Pintar saja tidak cukup jika ingin karier berkembang. Pahami soft skill yang perlu dimiliki para pencari kerja dan bedanya dengan hard skill.
Soft skill kini menjadi salah satu aspek paling penting dalam dunia kerja. Menurut laporan LinkedIn, keterampilan interpersonal justru menjadi kesenjangan terbesar antara pencari kerja dan kebutuhan perusahaan.
Executive Chairman LinkedIn, Jeff Weiner, pernah mengatakan bahwa komunikasi sebagai celah keterampilan nomor satu yang kurang dimiliki kandidat kerja. Padahal sangat dibutuhkan oleh perusahaan.
“Ini agak mengherankan. Keterampilan interpersonal yang paling tidak seimbang. Komunikasi menjadi kesenjangan keterampilan nomor satu,” papar Weiner dalam sebuah wawancara dengan CNBC International.
Fakta ini diperkuat oleh laporan LinkedIn Workforce Report 2018 yang menyatakan bahwa soft skill paling dicari dalam dunia kerja modern, berupa kepemimpinan, komunikasi, kolaborasi, dan manajemen waktu.
Meskipun sangat penting, banyak pencari kerja yang masih menganggap remeh soft skill dan lebih fokus mengasah hard skill atau keterampilan teknis. Dalam praktiknya, kemampuan sosial sering kali menjadi pembeda utama antara kandidat rata-rata dan unggulan.
Soft skill tidak sekadar membuat Bunda terlihat profesional tapi juga menentukan cara menjalin hubungan dengan rekan kerja, menghadapi tantangan, hingga memimpin sebuah tim. Dunia kerja saat ini tidak hanya menginginkan seseorang yang pandai secara teknis, tapi juga mampu bekerja sama, memiliki empati, dan bisa membaca situasi sosial.
Lantas, apa sebenarnya perbedaan soft skill dan hard skill? Mari pahami di sini.
Perbedaan soft skill dan hard skill
Soft skill adalah keterampilan nonteknis terkait dengan cara seseorang berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan orang lain. Soft skill itu termasuk komunikasi, empati, kepemimpinan, hingga kecerdasan emosional.
Soft skill tidak bisa dipelajari lewat buku semata, tapi lebih pada hasil pembiasaan, pengalaman, dan refleksi diri. Sementara hard skill merupakan keterampilan teknis yang bisa dipelajari dan diukur.
Hard skill meliputi pemrograman, desain grafis, perencanaan strategis, atau analisis keuangan. Keterampilan ini bisa diperoleh melalui pendidikan formal, pelatihan, maupun sertifikasi.
Baik soft skill maupun hard skill saling melengkapi dan sama-sama penting jika Bunda ingin memiliki karier yang sukses. Jadi, apa saja soft skill yang sebaiknya dimiliki para pencari kerja?
Soft skill yang perlu dimiliki pencari kerja
Berikut soft skill yang sebaiknya dimiliki oleh Bunda yang saat ini tengah mencari pekerjaan.
1. Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional (EQ) merupakan fondasi dari semua soft skill. Ini mencakup kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara sehat, serta memahami emosi orang lain.
Pemimpin yang baik biasanya memiliki EQ tinggi karena mampu membangun kepercayaan, menginspirasi, dan menjaga dinamika tim tetap harmonis. Menurut Daniel Goleman, EQ menyumbang 90 persen dari keberhasilan seseorang dalam pekerjaan ketika IQ dan kemampuan teknis berada dilevel yang sama.
Laura Wilcox, direktur program manajemen di Harvard Extension School, juga setuju akan hal tersebut.
“Kecerdasan emosional memperkuat keterampilan teknis, membantu kita berpikir lebih kreatif tentang cara terbaik untuk memanfaatkan kemampuan teknis kita,” ujar Wilcox dilansir dari Forbes.
Semakin tinggi EQ, semakin besar pula peluang Bunda untuk naik ke jenjang karier yang lebih tinggi.
2. Kreativitas
Di era dominasi AI, kreativitas menjadi salah satu pembeda utama manusia dengan mesin. Kreativitas memungkinkan Bunda untuk berpikir di luar kebiasaan, menyelesaikan masalah secara inovatif, dan menciptakan nilai baru bagi perusahaan.
