Jakarta -
Terkadang tanpa sadar orang tua menuntut anak untuk selalu tampil sempurna, sehingga diam-diam membuat mereka merasa tertekan. Bisa jadi anak terlalu takut untuk mengungkapkan perasaan tersebut, Bunda. Apa saja tanda anak merasa tertekan untuk selalu sempurna?
Perlu diketahui bahwa ada perbedaan antara anak yang berusaha memberikan yang terbaik dan anak yang ingin kesempurnaan. Anak pekerja keras memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar, sementara saat anak merasa tertekan untuk selalu sempurna biasanya terpacu karena takut gagal.
"Kita semua tentu ingin anak-anak kita berusaha keras. Namun saat ini, banyak anak yang mulai meyakini diri mereka tidaklah cukup," ujar Jennifer Breheny Wallace, penulis buku Never Enough: When Achievement Culture Becomes Toxic, And What We Can Do About It, seperti dikutip dari Parents.
Ia melanjutkan saat ini anak kerap menilai diri mereka tergantung pada apa yang mereka hasilkan, bagaimana mereka tampil, atau bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang lain.
Tanda-tanda anak merasa tertekan untuk sempurna
Menurut psikiater Evita Limon-Rocha, MD, dorongan untuk menjadi sempurna sering kali muncul dari gabungan tekanan eksternal dan karakter bawaan anak.
Berikut beberapa tanda yang perlu diperhatikan oleh orang tua:
1. Menghabiskan waktu berlebihan untuk menyelesaikan tugas
Sebagai contoh, anak bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam hanya untuk mewarnai karena ingin hasilnya tampak 'sempurna'. Mereka juga mungkin akan menolak melakukan kegiatan lain seperti makan atau mandi sebelum tugas tersebut benar-benar selesai sesuai dengan keinginannya.
2. Sering memberi kritik pada diri sendiri
Anak yang perfeksionis juga cenderung menolak pujian dan lebih fokus pada kesalahan kecil yang dilakukannya. Mereka kerap menyalahkan diri sendiri hanya karena kesalahan sepele.
3. Selalu mengungkapkan keinginan untuk sempurna
Jika anak kerap menyatakan bahwa sesuatu harus sempurna dan tidak boleh ada kesalahan sedikit pun, ini bisa menjadi pertanda mereka sebenarnya mengalami tekanan harus selalu sempurna.
4. Takut gagal
Saat ada lomba atau kompetisi, anak sering menolak untuk berpartisipasi, Bunda? Jangan dulu menganggap anak malas. Hal ini bisa jadi tanda mereka sedang menghindari kekalahan atau kegagalan, sehingga memilih untuk sama sekali tidak ikut sejak awal.
5. Sering mengalami ledakan emosi
Anak yang perfeksionis berpotensi menunjukkan ekspresi emosi yang kuat ketika hasil kerja mereka tidak sesuai harapan. Misalnya ketika tugas yang dikerjakan dengan susah payah ternyata tidak sesuai harapan.
Ledakan emosi seperti dengan marah atau menangis ini bisa terjadi lebih sering, bahkan setiap hari.
Selain berkompetisi, anak perfeksionis juga kerap menunda tugas sekolah. Bukan karena tidak peduli, melainkan karena rasa takut untuk tidak melakukannya 'dengan benar'.
7. Terlalu bergantung pada pujian
Salah satu tanda anak merasa tertekan untuk selalu sempurna berikutnya yakni selalu mencari validasi dari orang lain. Mereka bisa merasa sangat terpukul bila tidak mendapatkan nilai sempurna, kemungkinan besar karena merasa harga dirinya bergantung pada pujian dari luar.
8. Sulit tidur
Ciri anak perfeksionis lainnya yakni cenderung merenungkan kekurangan mereka saat waktu tidur, karena khawatir akan kesalahan yang telah atau bisa mereka buat di hari berikutnya.
Beberapa anak bahkan juga mungkin sampai jadi tidak nafsu makan sebagai respons terhadap stres akibat tuntutan kesempurnaan ini.
