TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan buruh memadati area Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, pada peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2025. Salah satu aliansi yang tergabung dalam aksi, Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), mengarak ogoh-ogoh atau patung berbentuk kepala babi dan patung Abang Sam berwajah Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ogoh-ogoh kepala babi itu berwarna merah, sedangkan patung Donald Trump diberikan detail memakai ikat pinggang dengan simbol dolar AS. Pada patung kepala babi, ada spanduk yang meminta DPR dan pemerintah untuk mengesahkan rancangan Undang-undang Perampasan Aset.
Berdasarkan pantauan Tempo, massa mulai bergerak sekitar pukul 12.18 WIB sambil membawa kedua ogoh-ogoh dan banner bertuliskan “kapitalisme, oligarki, militerisme musuh kelas pekerja”. Mereka berjalan dari arah Gelora Bung Karno menuju Gedung Parlemen.
“Kepala babi merupakan simbol teror yang dilakukan oleh rezim terhadap jurnalis,” ucap orator dari mobil komando di depan Kompleks Parlemen DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, pada Kamis, 1 Mei 2025.
Sebelumnya pada pertengahan Maret lalu, Tempo mengalami sederet teror. Salah satunya ialah kiriman kepala babi ke kantor Tempo di Palmerah. Francisca Christy Rosana alias Cica, jurnalis politik Tempo sekaligus host siniar Bocor Alus Politik, menerima paket misterius.
Paket yang dibungkus styrofoam tersebut dititipkan kepada sekuriti oleh kurir ojek online yang mengenakan helm Gojek dan mengendarai motor Honda Beat putih.
Cica baru membuka paket tersebut pada Kamis, 20 Maret 2025. Di dalamnya, terdapat kepala babi dengan kedua telinganya terpotong dan masih mengeluarkan darah.
Teror tidak berhenti di situ. Tiga hari setelah paket kepala babi dikirim, pada Sabtu, 22 Maret 2025, redaksi Tempo kembali mendapat kiriman paket. Kali ini berupa enam ekor tikus got yang telah dipenggal kepalanya. Paket tanpa identitas penerima itu ditemukan di halaman kantor oleh sekuriti sekitar pukul 08.00 WIB.
Wakil Pemimpin Redaksi Tempo Bagja Hidayat menyatakan bahwa teror menggunakan hewan seperti ini adalah yang pertama kali dialami redaksi dalam 54 tahun berdirinya Tempo. “Biasanya teror berupa serangan digital, penyadapan, intersepsi, bahkan bom. Ini pertama kalinya melibatkan makhluk hidup yang dibunuh,” katanya.