan dalam memproteksi mereka dari kehamilan yang belum diinginkannya. Tetapi, benarkah ASI dapat cegah kehamilan, Bun?

Bagaimana menyusui memengaruhi ovulasi?

Banyak ibu memilih untuk tidak menggunakan alat KB karena merasa masih menyusui bayinya. Sehingga, aktivitas tersebut dianggap sebagai alat proteksi kehamilan yang cukup efektif.

Ya, selama menyusui secara eksklusif dan intensif tanpa memberikan makanan lainnya selain ASI, banyak ibu memang terbantu dengan cara tersebut untuk melindunginya dari kehamilan.

Tetapi, bagaimana sebenarnya menyusui dapat memengaruhi ovulasi, Bunda?

Menurut Dr Jamil Abdur Rahman, seorang dokter kandungan dan ginekolog bahwa kebanyakan perempuan tidak benar-benar berovulasi saat mereka menyusui selama tiga hingga lima bulan pertama setelah melahirkan. 

"Saat berovulasi, kelenjar pituitari perempuan menghasilkan hormon yang disebut prolaktin. Prolaktin, seperti yang tersirat dari namanya dapat mendorong laktasi. Selain mendorong laktasi, prolaktin juga menghambat pelepasan Follicle Stimulating Hormones (FSH) dan Gonadotropin Releasing Hormones (GnRH). FSH dan GnRH bekerja untuk membantu sel telur perempuan menjadi matang dan kemudian dilepaskan melalui proses ovulasi seperti dikutip dari laman Romper.

Jadi, saat kadar prolaktin tinggi dan kadar FSH dan GnRH rendah, keduanya cenderung tidak subur. Namun, Abdur-Rahman menambahkan, “Rata-rata, perempuan yang menyusui secara eksklusif akan kembali berovulasi dalam waktu sembilan bulan setelah melahirkan, sementara perempuan yang menyusui dan memberi susu botol cenderung kembali berovulasi sekitar lima bulan setelah melahirkan. 

”Dan karena Bunda tidak berovulasi, itulah sebabnya Bunda tidak mengalami menstruasi. “Untuk mengalami menstruasi, seorang perempuan perlu berovulasi karena saat mereka berovulasi, mereka memproduksi progesteron. Progesteron adalah hormon yang pada akhirnya menyebabkan lapisan rahim dikeluarkan pada akhir siklus jika kehamilan tidak terjadi. Dan pengeluaran lapisan ini, bersama dengan sejumlah darah, yang menghasilkan menstruasi,” kata Abdur-Rahman.

Seorang ibu berkisah bahwa dirinya memompa ASI secara eksklusif selama 13 bulan dan menstruasinya kembali hanya setelah empat bulan pascapersalinan. Ia pun merasa kesal karena ia berpikir akan mendapatkan setidaknya satu keuntungan meskipun bayi tidak menyusu. 

Mengenai kondisi tersebut, Abdur Rahman menjelaskan bahwa hal tersebut berkaitan dengan perbedaan kadar prolaktin antara pemompaan ASI eksklusif dan menyusui.

"Meskipun kadar prolaktin meningkat baik dengan menyusui maupun pemompaan ASI, tampaknya menyusui menyebabkan kadar prolaktin menjadi lebih tinggi daripada pemompaan ASI," katanya. "Sebagian besar, tampaknya hal ini terjadi karena kadar prolaktin cenderung mengikuti ritme sirkadian sampai batas tertentu."

Tampaknya, kadar prolaktin meningkat secara alami di malam hari, dan Abdur-Rahman mengatakan hal ini terjadi lebih sering ketika menyusui dilakukan di malam hari.

Dan karena perempuan yang memompa ASI biasanya menggunakan botol di malam hari alih-alih payudara mereka, kadar prolaktin mereka cenderung tidak mencapai puncaknya di malam hari seperti halnya kadar prolaktin perempuan yang menyusui secara eksklusif. "Hasilnya, perempuan yang memompa ASI mungkin mulai berovulasi lebih awal daripada mereka yang menyusui, yang menyebabkan mereka mengalami menstruasi lebih awal," katanya.

Dan, sejauh menyangkut penggunaan menyusui sebagai bentuk pengendalian kelahiran, itu jelas berisiko dan Abdur-Rahman mengatakan bahwa perempuan benar-benar dapat hamil jika Bunda masih menyusui, terutama jika Bunda melakukannya selama lebih dari lima hingga sembilan bulan.

"Ini karena mereka cenderung kembali berovulasi setelah periode waktu tersebut. Dan masalah dengan menunggu menstruasi untuk mengetahui bahwa mereka subur lagi dan harus melanjutkan beberapa bentuk pengendalian kelahiran adalah bahwa ovulasi akan berlanjut dua minggu sebelum menstruasi pertama terjadi," seperti dijelaskan Abdur-Rahman menjelaskan. 

"Jadi menstruasi pertama akan didahului dua minggu lebih awal oleh ovulasi dan pelepasan sel telur. Jika sel telur pertama ini dibuahi, seorang perempuan yang menyusui akan hamil sebelum dia mengalami menstruasi pasca-kehamilan pertamanya. Jadi dalam dua minggu sebelum menstruasi pertama, dan setiap bulan setelah menstruasi pertama itu, seorang perempuan yang menyusui bisa hamil." 

Jadi, jika Bunda ingin tidak hamil saat masih menyusui, sebaiknya Bunda tidak menggunakannya sebagai alat kontrasepsi. Namun, jika Bunda berharap untuk hamil lebih cepat, ingatlah bahwa dalam tiga hingga lima bulan pertama menyusui, Bunda mungkin tidak akan berovulasi karena prolaktin memengaruhi hormon lain dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk pematangan dan pelepasan sel telur. Dan, Bunda mungkin akan mulai berovulasi lagi sekitar sembilan bulan.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online