9. Memiliki ekspektasi sangat tinggi
Ekspektasi ini sering kali tidak hanya sulit dicapai, tapi terkadang benar-benar tidak masuk akal.
Dampak perfeksionisme terhadap kesehatan mental anak
Adanya tuntutan bagi anak untuk selalu tampil sempurna tidak hanya mengganggu kepercayaan dirinya, tapi lama-lama juga bisa merusak kesehatan mental.
Anak-anak yang mengaitkan harga diri mereka dengan kesempurnaan kerap mengalami stres kronis. Hal ini karena mereka melihat kesalahan sebagai kegagalan pribadi, bukan sebagai bagian alami dari proses belajar.
Dalam jangka panjang, tekanan untuk menjadi sempurna dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan emosional, bahkan depresi. Anak menjadi terlalu defensif dan enggan mencoba hal baru.
Cara membantu anak menghadapi tekanan sempurna
Ilustrasi/Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan
Sangat penting bagi orang tua untuk memastikan untuk tidak terlalu menuntut anak terkait pencapaian. Kuncinya adalah membuat anak merasa aman dan yakin bahwa mereka dicintai dan dihargai bukan karena prestasinya, tetapi karena siapa mereka sebenarnya.
"Anak-anak yang menetapkan standar yang sangat tinggi cenderung terlibat dalam pembicaraan negatif dengan diri sendiri. Mereka bahkan bisa sangat keras pada diri mereka sendiri," kata psikolog Lisa Brown, PsyD, seperti dikutip dari Child Mind Institute.
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan orang tua:
1. Fokus pada proses dan usaha anak
Pastikan untuk selalu memperhatikan usaha yang dilakukan anak, bukan hanya pada hasil akhirnya saja. Hal ini membuat anak merasa dihargai karena jerih payahnya dilihat, bukan cuma dari kesempurnaannya.
2. Berikan contoh tentang ketidaksempurnaan
Biarkan anak melihat Bunda melakukan kesalahan. Jika perlu, tertawa bersama dan perlihatkan bahwa Bunda mampu bangkit lalu berusaha kembali.
Tunjukkan bahwa segala sesuatunya butuh proses, jadi bukan masalah besar jika mengalami kegagalan.
3. Tunjukkan sikap empati
Ketika anak kecewa karena mendapatkan nilai jelek atau targetnya tidak tercapai, dengarkan terlebih dahulu ungkapan emosinya sebelum memberi nasihat.
4. Berikan waktu anak untuk istirahat dan bermain
Waktu bebas seperti untuk bermain dan istirahat bagi anak merupakan kebutuhan dasar untuk membangun kreativitas, ketahanan mental, dan kesehatan emosional.
5. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan
Libatkan mereka saat perlu mengambil keputusan dan tugas yang bermakna. Tunjukkan bahwa mereka dibutuhkan, bukan hanya saat sedang berprestasi atau sedang mendapatkan nilai bagus saja.
Kapan anak perlu bantuan profesional?
Perfeksionisme yang ekstrem dapat berdampak negatif terhadap kondisi emosional dan fisik anak. Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
- Perubahan pola tidur dan makan yang ekstrem
- Perubahan suasana hati seperti mudah marah dan berteriak
- Menangis terus-menerus, yang tidak sebanding dengan penyebabnya
- Menarik diri dari teman atau keluarga
- Kehilangan minat terhadap hal yang sebelumnya disukai
- Sulit berkonsentrasi
- Keluhan fisik seperti sakit kepala atau sakit perut
- Muncul serangan panik atau kecemasan
- Prestasi akademik menurun
Jika tuntutan dari orang tua pada anak untuk menjadi sempurna mulai memengaruhi kesejahteraannya, segera koreksi diri dan berikan bantuan profesional pada anak. Dalam beberapa kasus, orang tua juga mungkin perlu berkonsultasi.
Demikian ulasan tentang tanda-tanda anak merasa tertekan untuk selalu sempurna. Ingatlah untuk selalu hadir bagi anak, berikan kesempatan bagi mereka untuk bereksplorasi diri dan bangkit kembali setelah mengalami kegagalan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)