Jakarta -
Menjalankan bisnis bersama pasangan mungkin bukan ide yang buruk. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan Bunda dan suami ketika bisnis bersama agar semuanya berjalan dengan aman dan lancar.
Memiliki bisnis bersama pasangan menghadirkan beberapa tantangan, tetapi manfaat bekerja bersama pasangan bisa sangat besar. Jika ditangani dengan benar, itu bisa menjadi berkah. Namun, jika tidak, itu bisa menjadi masalah yang mungkin memengaruhi rumah tangga.
Pilihan membangun bisnis bersama pasangan juga bisa menjadi peluang bagus untuk terhubung dan tumbuh di saat yang sama, tetapi harus dilakukan dengan tepat.
Tips membangun bisnis bareng suami
Perencana Keuangan, Rista Zwestika CFP, WMI, WPS, mengatakan membangun bisnis bersama pasangan bisa menjadi pengalaman yang luar biasa, tetapi juga menantang.
Oleh karena itu, ia membagikan beberapa tips untuk membangun bisnis yang sukses bersama suami:
1. Menentukan visi dan tujuan bersama
Rista menyarankan Bunda dan pasangan mendiskusikan visi jangka panjang untuk bisnis dan bagaimana itu selaras dengan kehidupan keluarga.
“Pastikan kalian memiliki tujuan yang sama untuk bisnis, baik dalam hal finansial maupun personal,” ungkap Rista kepada HaiBunda, Selasa (21/1/2025).
2. Pembagian tugas yang jelas
Tentukan peran dan tanggung jawab masing-masing berdasarkan keahlian dan minat. Tumpang tindih tugas untuk mengurangi potensi konflik.
3. Komunikasi terbuka dan teratur
Komunikasi bukan hanya kunci sukses mempertahankan hubungan yang baik sebagai pasangan, tetapi juga sebagai rekan bisnis.
“Jadwalkan diskusi rutin untuk mengevaluasi kemajuan bisnis dan menyelesaikan masalah. Pastikan semua keputusan besar diambil bersama,” tuturnya.
4. Pisahkan urusan bisnis dan keluarga
Tetapkan batasan waktu untuk bekerja dan keluarga. Hindari membawa masalah bisnis ke dalam kehidupan pribadi, dan sebaliknya.
5. Manfaatkan kekuatan dan kelebihan masing-masing
Fokus pada keahlian unik masing-masing untuk mengoptimalkan hasil. Jika salah satu lebih kuat dalam keuangan dan lainnya dalam pemasaran, gunakan itu sebagai keunggulan tim.
6. Bangun sistem dan proses yang jelas
Buat Standard Operating Procedure (SOP) agar bisnis tetap berjalan lancar, meskipun salah satu dari pasangan tidak bersedia.
Rista mengatakan gunakan teknologi untuk mendukung operasional, seperti software manajemen proyek atau keuangan.
7. Investasi dalam pendidikan dan pengembangan diri
Ikuti pelatihan, seminar, atau workshop bersama untuk meningkatkan keterampilan bisnis. Belajar dari pasangan yang sudah berhasil membangun bisnis bersama.
8. Atur keuangan dengan bijak
Pisahkan keuangan pribadi dan bisnis. Buat anggaran yang realistis dan pastikan transparansi dalam pengelolaan dana.
9. Saling mendukung dalam masa sulit
Rista menjelaskan bahwa bisnis pasti memiliki pasang surut, terlebih lagi ketika Bunda menjalaninya bersama pasangan.
“Jadi, penting untuk saling mendukung, baik secara emosional maupun praktis. Ingatkan satu sama lain tentang alasan kalian memulai bisnis bersama,” ungkap Rista.
10. Rayakan keberhasilan bersama
Hargai setiap pencapaian, sekecil apa pun itu. Rayakan momen penting untuk menjaga semangat dan kebahagiaan dalam perjalanan bisnis.
11. Cari mentor atau komunitas
Bergabung dengan komunitas pengusaha atau mencari mentor yang berpengalaman dapat memberikan perspektif dan dukungan tambahan.
Dengan kerja sama yang baik, saling menghormati, dan semangat yang sama, bisnis bersama pasangan dapat menjadi pengalaman yang sukses dan memuaskan.
Kesalahan yang perlu dihindari saat membangun bisnis bareng suami
Berikut beberapa kesalahan umum yang perlu dihindari ketika Bunda dan suami memutuskan untuk membangun bisnis bersama:
1. Tidak memisahkan peran dan tanggung jawab
Banyak pasangan tidak menentukan peran masing-masing, sehingga tugas sering tumpang tindih atau malah terabaikan.
“Tetapkan pembagian peran yang jelas berdasarkan keahlian dan minat. Contoh, suami fokus pada pemasaran, sementara istri mengelola keuangan,” saran Rista.
2. Kurang komunikasi yang efektif
Kesalahan umum lainnya adalah tidak saling berbagi informasi atau menghindari diskusi masalah bisnis karena takut konflik.
“Jadwalkan pertemuan rutin untuk mendiskusikan kemajuan, tantangan, dan solusi bisnis. Jaga komunikasi tetap jujur dan profesional,” tuturnya.
3. Campur aduk keuangan pribadi dan bisnis
Menggunakan uang bisnis untuk kebutuhan pribadi atau sebaliknya dapat menyebabkan kesulitan finansial.
Oleh karena itu, Bunda disarankan untuk membuat rekening terpisah dan pantau keuangan menggunakan software atau aplikasi.
4. Mengabaikan waktu keluarga
Rista menjelaskan bahwa fokus berlebihan pada bisnis membuat hubungan keluarga terabaikan. Untuk itu, tetapkan batas waktu kerja dan keluarga, ya, Bunda.
