Prabowo Subianto dan Asa Nobel Perdamaian

6 hours ago 1

loading...

Wahyuni Refi Setya Bekti, Peneliti dan Praktisi Diplomasi Budaya Indonesia-Timor Leste. Foto/Dok.Pribadi

Wahyuni Refi Setya Bekti
Peneliti dan Praktisi Diplomasi Budaya Indonesia-Timor Leste

KERIUHAN perbincangan tentang sejarah kelam Timor Timur dan Indonesia sudah lama mereda, terutama sejak berbagai traktat perihal rekonsiliasi dan perdamaian ditandatangani kedua pihak. Lagi pula, warga Republik Demokratik Timor Leste telah menghirup udara kemerdekaan lebih dari dua dekade.

Namun, beberapa bulan sebelum Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden RI terpilih (periode 2024-2029), politisi terkemuka Timor Leste, Fidelis Magalhaes, menulis artikel bertajuk "What Prabowo's election in Indonesia means fo deeper reconsiliation with Timor Leste," yang tersiar di The Intrepreter (24/4/24).

Artikel ringkas, namun padat-lugas itu sejatinya mengandung semacam harapan-harapan futuristik, jika tak bisa disebut "permohonan" pada sikap politik Prabowo bagi masa depan perdamaian dan penguatan semangat rekonsiliasi Indonesia-Timor Leste. Mengingat Presiden ke-8 itu adalah sosok yang sangat familiar di kalangan rakyat Timor Leste, karena ia terlibat secara intens dalam berbagai operasi militer di era integrasi Timor Timur (1976-1999).

Fidelis Magalhaes mencatat, selepas kemerdekaan Timor Leste, setidaknya masih tersisa dua isu besar yang berkelit-kelindan dengan politik luar negeri Indonesia. Pertama, sengketa perbatasan darat, khususnya antara wilayah enclave, Distrik Oecusse, dengan sejumlah wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Peneliti BRIN, Indriana Kartini (2023) dalam disertasi doktoralnya menyimpulkan bahwa berbagai perundingan untuk penyelesaian sengketa perbatasan darat sepanjang 268,8 kilometer dengan 907 titik koordinat, masih menyisakan 4% yang masih mengambang, alias belum terselesaikan.

Wilayah tersebut yakni kawasan Noel Besi–Citrana, Bidjael Sunan–Oben, dan Dilumil-Memo. Tidak tercapainya kesepakatan lantaran perbedaan tafsir atas batas darat berdasarkan dokumen usang warisan leluhur masing-masing pihak, telah menimbulkan berbagai bentuk ketegangan di sejumlah titik rawan itu.

Bahkan dalam perkembangan terkini, terjadi insiden penembakan atas WNI atas nama Paulus Taek Oki (69), warga desa Inbate, Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, pada Agustus 2025. Oki bersama rombongannya sesama petani sedang membakar lahan guna penanaman baru, tiba-tiba dari sisi distrik Oecusse, Timor Leste, mereka bagai disapu oleh beberapa tembakan dengan peluru kaliber 5,5 mm yang tentu berasal dari aparat perbatasan negara tetangga itu. Beruntung Oki, peluru hanya mengenai bahunya. Meski harus dilarikan ke rumah sakit, ia selamat.

Kedua, keberadaan jenazah tokoh-tokoh kemerdekaan Timor Leste, khususnya Nicolau Lobato (1946-1978), Perdana Menteri pertama Timor Leste setelah Fretilin memproklamirkan kemerdekaan pada Desember 1975 yang tewas tertembak dalam sebuah operasi penyergapan.

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online