Status Gizi Anak: Cara Mengukur hingga Membaca Hasilnya

23 hours ago 3

Memantau status gizi anak sangat penting untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Gizi yang baik mendukung kesehatan fisik dan mental, sehingga orang tua perlu memahami cara mengukur dan membaca hasil status gizi anak.

Berbagai metode, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan, digunakan untuk mengukur status gizi. Indeks seperti BB/U (Berat Badan terhadap Umur) dan IMT/U (Indeks Massa Tubuh terhadap Umur) membantu mengidentifikasi apakah kategori gizi anak sudah ideal, kurang, atau berlebihan.

Lantas, bagaimana sih cara yang tepat untuk menghitung status gizi Si Kecil? Mari simak penjelasan selengkapnya di bawah ini, Bunda!

Apa yang dimaksud status gizi anak?

Bunda, untuk mengetahui apakah asupan gizi harian Si Kecil tercukupi, diperlukan pengukuran status gizi. Ini adalah pedoman untuk memberikan gambaran apakah anak mendapatkan nutrisi yang cukup.

Asupan nutrisi yang memenuhi kebutuhan gizi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan mental, fisik, dan kesehatan secara keseluruhan. Jika kebutuhan gizi tidak terpenuhi, perkembangan Si Kecil menuju dewasa tentu dapat mengalami gangguan.

Indikator pengukuran status gizi anak yang tepat

Banyak orang menggunakan IMT untuk menilai status gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Sayangnya, perhitungan IMT kurang akurat untuk anak-anak karena pertumbuhan mereka yang cepat.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), berikut adalah lima indikator utama untuk mengukur status asupan gizi yang ideal pada anak.

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki dan perempuan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Bunda mungkin pernah memperhatikan bahwa anak perempuan tumbuh lebih cepat daripada laki-laki. Oleh karena itu, status gizi anak perlu mempertimbangkan indikator jenis kelamin dalam pengukurannya.

2. Usia

Usia adalah faktor kunci dalam penilaian status gizi. Pertumbuhan anak sangat bervariasi tergantung pada usia, terutama pada masa-masa penting seperti bayi, balita, dan remaja.

Oleh sebab itu, pengukuran berat dan tinggi badan Si Kecil perlu dibandingkan dengan standar pertumbuhan sesuai usia teman sebayanya. Namun, Bunda juga perlu memahami bahwa tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, sehingga dapat berbeda meskipun berada dalam rentang usia yang sama.

3. Berat badan

Berat badan merupakan salah satu indikator utama dalam menilai apakah asupan gizi anak sudah mencukupi. Melalui pengukuran berat badan, Bunda dapat memperoleh gambaran tentang jumlah zat gizi makro dan mikro yang diterima Si Kecil.

Selain itu, pemantauan berat badan secara rutin juga membantu Bunda untuk mendeteksi perubahan yang mungkin terjadi akibat pola makan atau kesehatan anak. Misalnya, jika berat badan Si Kecil mengalami penurunan yang signifikan, ini bisa menjadi tanda bahwa asupan gizi mereka tidak mencukupi atau ada masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.

4. Tinggi badan atau panjang badan

Pertambahan tinggi badan bersifat linier, yang berarti perubahannya sangat bergantung pada kualitas makanan yang dikonsumsi anak sejak lahir. Maka dari itu, pengukuran status gizi memerlukan indikator tinggi atau panjang badan anak untuk menganalisis kondisi dan permasalahan gizi yang terjadi selama masa pertumbuhan.

5. Lingkar kepala

American Academy of Pediatrics menganjurkan orang tua untuk rutin memantau perkembangan lingkar kepala dan ukuran ubun-ubun besar anak hingga usia dua tahun. Pengukuran dilakukan dengan pita ukur non-elastis yang mengelilingi bagian atas alis, melewati bagian atas telinga, hingga titik paling menonjol di belakang kepala.

Idealnya, ukuran lingkar kepala pada bayi dari lahir hingga usia 2 tahun berkisar antara 35 hingga 49 cm. Sementara itu, ukuran rata-rata ubun-ubun besar saat lahir adalah 2,1 cm dan akan mengecil seiring bertambahnya usia.

Tabel status gizi pada bayi berdasarkan berat badannya

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No. 2 Tahun 2020, status gizi bayi dapat dinilai berdasarkan berat badan, terutama pada rentang usia 24 bulan pertama beserta jenis kelamin. Berikut adalah detail informasinya, Bunda.

