Apakah Bunda Mastitis saat Menyusui Perlu Konsumsi Antibiotik?

2 days ago 6

Jakarta -

Kondisi mastitis pada ibu menyusui bisa terjadi kapan saja. Lantas, ketika mengalaminya, apakah Bunda mastitis saat menyusui perlu konsumsi antibiotik ya, Bun?

Sebagai pejuang ASI, kondisi tersebut memang tidaklah mudah dilalui ya, Bunda. Deretan tantangan bisa saja dialami, termasuk risiko mastitis yang sangat menyakitkan. 

Ya, ketika area payudara ibu menyusui tidak mengeluarkan cukup cairan, hal ini dapat menyebabkan peradangan dan kondisi yang disebut mastitis. Dalam kasus yang lebih parah, bakteri dapat mulai tumbuh dan menyebabkan infeksi.

Apa itu mastitis?

Kondisi mastitis dikenal dalam dua jenis ya, Bunda, yakni infeksi dan non-infeksi. Mastitis infeksi ialah infeksi pada payudara yang sering kali disebabkan oleh saluran yang tersumbat atau stasis susu (susu tidak dapat mengalir dengan baik melalui payudara). Di waktu lain, mastitis disebabkan oleh bakteri dari mulut bayi yang menembus kulit ibu melalui luka pada puting. 

Bakteri yang paling bertanggung jawab atas penyakit ini adalah Staphylococcus aureus (S. aureus) dan coagulase-negative Staphylococci, di mana yang pertama lebih mungkin terjadi. 

Ada kemungkinan, tetapi jarang, bahwa strain Escherichia coli adalah penyebabnya. Mastitis juga dapat disebabkan oleh pelekatan yang buruk sehingga saluran tidak dikosongkan dengan benar atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, biasanya karena kelelahan atau stres. Infeksi menyebar dengan mudah di payudara karena kadar laktosa yang tinggi dalam ASI, jadi penting untuk mencari pertolongan jika gejalanya tidak hilang dalam satu atau dua hari seperti dikutip dari laman Lactationlab.

Mastitis non-infeksi, yang jauh lebih jarang terjadi, biasanya terjadi akibat ektasia duktus, yaitu ketika dinding saluran susu menebal saat saluran melebar. Salah satu penyebab mastitis non-infeksi adalah benda asing, seperti implan payudara atau tindik puting, yang menyebabkan iritasi lalu infeksi. Mastitis non-infeksi juga dapat berupa peradangan akibat stagnasi ASI, namun ini dapat segera berkembang menjadi mastitis infeksi. Gejala mastitis infeksius dan non-infeksius hampir sama.

Kenali gejala mastitis

Gejala mastitis yang dirasakan saat menyusui bisa meliputi pembengkakan, rasa hangat, terbakar, kemerahan, atau nyeri. Dalam kondisi mastitis, Bunda mungkin juga mengalami demam, gejala seperti flu, atau nyeri umum. Jika Bunda mengalami salah satu gejala ini, segera beri tahu dokter Bunda.

Mastitis dapat dimulai dengan peradangan yang dapat diobati dengan obat-obatan seperti ibuprofen. Jika gejala berlanjut selama lebih dari 24 jam atau bertambah parah, hubungi dokter sesegera mungkin. Kemungkinan, dokter akan merekomendasikan antibiotik.

Bagaimana mastitis diobati?

Pengobatan mastitis meliputi kompres dingin dan antibiotik, disertai dengan pemberian ASI yang sering, istirahat, banyak cairan, dan obat pereda nyeri antiradang.

Bila dokter meresepkan antibiotik untuk mastitis, penting untuk menghabiskan seluruh dosis yang diresepkan. Jika Bunda tidak merasa lebih baik dalam waktu 72 jam setelah mulai mengonsumsi antibiotik, bicarakan dengan dokter mengenai pengobatan terbaik. Mungkin saja, untuk mengobatinya memang diperlukan antibiotik atau pendekatan pengobatan lain.

Sebagai ibu menyusui, banyak para ibu merasa khawatir antibiotik akan masuk ke dalam ASI dan memengaruhi bayi. Sehingga, tak sedikit dari mereka tidak minum obat atau berhenti lebih awal dari yang dianjurkan. Namun, antibiotik yang diberikan untuk mengobati mastitis umumnya tidak menimbulkan masalah bagi bayi yang menyusui seperti dikutip dari laman Healthychildren.

Ditambah lagi, kegagalan untuk menghabiskan antibiotik dapat meningkatkan kemungkinan Bunda mengalami episode infeksi lainnya. Infeksi payudara yang berulang atau tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut, yang dapat memengaruhi produksi ASI bahkan pada kehamilan dan pengalaman menyusui di masa mendatang.

Idealnya, pengobatan akan dimulai dalam waktu 24 jam sejak timbulnya gejala (namun, rasa sakit dan peradangan dapat hilang kapan saja) dan pada awalnya akan melibatkan diskusi dengan dokter untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah tersebut.

Perawatan kemudian akan diberikan dan dapat mencakup penggunaan terapi USG, pijatan lembut atau drainase limfatik, saran mengenai posisi bayi untuk menyusu, teknik penanganan mandiri (untuk mempercepat pemulihan dan mencegah kekambuhan), dan penggunaan plester penyangga pada payudara. Pendekatan ini telah terbukti sangat efektif dalam meredakan gejala, seperti dikutip dari laman Beachespelvic.physio.

Haruskah tetap menyusui saat mastitis?

Penting untuk terus menyusui atau memeras ASI saat Bunda mengalami mastitis. Sebab, menyusui yang sering membantu menguras payudara Bunda dan mencegah infeksi memburuk. Bayi Bunda tidak akan terluka dengan meminum ASI Bunda.

Jika terlalu menyakitkan untuk menyusui bayi pada payudara yang terinfeksi, pindahlah ke payudara yang lain. ASI harus dikosongkan dari payudara baik oleh bayi atau dengan cara diperah atau dipompa. Berhati-hatilah untuk tidak memeras ASI sesuai dengan yang biasa dimakan bayi dan jangan memerasnya secara berlebihan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online