Tanda-Tanda Anak Overstimulasi Setelah Ketemu Banyak Orang, Bunda Perlu Tahu

1 week ago 17

Jakarta -

Overstimulasi dapat terjadi ketika tingkat rangsangan sensorik melebihi kapasitas anak. Semua jenis rangsangan sensorik, baik visual, pendengaran, sentuhan, atau jenis lainnya, berpotensi menjadi kelebihan beban bagi anak. Terkadang, hal itu merupakan kombinasi dari berbagai jenis informasi yang diterima anak.

Setiap anak memiliki batasan rangsangannya sendiri. Kemampuan mereka untuk menerima rangsangan sensorik dapat berubah secara berkala, Bunda.

Batasan rangsangan yang dimaksud, misalnya jika anak cukup istirahat dan baru saja makan makanan atau camilan yang seimbang, maka ia mungkin tahan terhadap rangsangan sensorik. Sementara batasnya mungkin lebih rendah jika mereka perlu tidur siang atau belum makan yang cukup.

Ada banyak penyebab anak mengalami overstimulasi. Ketemu dengan banyak orang bisa menjadi salah satu penyebab anak mengalami overstimulasi.

“Stimulasi berlebihan dapat terjadi dalam situasi rutin di rumah dengan volume TV dan musik yang keras, serta dalam kasus-kasus khusus seperti kerumunan orang di sebuah pesta dan acara-acara luar ruangan,” kata Dokter Spesialis Anak, Pierrette Mimi Poinsett, M.D., dikutip dari Parents.

Ketika ketemu banyak orang, Si Kecil mungkin kewalahan menyerap rangsangan sensorik mulai dari kebisingan suara obrolan, interaksi, hingga permainan jika orang yang ia temui ingin bermain dengannya.

Kelebihan beban sensorik dapat dengan mudah membuat anak kelelahan dan mereka mungkin mencapai titik puncaknya. Meskipun tampak terjadi secara mendadak, biasanya ada beberapa tanda utama yang menandakan bahwa rangsangan berlebihan akan segera terjadi.

Tanda-tanda anak overstimulasi

Sebelum ledakan tantrum atau meltdown terjadi, ada beberapa tanda-tanda anak overstimulasi yang perlu Bunda ketahui. Dikutip dari Raising Children, bayi baru lahir atau bayi yang terlalu terstimulasi mungkin:

  • Menjadi mudah tersinggung atau lelah
  • Tampak kesal atau memalingkan muka
  • Bergerak tersentak-sentak
  • Mengepalkan tangan, melambaikan tangan, atau menendang
  • Menangis, terutama jika stimulasi berlebihan telah berlangsung lama

Balita atau anak prasekolah yang mengalami overstimulasi mungkin:

  • Tampak lelah, mudah tersinggung dan kesal, atau mengamuk
  • Menangis dan tidak dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan perasaan mereka
  • Menjatuhkan diri ke lantai sambil menangis atau marah
  • Mengatakan mereka tidak ingin melanjutkan apa yang mereka lakukan
  • Menolak melakukan hal-hal sederhana seperti mengenakan sabuk pengaman.

Anak usia sekolah yang mengalami overstimulasi mungkin:

  • Tampak mudah tersinggung atau lelah
  • Menjadi lebih kikuk dari biasanya, misalnya, menjatuhkan atau menumpahkan barang
  • Menjadi lebih manja atau membutuhkan lebih banyak perhatian dari biasanya
    mudah bosan
  • Rewel soal makanan
  • Kurang mau bekerja sama saat diminta bantuan
  • Meminta lebih banyak bantuan dari biasanya untuk hal-hal seperti pekerjaan rumah atau tugas

Cara mengatasi anak yang mengalami overstimulasi

3 Dampak Melarang Anak Menangis saat Masih KecilIlustrasi/Foto: Getty Images/yongyuan

Dilansir dari laman Healthline, untuk mengatasi anak yang mengalami overstimulasi, Bunda dapat mengambil beberapa langkah berikut:

1. Jauhkan mereka dari situasi tersebut

Saat menyadari bahwa anak terlalu terstimulasi, langkah pertama yang harus ambil adalah mengubah lingkungan ke tempat yang lebih tenang. Ini bisa berupa kamar, ruangan gelap di rumah, gendongan bayi atau gendongan di dada, kereta dorong, atau bahkan carseat.

Pastikan ruangan tersebut tenang dan bicaralah dengan anak dengan suara yang tenang dan lembut. Jika memungkinkan, hindari warna-warna cerah karena dapat menstimulasi.

2. Bedong bayi 

Jika masih berusia bayi, Bunda mungkin juga ingin mempertimbangkan untuk membedong bayi. Membedong memberikan tekanan yang stabil, meniru kenyamanan rahim, dan menumpulkan refleks kaget mereka, yang menurut beberapa bayi menenangkan. Namun, tidak semua bayi suka dibedong, jadi jika Si Kecil tidak menyukainya, tidak apa-apa.

3. Tenangkan mereka dengan white noise atau dengan musik lemut

Bunda juga dapat memutar musik lembut atau menyalakan alat pemutar suara atau white noise. Hindari saja TV atau telepon, para ahli sepakat bahwa alat-alat ini terlalu menstimulasi untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun.

4. Gendong anak, tetapi bersiaplah untuk memberi mereka ruang

Beberapa anak ingin digendong atau disentuh, tetapi banyak yang tidak ingin seperti itu. Anak mungkin menolak sentuhan dan pelukan saat mereka terlalu terstimulasi karena itulah yang justru menstimulasi mereka secara berlebihan.

Jika Si Kecil tampak menjauh dari sentuhan, baringkan mereka di kamarnya dan duduklah di dekatnya hingga mereka tenang.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online