Cek Kesehatan Gratis untuk Bayi Baru Lahir, Ketahui Jenis Pemeriksaannya

4 hours ago 2

Pemerintah memberikan 'kado ulang tahun' untuk masyarakat dengan cek kesehatan gratis. Ya, terhitung mulai bulan Februari, masyarakat di segala kelompok usia bisa mendapatkannya, termasuk bayi baru lahir. Hal ini dilakukan untuk membantu masyarakat hidup lebih sehat.

Jenis pemeriksaan yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan usia, Bunda. Sesuai dengan namanya "kado", kita tidak perlu khawatir dengan biaya pemeriksaan kesehatan karena pemerintah menyediakannya secara gratis.

Cek kesehatan ini tersedia untuk semua usia setiap tahun. Tepatnya saat hari ulang tahun hingga 30 hari setelahnya, menyesuaikan dengan kondisi tubuh dan usia.

Untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis Si Kecil, Bunda bisa mendaftar lewat aplikasi SATUSEHAT Mobile. Selain itu, Bunda juga bisa mendapatkan notifikasi dan hasil pemeriksaan kesehatan di aplikasi.

Nah, apa saja jenis pemeriksaan yang diberikan pemerintah secara gratis? Untuk bayi baru lahir, mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, jenis pemeriksaannya meliputi deteksi dini hormon tiroid, G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency atau defisiensi enzim G6PD), penyakit jantung bawaan, dan skrining untuk memantau pertumbuhan anak.

Jenis pemeriksaan bayi baru lahir

Untuk lebih jelasnya mengenai masing-masing jenis pemeriksaan bayi baru lahir, Bunda bisa simak informasi berikut ini!

Deteksi dini hormon tiroid

Penting bagi kesehatan bayi agar masalah pada kelenjar tiroid terdeteksi sejak dini. Hormon tiroid sangat penting selama masa bayi dan kanak-kanak untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, Bunda. Dikutip dari laman resmi New York University Langone, Bayi yang baru lahir biasanya tidak memiliki tanda-tanda hipotiroidisme yang jelas.

Oleh karena itu, skrining penting dilakukan untuk mencegah keterlambatan perkembangan dan cacat intelektual permanen yang dapat terjadi pada anak-anak dengan hipotiroidisme. Skriningnya hanya memerlukan tes darah sederhana.

G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency atau defisiensi enzim G6PD)

Defisiensi G6PD (bentuk paling parah disebut Favism) adalah defisiensi enzim yang paling umum di dunia, yang memengaruhi sekitar 400 juta orang menurut Nemours Foundation. Defisiensi ini juga ditemukan di Asia Tenggara, Bunda. Mutasi atau perubahan pada gen G6PD dapat menyebabkan produksi enzim G6PD yang mengalami penurunan fungsi atau stabilitas. Hal ini dinyatakan sebagai penurunan tingkat aktivitas enzim.

Tes ini mengukur jumlah glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) dalam sel darah merah. G6PD adalah enzim yang melindungi sel darah merah dari efek oksidasi. Jika G6PD tidak mencukupi, sel darah merah menjadi lebih rentan terhadap kerusakan oksidatif. Jika sel darah merah ini terkena agen oksidatif, maka struktur selulernya akan berubah, mengendapkan hemoglobin di dalam sel (badan Heinz), dan menyebabkannya pecah (hemolisis).

Penyakit jantung bawaan

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 7 hingga 8 bayi per 1000 kelahiran hidup dilahirkan dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Yang menjadi masalah adalah bahwa sering kali PJB tidak memberikan gejala/tanda yang khas saat bayi baru lahir mengingat sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi dari masa janin ke periode pascalahir.

Untuk itu, perlu pemantauan untuk mendeteksi adanya PJB, Bunda. Deteksi dan identifikasi PJB sangat penting mengingat timing yang tepat untuk tindakan pengobatan berbeda-beda menurut jenis dan berat-ringannya kelainan.

Ada yang memerlukan tindakan operasi/intervensi kateter segera setelah lahir, tetapi sebaliknya terdapat tipe kelainan yang hanya memerlukan pemantauan hingga anak tumbuh dewasa.

Skrining untuk memantau pertumbuhan anak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2014 tentang pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak, pemantauan pertumbuhan dilakukan pada anak usia 0 (nol) sampai 72 (tujuh puluh dua) bulan melalui penimbangan berat badan setiap bulan dan pengukuran tinggi badan setiap 3 (tiga) bulan serta pengukuran lingkar kepala sesuai jadwal.

Manfaat skrining pertumbuhan anak tak lain untuk mengetahui secara dini permasalahan kesehatan sebelum adanya gejala, Bunda. Alhasil, dapat ditindak lanjuti lebih awal. Mencegah atau mengurangi risiko komplikasi jangka panjang dengan memberikan perawatan yang diperlukan secara dini.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online