5. Tidak sepakat dalam pengambilan keputusan
Perbedaan pendapat mungkin sering terjadi dan malah berujung pada konflik. Namun, jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan masalah baru.
6. Terlalu mengandalkan pasangan
Salah satu pihak merasa beban kerja terlalu berat karena pasangan yang bergantung. Untuk itu, pastikan beban kerja dibagi secara adil, dan pertimbangkan untuk merekrut karyawan tambahan, jika beban kerja terlalu besar.
7. Tidak profesional dalam berbisnis
Membawa masalah rumah tangga ke tempat kerja atau bersikap terlalu santai karena pasangan adalah mitra bisnis juga termasuk kesalahan, Bunda.
Perlakukan bisnis secara profesional dengan tetap mematuhi aturan kerja, meski dijalankan bersama pasangan.
8. Tidak membuat perencanaan yang jelas
Bisnis dijalankan tanpa visi, misi, atau target yang konkret, sehingga sulit berkembang. Buat rencana bisnis yang mencakup tujuan jangka pendek dan panjang, serta langkah untuk mencapainya.
9. Tidak mau menerima kritik dari pasangan
Salah satu pihak merasa tersinggung atau defensif saat menerima masukan dari pasangan juga bisa menjadi masalah.
“Anggap kritik sebagai bentuk dukungan. Fokus pada solusi daripada mengambil hati,” ungkap Rista.
10. Mengabaikan perbedaan gaya kerja
Perbedaan gaya kerja, seperti kecepatan atau cara menyelesaikan tugas, sering memicu ketegangan. Oleh karena itu, kenali keunikan gaya kerja masing-masing dan cari cara untuk melengkapinya.
11. Tidak memiliki rencana untuk mengatasi konflik
Ketika konflik muncul, pasangan sering kali bingung bagaimana menyelesaikannya tanpa merusak hubungan.
“Buat kesepakatan awal tentang cara menyelesaikan konflik, seperti berbicara dengan kepala dingin atau meminta bantuan pihak ketiga,” tutur Rista.
12. Mengabaikan pembelajaran dan pengembangan diri
Terjebak dalam zona nyaman sehingga bisnis sulit berkembang. Ikuti pelatihan, seminar, atau baca buku bisnis secara rutin untuk terus meningkatkan kemampuan.
Cara mengelola keuangan bisnis sekaligus rumah tangga
Rista mengatakan mengelola keuangan rumah tangga sekaligus modal bisnis membutuhkan strategi yang matang agar kedua aspek tersebut berjalan harmonis. Berikut beberapa cara yang dapat Bunda ikuti.
1. Pisahkan keuangan pribadi dan bisnis
Dalam hal ini, Bunda dapat membuat rekening terpisah untuk kebutuhan rumah tangga atau operasional bisnis. Hindari mencampuri uang bisnis dengan uang pribadi untuk memudahkan pelacakan aliran dana.
2. Buat anggaran dana
Bunda perlu menetapkan anggaran untuk kebutuhan rutin seperti belanja bulanan, pendidikan anak, tagihan, dan tabungan keluarga.
Sementara untuk bisnis, siapkan anggaran untuk operasional, pemasaran, pembelian bahan baku, dan pengembangan usaha.
3. Prioritaskan kebutuhan
Rista juga menyarankan Bunda untuk mendahulukan kebutuhan penting rumah tangga, seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan.
“Sedangkan dalam bisnis, fokuskan modal pada aktivitas yang langsung menghasilkan pendapatan atau mendukung pertumbuhan,” ujarnya.
4. Alokasikan dana darurat
Buat dana darurat terpisah untuk rumah tangga dan bisnis. Idealnya, dana darurat rumah tangga mencakup biaya hidup selama 12 bulan, sedangkan dana darurat bisnis dapat menutupi operasional dan disesuaikan dengan bisnisnya.
“Jika baru memulai dana darurat bisa untuk satu sampai dua tahun karena memulai bisnis masih banyak tantangannya,” ucap Rista.
5. Gunakan laba dengan bijak
Jika bisnis mulai menghasilkan laba, alokasikan sebagian untuk re-investasi ke bisnis (pengembangan, promosi, atau pembelian alat baru). Sedangkan keuangan rumah tangga untuk menambah tabungan agar tujuan keuangan keluarga bisa segera tercapai.
6. Hindari utang yang tidak perlu
Untuk kebutuhan rumah tangga, hindari menggunakan kartu kredit secara berlebihan dan mengurangi utang konsumtif.
Sedangkan dalam bisnis, gunakan pinjaman hanya jika benar-benar mendukung pertumbuhan atau menghasilkan keuntungan.
7. Pantau dan evaluasi secara berkala
Gunakan aplikasi atau spreedsheet untuk memantau pemasukan dan pengeluaran rumah tangga serta bisnis. Lakukan evaluasi secara rutin untuk memastikan keuangan berjalan sesuai rencana.
8. Investasi untuk masa depan
Sisihkan sebagian dari pendapatan rumah tangga dan bisnis untuk investasi seperti emas, reksa dana, atau properti. Ini membantu menciptakan pendapatan pasif untuk jangka panjang.
9. Libatkan pasangan dalam pengelolaan keuangan
Diskusikan rencana keuangan secara transparan dengan pasangan. Pastikan Bunda dan suami sepakat tentang prioritas keuangan dan penggunaan dana. Baik di keuangan rumah tangga maupun bisnis.
10. Gunakan jasa profesional
Konsultasikan keuangan dengan akuntan atau perencana keuangan untuk mendapatkan saran yang lebih terarah. Ini sangat membantu jika bisnis mulai berkembang atau memiliki kompleksitas finansial yang tinggi.
Nah, itulah beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan ketika menjalani bisnis bareng suami. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)