Bunda atau rekan kerja sudah berencana resign setelah Lebaran? Mengapa ya banyak karyawan mengundurkan diri usai Hari Raya? Cek di sini faktanya, Bunda.
Setelah momen Lebaran berlalu, fenomena pengunduran diri karyawan meningkat di berbagai perusahaan. Banyak yang bertanya-tanya, kenapa resign massal sering terjadi setelah Hari Raya? Apakah ada kaitannya dengan THR atau faktor lain yang lebih kompleks?
Menurut Praktisi dan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Audi Lumbantoruan, fenomena ini bukanlah hal baru. Ia menyebutkan bahwa banyak karyawan telah menahan diri untuk tidak keluar dari pekerjaan karena ketidakpastian ekonomi.
"(Pengunduran diri setelah Lebaran) itu akan selalu ada, jadi yang namanya kesempatan dalam kesempitan (mengundurkan diri setelah dapat THR Lebaran) itu selalu ada," tutur Audi dilansir dari detikcom.
Bahkan Audi juga mengatakan bahwa jumlah karyawan yang resign setelah Lebaran bisa sekitar 10 persen sampai 20 persen dari total pekerja usia produktif (25 sampai 40 tahun). Umumnya, karyawan berusia produktif yang lebih banyak resign karena lebih mudah mencari pekerjaan baru.
Selain itu, ada berbagai alasan lain yang menyebabkan karyawan memilih resign setelah Lebaran. Mari bahas di sini, Bunda.
Alasan mengapa banyak karyawan resign setelah Lebaran
Berikut alasan mengapa banyak karyawan mengundurkan diri dari perusahaan setelah Lebaran.
Banyak karyawan yang memilih bertahan hingga menerima THR dan bonus tahunan sebelum akhirnya mengajukan resign. Tunjangan ini menjadi pegangan finansial saat mereka bertransisi ke pekerjaan baru atau mengambil waktu istirahat sementara.
"Kalau dalam konteks general yang ditunggu itu pendapatan THR sama pendapatan bonus. Jadi ini paling nggak, nggak boleh hilang 'sekecil apa pun saya dapat lah', prorate atau gimana," paparnya.
2. Ingin meningkatkan karier
Lebaran sering menjadi momen refleksi bagi banyak orang, termasuk dalam hal karier. Banyak karyawan yang menyadari bahwa mereka ingin mencari tantangan baru, pekerjaan yang lebih sesuai dengan passion, atau jenjang karier lebih baik.
"Tapi biasanya kalau habis Lebaran banyak juga perusahaan yang cari orang-orang baru karena juga ditinggal karyawan-karyawan yang lama, biasanya terjadi di bulan Mei. Nah di bulan-bulan ini atau awal bulan kemarin itu sudah banyak yang kirim 'surat cinta', pengunduran diri," ungkap Audi.
3. Mencari fleksibilitas kerja
Banyak perusahaan belum beradaptasi dengan tren kerja fleksibel seperti remote working atau hybrid. Karyawan yang menginginkan fleksibilitas lebih akhirnya memilih untuk mencari tempat kerja yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Banyaknya lowongan kerja setelah Lebaran
Resign massal tidak hanya terjadi dari sisi karyawan tapi juga membuka peluang baru di dunia kerja. Banyak perusahaan yang mencari pengganti untuk posisi yang ditinggalkan sehingga karyawan yang ingin berpindah kerja memiliki kesempatan besar untuk mendapatkan pekerjaan baru setelah Lebaran.
"Memang biasanya di momen inilah ada kesempatan lowongan-lowongan baru. Karena perputaran tenaga kerja, ada karyawan yang keluar ya di waktu itu (setelah Lebaran)," ujar Audi.
5. Perusahaan yang tidak berkembang
Menurut Devie Rahmawati, selaku pengamat sosial dari Universitas Indonesia, fenomena 'The Great Resignation' seperti setelah Lebaran masih terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Jika perusahaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi ekspektasi karyawan, mereka akan kesulitan mempertahankan tenaga kerja yang berkualitas.
"Ketika ada talent-nya oke, perusahaan belum sepenuhnya bertransformasi. Karena generasi baru ini punya tuntutan yang berbeda terkait misalnya culture pekerja, misalnya fleksibilitas waktu, WFO atau WFH, belum lagi kompensasi," ujar Devie.
Dengan berbagai alasan tersebut, resign setelah Lebaran bukan sekadar tren tahunan, melainkan cerminan dari perubahan pola pikir dan kebutuhan karyawan di era modern.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)