Bayi laki-laki

Di bawah ini adalah tabel standar status gizi berdasarkan berat badan untuk bayi laki-laki:

  • Usia 0 bulan: 2,9—3,9 kg.
  • Usia 1 bulan: 3,9—5,1 kg.
  • Usia 2 bulan: 4,9—6,3 kg.
  • Usia 3 bulan: 5,7—7,2 kg.
  • Usia 4 bulan: 6,2—7,8 kg.
  • Usia 5 bulan: 6,7—8,4 kg.
  • Usia 6 bulan: 7,1—8,8 kg.
  • Usia 7 bulan: 7,4—9,2 kg.
  • Usia 8 bulan: 7,7—9,6 kg.
  • Usia 9 bulan: 8,0—9,9 kg.
  • Usia 10 bulan: 8,2—10,2 kg.
  • Usia 11 bulan: 8,4—10,5 kg.
  • Usia 12 bulan: 8,6—10,8 kg.
  • Usia 13 bulan: 8,8—11,0 kg.
  • Usia 14 bulan: 9,0—11,3 kg.
  • Usia 15 bulan: 9,2—11,5 kg.
  • Usia 16 bulan: 9,4—11,7 kg.
  • Usia 17 bulan: 9,6—12,0 kg.
  • Usia 18 bulan: 9,8—12,2 kg.
  • Usia 19 bulan: 10,0—12,5 kg.
  • Usia 20 bulan: 10,1—12,7 kg.
  • Usia 21 bulan: 10,3—12,9 kg.
  • Usia 22 bulan: 10,5—13,2 kg.
  • Usia 23 bulan: 10,7—13,4 kg.
  • Usia 24 bulan: 10,8—13,6 kg.

Bayi perempuan

Berikut adalah tabel standar status gizi berdasarkan berat badan untuk bayi perempuan:

  • Usia 0 bulan: 2,8—3,7 kg.
  • Usia 1 bulan: 3,6—4,8 kg.
  • Usia 2 bulan: 4,5—5,8 kg.
  • Usia 3 bulan: 5,2—6,6 kg.
  • Usia 4 bulan: 5,7—7,3 kg.
  • Usia 5 bulan: 6,1—7,8 kg.
  • Usia 6 bulan: 6,5—8,2 kg.
  • Usia 7 bulan: 6,8—8,6 kg.
  • Usia 8 bulan: 7,0—9,0 kg.
  • Usia 9 bulan: 7,3—9,3 kg.
  • Usia 10 bulan: 7,5—9,6 kg.
  • Usia 11 bulan: 7,7—9,9 kg.
  • Usia 12 bulan: 7,9—10,1 kg.
  • Usia 13 bulan: 8,1—10,4 kg.
  • Usia 14 bulan: 8,3—10,6 kg.
  • Usia 15 bulan: 8,5—10,9 kg.
  • Usia 16 bulan: 8,7—11,1 kg.
  • Usia 17 bulan: 8,9—11,4 kg.
  • Usia 18 bulan: 9,1—11,6 kg.
  • Usia 19 bulan: 9,2—11,8 kg.
  • Usia 20 bulan: 9,4—12,1 kg.
  • Usia 21 bulan: 9,6—12,3 kg.
  • Usia 22 bulan: 9,8—12,5 kg.
  • Usia 23 bulan: 10,0—12,8 kg.
  • Usia 24 bulan: 10,2—13,0 kg.

Penilaian status gizi menurut Standar Antropometri Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menetapkan pedoman resmi untuk mengukur dan menilai status gizi anak, yaitu Standar Antropometri Anak. Tolak ukur ini dilakukan dengan membandingkan beberapa indikator yang mengacu pada standar pertumbuhan anak dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu WHO Child Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk anak usia 5-18 tahun.

Penilaian status gizi menggunakan Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan tinggi badan. Parameter ini meliputi empat indeks sebagai berikut:

Indeks BB/U menunjukkan berat badan anak dibandingkan dengan usianya. Indeks ini digunakan untuk menilai apakah anak memiliki berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak bisa digunakan untuk menentukan apakah anak kelebihan berat badan atau overweight.

Penting untuk diketahui bahwa jika seorang anak memiliki BB/U yang rendah, kemungkinan ia mengalami masalah pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan tambahan menggunakan indeks BB/PM (berat badan terhadap panjang badan) atau BB/TB (berat badan terhadap tinggi badan) sebelum mengambil langkah intervensi.

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami stunting (pendek) atau sangat stunting (sangat pendek), yang biasanya disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu lama atau sering sakit.

Selain itu, indeks ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak-anak yang terlalu tinggi untuk usianya. Anak-anak yang memiliki tinggi badan di atas normal biasanya disebabkan oleh masalah hormonal endokrin, tetapi kondisi ini jarang terjadi di Indonesia.

Indeks BB/PB atau BB/TB menunjukkan apakah berat badan Si Kecil sesuai dengan panjang atau tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak yang mengalami gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted), serta anak yang berisiko mengalami kelebihan berat badan (possible risk of overweight).

Gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit dan kekurangan gizi. Kondisi ini dapat bersifat akut, yang berarti terjadi dalam waktu singkat, atau kronis, yang berlangsung lama akibat pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi.

