Jakarta -
Bunda suka makan nasi tiga kali sehari tapi ingin tetap langsing? Salah satu tips tetap langsing meski makan nasi tiga kali sehari adalah dengan menjalani diet Jepang.
Sama seperti di Indonesia, nasi juga menjadi menu wajib bagi sebagian besar orang Jepang. Selain untuk menu makan utama, orang Jepang juga menyukai berbagai hidangan berbahan dasar nasi, seperti onigiri dan sushi.
Berbeda dengan di Indonesia, orang Jepang mengonsumsi nasi dengan jumlah secukupnya. Hal tersebut menjadi kunci diet untuk tetap langsing meski makan nasi tiga kali sehari, Bunda.
Cara diet orang Jepang
Berikut beberapa cara diet orang Jepang dengan mengatur makan nasi tiga kali sehari:
1. Menakar porsi makan dan kalori
Dilansir Stewartville Star, semangkuk nasi khas Jepang biasanya mengandung sekitar 140 gram atau setara dengan 200 kalori. Porsi makan yang ditakar tersebut memungkinkan seseorang untuk menikmati konsumsi nasi tanpa takut bikin gemuk.
Selain nasi untuk menu makan utama, orang Jepang juga menakar hidangan berbahan dasar lainnya, seperti onigiri. Makanan yang terbuat dari campuran nasi dan nori ini biasanya mengandung 175 kalori per porsi.
Pendekatan yang cermat terhadap ukuran porsi makan nasi tersebut sangat penting untuk menjaga berat badan yang sehat. Hal tersebut juga sangat mengakar dalam budaya Jepang, di mana orang-orang di sana konsisten dalam mencapai tujuan dengan menunjukkan disiplin dan pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari.
Komponen penting lain dari diet Jepang adalah mengonsumsi sup secara teratur. Di 'Negeri Sakura', sup miso atau kaldu bening sering kali disajikan di dua dari tiga jadwal makan sehari-hari.
"Pada kebanyakan hari, untuk dua dari tiga jadwal makan, kami menyantap sup miso atau kaldu bening," kata seorang sumber yang merupakan ekspatriat Amerika yang tinggal di pertanian Jepang, dikutip dari laman Journee-Mondial.
Penelitian juga telah menunjukkan bahwa mengonsumsi sup di awal makan dapat mengurangi asupan kalori secara keseluruhan hingga 20 persen, Bunda. Sup-sup seperti miso, kaya akan nutrisi dan rendah kalori.
Mengonsumsi sup dipercaya dapat membantu menciptakan rasa kenyang dan mencegah makan berlebihan selama menyantap hidangan utama. Kehangatan sup juga membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan meningkatkan rasa puas mengonsumsi makanan dengan porsi yang lebih kecil.
Perlu diketahui, sup miso setidaknya mengandung 30-40 kalori per 100 mililiter (ml). Sementara itu, kaldu bening (suimono) mengandung 10-20 kalori per 100 ml, dan sup sayuran mengandung 25-35 kalori per 100 ml.
3. Masakan yang bergizi seimbang
Masakan asli Jepang sangat beragam dan umumnya kaya akan nutrisi. Makanan di sana biasanya terdiri dari berbagai sayuran, protein rendah lemak seperti ikan, dan makanan fermentasi. Keragaman tersebut dapat memastikan pemenuhan nutrisi Bunda saat melakukan diet.
Khusus untuk makanan fermentasi, seperti natto, miso, dan acar, semua makanan tersebut kaya akan probiotik, yang mendukung kesehatan pencernaan dan berpotensi membantu mengelola berat badan. Sementara itu, penekanan pada rasa gurih atau umami dalam masakan Jepang juga berkontribusi pada kepuasan makan dengan porsi yang lebih kecil.
Bisa dibilang, pendekatan orang Jepang terhadap makanan itu bersifat holistik. Mereka berfokus pada kualitas, variasi, dan penyajian. Pola pikir dan pendekatan tersebut dapat digunakan untuk mendorong kebiasaan makan sehat yang berkontribusi terhadap penurunan berat badan, Bunda.
4. Kebisaan makan orang Jepang yang unik
Budaya Jepang juga memainkan peran penting dalam membentuk kebiasaan makan dan sikap terhadap makanan pada orang-orang di sana. Tidak seperti di banyak Negara Barat, mengonsumsi camilan di antara waktu makan dan mengonsumsi junk food dianggap tabu di Jepang.
Orang di Jepang juga tidak suka makan sambil berjalan atau di depan umum. Hal itu kontras dengan kebisaan makan orang Barat, seperti di Amerika.
Perbedaan budaya tersebut faktanya tercermin dalam anggaran makanan rumah tangga. Misalnya, keluarga Amerika mengalokasikan sekitar 20 persen dari anggaran makanan mereka untuk junk food dan 7-9 persen untuk soda. Biaya-biaya tersebut tidak ada dalam anggaran rumah tangga di Jepang.
Selain itu, budaya Jepang juga menekankan rasa syukur atas makanan dan meminimalkan pemborosan. Anak-anak sejak dini diajarkan untuk menghabiskan semua yang ada di piring mereka dan tidak menyia-nyiakan sebutir nasi pun. Rasa hormat terhadap makanan tersebut merupakan faktor kunci dalam manajemen berat badan orang-orang di Jepang.
5. Kebiasaan aktif bergerak
Gaya hidup orang Jepang memasukkan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian. Hal itu tentu saja berkontribusi terhadap kesehatan dan tujuan untuk mendapatkan tubuh langsing meski makan nasi tiga kali sehari.
Di Jepang, moda transportasi utama adalah berjalan kaki dan bersepeda, yang tentu dapat membakar lemak untuk menurunkan berat badan. Selain membiasakan diri berjalan, adat istiadat Jepang mendorong lebih banyak keterlibatan fisik di dalam rumah. Misalnya, orang Jepang sering kali duduk di atas tikar tatami, yang hal tersebut membutuhkan lebih banyak keterlibatan otot dibanding duduk di kursi atau sofa.
Demikian 5 cara diet Jepang yang tetap bisa bikin langsing meski makan tiga kali sehari. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)