Jakarta -
Banyak ibu baru yang mengalami depresi saat melahirkan dan pasca melahirkan. Dukungan suami dan keluarga sangat penting, tapi penelitian mengungkapkan ada dua sosok lain yang disebut-sebut mampu membantu ibu mengatasi depresi. Siapa saja?
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), sekitar 10-15 persen perempuan di seluruh dunia mengalami depresi pasca persalinan.
Bidan Laili Romdina Amd kepada Haibunda pernah menyampaikan untuk mencegah depresi postpartum maka orang tua sebelum berencana hamil dan memiliki anak sudah harus siap secara fisik dan mental. Sebaiknya belajar ilmu parenting juga. Dan pastinya keluarga harus memberi dukungan.
Apa itu depresi pasca melahirkan?
Depresi postpartum merupakan suatu bentuk depresi yang terjadi setelah bayi lahir. Menurut ulasan di March of Dimes, depresi postpartum relatif umum terjadi, tapi serius. Setidaknya, depresi postpartum memengaruhi 1 dari 7 ibu baru setelah melahirkan.
Depresi postpartum bisa membuat ibu baru merasa hampa, tanpa emosi, dan mengalami kesedihan yang luar biasa berat. Hal ini juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati, kelelahan, dan rasa putus asa yang berlangsung dalam waktu lama setelah persalinan.
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menjelaskan bahwa seseorang dengan depresi postpartum tidak dapat melakukan tugas sehari-hari, termasuk mengasuh anaknya. Kondisi ini dapat terjadi hingga 1 tahun setelah melahirkan, namun paling sering dimulai sekitar 1 sampai 3 minggu setelah melahirkan.
"Orang-orang tidak boleh menganggap enteng depresi postpartum. Ini adalah kondisi yang serius, namun berbagai program pengobatan dapat membantu mengatasinya. Jika mengalami depresi postpartum, perempuan itu perlu tahu bahwa ia tidak sendirian dan bisa pulih," ujar profesor, peneliti, dan praktisi kesehatan holistik, Debra Rose Wilson, Ph.D, dilansir Healthline.
2 Sosok pendukung ibu baru bantu atasi depresi
Siapakah sosok yang ikut membantu ibu baru mengatasi depresi? Selain suami dan keluarga, perawat dan bidan dapat membantu ibu baru mengatasi depresi saat dan setelah persalinan.
Sebuah studi mengungkapkan perawat, bidan dan doula dapat mengobati gejala depresi dan kecemasan yang dialami selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Dalam uji klinis yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine, menunjukkan pelatihan spesialis non-kesehatan mental dalam terapi perilaku jangka pendek dapat menyediakan perawatan bagi orang-orang yang tidak memiliki psikolog atau psikiater.
Menurut penulis utama Dr. Daisy Singla, seorang ilmuwan senior di Pusat Kecanduan dan Kesehatan Mental di Toronto, gejala depresi dan kecemasan memengaruhi satu dari lima perempuan yang sedang hamil atau pasca persalinan di Kanada dan AS.
Para peneliti secara acak menugaskan 1.230 peserta ke delapan sesi terapi aktivasi perilaku yang diberikan oleh spesialis kesehatan mental atau spesialis non-kesehatan mental yang telah menerima pelatihan tentang perawatan tersebut.
Para peserta juga secara acak ditugaskan untuk menerima terapi dari penyedia layanan yang membantu pasien untuk memfokuskan kembali pikiran dan perilaku negatif menjadi tindakan positif. Terapi ini dilakukan baik secara langsung maupun virtual.
Penelitian tersebut menemukan bahwa setelah tiga bulan, peserta yang menerima perawatan dari perawat, bidan, dan doula terlatih mengalami peningkatan yang sama dalam kesehatan mental dan bahwa perawatan secara langsung dan telemedicine bekerja dengan baik.
Terapi untuk atasi depresi pada ibu baru
Singla, yang juga seorang psikolog-ilmuwan di Rumah Sakit Mount Sinai di Toronto, mengatakan terapi bicara jangka pendek, termasuk aktivasi perilaku, diakui sebagai pengobatan yang efektif untuk gejala kecemasan dan depresi perinatal.
Namun, terapi ini sangat tidak dapat diakses di Kanada dan AS karena faktor-faktor seperti kurangnya ketersediaan psikiater dan psikolog atau biaya yang harus dibayar pasien. Memperluas jangkauan penyedia layanan kesehatan yang dapat memberikan terapi dapat membantu mengatasi hambatan tersebut.
"(Studi ini) menawarkan harapan bagi banyak orang yang menginginkan akses ke terapi bicara yang efektif atau psikoterapi yang efektif, tetapi tidak bisa," katanya dalam sebuah wawancara, dilansir dari CTVNews.
Perawat, bidan, dan doula ini dipilih berdasarkan keterampilan interpersonal, menerima lebih dari 20 jam pelatihan, dan mendapat pengawasan mingguan dari seorang profesional kesehatan mental.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)