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori status gizi anak, seperti gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB biasanya menunjukkan hasil yang serupa.

Namun, indeks IMT/U lebih sensitif dalam mendeteksi anak yang berisiko mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Anak dengan nilai IMT/U di atas +1SD (standar deviasi) berisiko mengalami gizi lebih, sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut untuk mencegah terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas.

Penilaian status gizi pada anak usia 5-18 tahun menggunakan IMT/U tidak jauh berbeda dengan mekanisme yang digunakan pada anak usia 0-60 bulan. Hanya saja, ada perbedaan di dalam tabel indeks standar deviasinya.

Apakah cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa sama?

Laju pertumbuhan anak-anak dan orang dewasa sangat berbeda. Masa anak-anak adalah periode penuh perubahan, di mana fisik dan mental mereka berkembang dengan pesat. Sementara itu, orang dewasa cenderung mengalami stagnasi dalam pertumbuhan. Itu sebabnya, cara menghitung status gizi anak dan orang dewasa juga tidak sama.

Pada anak, penilaian status gizi sering menggunakan metode antropometri yang mempertimbangkan usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan lingkar kepala. Di sisi lain, pada orang dewasa, status gizi biasanya dihitung dengan rumus sederhana Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu berat badan (dalam kg) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).

Cara menghitung status gizi anak tiap usia

Jika Bunda dan Ayah masih bingung tentang cara membaca hasil penghitungan status gizi Si Kecil, berikut adalah beberapa kategori deviasi atau grafik yang perlu diketahui mengenai status gizi anak.

Cara mengukur status gizi anak usia 0-5 tahun

Untuk mengetahui status gizi anak usia 0-5 tahun, ditetapkan beberapa kategori dan ambang batas berdasarkan empat indeks yang membandingkan parameter berat badan dan tinggi badan, sebagai berikut:

Status gizi anak berdasarkan BB/U:

  • Berat badan sangat kurang (severely underweight): 
  • Berat badan kurang (underweight): -3 SD—
  • Berat badan normal: -2 SD—+1 SD
  • Risiko berat badan lebih: >+1 SD

Status gizi anak berdasarkan TB/U:

  • Sangat pendek (severely stunted): 
  • Pendek (stunted): -3 SD—
  • Normal: -2 SD—+3 SD
  • Tinggi: >+3 SD

Status gizi anak berdasarkan BB/TB atau BB/PB:

  • Gizi buruk (severely wasted
  • Gizi kurang (wasted): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight): >+1 SD—+2 SD
  • Gizi lebih (overweight): >+2 SD—+3 SD
  • Obesitas (obese): >+3 SD

Status gizi anak berdasarkan IMT/U:

  • Gizi buruk (severely wasted
  • Gizi kurang (wasted): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Berisiko gizi lebih (possible risk of overweight): >+1 SD—+2 SD
  • Gizi lebih (overweight): >+2 SD—+3 SD
  • Obesitas (obese): >+3 SD

Cara mengukur status gizi anak usia 5-18 tahun

Penilaian status gizi pada anak usia 5-18 tahun menggunakan IMT/U yang tidak jauh berbeda dengan mekanisme yang digunakan pada anak usia 0-5 tahun. Hanya saja, ada perbedaan di dalam tabel indeks standar deviasinya, yakni sebagai berikut:

  • Gizi buruk (severely thinness): 
  • Gizi kurang (thinness): -3 SD—
  • Gizi baik (normal): -2 SD—+1 SD
  • Gizi lebih (overweight): +1 SD—+2 SD
  • Obesitas (obese): >+2 SD

Masalah kesehatan seputar status gizi pada anak

Menurut informasi dari WHO dan Mayo Clinic, berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat malnutrisi, baik gizi kurang maupun gizi lebih, pada Si Kecil:

1. Stunting

Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan yang terhambat, sehingga tinggi badannya lebih rendah dari standar yang seharusnya untuk usianya. Hal ini biasanya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan faktor lingkungan. Stunting dapat berdampak serius pada perkembangan fisik dan kognitif anak, serta meningkatkan risiko penyakit di masa depan. 

2. Marasmus

Marasmus adalah bentuk kekurangan gizi yang parah, ditandai dengan penurunan berat badan yang signifikan dan kehilangan massa otot. Kondisi ini biasanya terjadi akibat asupan kalori, seperti karbohidrat, lemak dan protein, yang sangat rendah.

Anak yang mengalami marasmus terlihat sangat kurus, dengan kulit yang kendur dan tulang-tulang yang terlihat jelas. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk gangguan sistem kekebalan tubuh, infeksi, bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

3. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah gangguan gizi atau malnutrisi yang terjadi jika anak tidak mengonsumsi cukup protein. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang tinggal di wilayah yang mengalami kemiskinan, kekeringan atau bencana alam.

Kwashiorkor dapat dikenali dengan beberapa gejala, seperti perubahan pigmen kulit, diare, penurunan massa otot, ruam kulit, tubuh yang semakin kurus, hingga perut yang membusung.

4. Marasmus-kwashiorkor

Gangguan gizi marasmus dan kwashiorkor dapat terjadi pada satu waktu. Biasanya penyakit ini dimulai dengan keluhan kwashiorkor yang berpotensi menyebar menjadi marasmus. 

Anak yang menderita kedua penyakit ini biasanya akan terlihat sangat kurus dengan kulit yang kendur, rambut kering yang mudah rontok, hingga ukuran kepala yang lebih besar dibandingkan tubuhnya.

5. Wasting (kurus)

Wasting adalah bentuk malnutrisi yang paling mudah terjadi dan dapat mengancam jiwa. Anak-anak yang mengalami wasting memiliki tubuh yang terlalu kurus dan sistem kekebalan tubuh yang lemah, sehingga mereka lebih rentan terhadap keterlambatan perkembangan, penyakit, dan risiko kematian. Beberapa anak yang mengalami wasting juga menderita edema gizi, yang ditandai dengan pembengkakan pada wajah dan kaki.

6. Underweight (berat badan kurang)

Underweight adalah kondisi di mana berat badan berada di bawah rata-rata garis normal. Kondisi ini dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari, seperti tekanan darah rendah, masalah jantung, gangguan kadar gula darah, dan otot yang mudah melemas.

7. Overweight (kelebihan berat badan)

Overweight atau kegemukan adalah jenis malnutrisi yang terjadi ketika seseorang memiliki berat badan yang melebihi batas normal untuk tinggi badannya. Kondisi ini disebabkan oleh penumpukan lemak yang tidak normal dalam tubuh.

Penyebab umum overweight meliputi asupan kalori berlebih yang disertai dengan minimnya aktivitas fisik. Selain itu, faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami overweight. Jika tidak ditangani dengan segera, overweight dapat berkembang menjadi obesitas.

8. Obesitas

Obesitas adalah bentuk malnutrisi yang merupakan penyakit kompleks akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes, kolesterol tinggi, sleep apnea, penyakit jantung dan hati, serta beberapa jenis kanker.

Cara agar agar status gizi anak dalam kondisi baik

Setiap orang tua tentu menginginkan anak yang tumbuh sehat dan bugar. Untuk mencapai hal ini, Bunda perlu memastikan bahwa status gizi mereka selalu dalam kondisi baik.

Mengutip dari CDC dan The Royal Children's Hospital Melbourne, berikut adalah lima cara efektif untuk menjaga nutrisi Si Kecil terpenuhi:

1. Diet seimbang

Diet seimbang adalah kunci untuk memastikan anak mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pastikan anak mengonsumsi berbagai makanan dari semua kelompok makanan, yakni:

  • Beri anak potongan buah dan sayuran sebagai sumber vitamin, mineral, dan serat.
  • Sediakan sumber protein dari daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu.
  • Pilih biji-bijian utuh seperti beras premium, nasi merah, roti gandum, atau pasta whole grain.
  • Sertakan lemak sehat dari sumber seperti alpukat, kacang-kacangan, dan minyak zaitun.

2. Kontrol porsi

Mengontrol porsi makanan sangat penting untuk mencegah makan berlebihan. Anak-anak memiliki perut yang lebih kecil, sehingga mereka memerlukan porsi yang lebih kecil namun lebih sering. Ajarkan Si Kecil untuk mengenali sinyal lapar dan kenyang mereka, serta berikan porsi yang sesuai dengan usia dan kebutuhan.

3. Hidrasi

Pastikan anak minum cukup air sepanjang hari. Konsumsi air adalah pilihan terbaik, tetapi Bunda juga bisa memberikan susu rendah lemak atau yogurt sebagai sumber cairan. 

4. Batasi makanan manis dan junk food

Makanan manis dan junk food mengandung tinggi kalori, gula, dan lemak tidak sehat, tetapi rendah nutrisi. Batasi konsumsi makanan ini dan dorong anak untuk memilih camilan yang lebih sehat, seperti buah segar, sayuran, atau yogurt. 

5. Jadi role model yang baik

Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, penting bagi Bunda dan Ayah untuk menjadi contoh yang baik dalam hal kebiasaan makan dan gaya hidup sehat.

Tunjukkan kebiasaan makan yang baik, seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan menjaga pola hidup sehat. Dengan cara ini, anak akan lebih termotivasi untuk mengikuti jejak orang tua mereka.

Demikian informasi mengenai status gizi anak, mulai dari cara menghitung gizi hingga masalah malnutrisi yang berisiko mengganggu kesehatan Si Kecil. Semoga informasi ini bermanfaat, ya Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online