Untuk menjadi kreatif, Bunda perlu memahami audiens dan tujuan, lalu mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan provokatif yang menantang cara berpikir lama. Kreativitas bukan hanya milik seniman atau desainer, melainkan setiap profesional bisa melatihnya.
3. Kolaborasi virtual
Bekerja secara virtual telah menjadi norma baru dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, kemampuan untuk bekerja sama dalam tim secara daring menjadi keterampilan penting yang wajib dimiliki.
Kolaborasi virtual meliputi kemampuan membaca bahasa tubuh digital, menciptakan momen kebersamaan online, dan memastikan semua anggota tim merasa didengar, tak peduli zona waktu mereka. Tanpa kemampuan ini, kolaborasi akan mudah runtuh.
4. Membangun relasi
Networking bukan sekadar menambah koneksi di LinkedIn, melainkan soal membangun hubungan yang tulus dan bermakna. Relasi yang kuat dapat membuka pintu peluang kerja dan pengembangan karier yang tak bisa dicapai hanya dengan CV.
Profesional unggul menghabiskan waktu yang sama banyaknya antara mengasah keterampilan teknis dan menjaga relasi. Mereka memahami bahwa kepercayaan dan ketulusan dalam hubungan profesional merupakan aset karier yang tak ternilai.
5. Adaptabilitas
Perubahan merupakan satu-satunya hal yang pasti dalam dunia kerja. Orang yang mampu beradaptasi tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh dan memimpin perubahan itu sendiri.
Adaptabilitas mencerminkan keterbukaan terhadap hal baru dan kesiapan menghadapi tantangan. Bunda harus adaptif, tak sekadar menerima perubahan tapi juga menginisiasinya.
Mereka yang senantiasa ingin tahu, terbuka terhadap feedback, dan mampu memposisikan perubahan sebagai peluang, bukan ancaman, akan sukses di dunia kerja.
6. Kemampuan presentasi virtual
Di era pertemuan daring dan webinar, kemampuan menyampaikan ide secara efektif melalui layar menjadi krusial. Banyak ide cemerlang gagal diterima karena penyampaian yang kurang mengena di dunia virtual.
Pembicara virtual yang andal tahu cara membuat presentasi menarik untuk layar kecil, memperlakukan kamera seperti manusia, dan menciptakan pengalaman yang menyentuh emosi audiens. Bunda tidak hanya menyampaikan tapi juga membangun koneksi.
7. Komunikasi yang efektif
Komunikasi yang baik bukan soal berbicara saja, melainkan mendengarkan, memahami, dan merespon dengan tepat. Kemampuan ini membantu menyelesaikan konflik, memperjelas ekspektasi, dan membangun hubungan kerja yang sehat.
Seorang communicator andal tahu kapan harus berbicara dan mendengarkan. Mereka mampu menyampaikan ide secara jelas tanpa membuat orang lain merasa ditekan.
Di tengah dinamika tim dan tekanan kerja, komunikasi yang jernih bisa menjadi penyelamat utama.
8. Punya jiwa kepemimpinan
Kepemimpinan tidak hanya milik mereka yang memiliki jabatan tinggi. Dalam dunia kerja modern, siapa pun bisa menjadi pemimpin, asalkan mampu mengambil inisiatif, membimbing rekan, dan memberikan inspirasi.
Pemimpin sejati mengandalkan pengaruh, bukan kekuasaan. Mereka tahu cara mengarahkan tim tanpa mendikte dan menciptakan suasana kerja yang inklusif serta produktif.
Kepemimpinan yang otentik tumbuh dari empati dan keberanian dalam mengambil keputusan.
9. Manajemen waktu
Mengelola waktu dengan baik membuat Bunda lebih produktif, terorganisasi, dan mampu menghadapi tekanan dengan tenang. Dalam dunia kerja yang cepat dan penuh tenggat, keterampilan ini sangat berharga.
Manajemen waktu yang baik juga berarti tahu kapan harus istirahat dan tidak terjebak dalam kebiasaan kerja berlebihan. Ini menciptakan keseimbangan hidup, kerja yang sehat dan menghindari burnout.
10. Kemampuan mendengarkan
Mendengarkan secara aktif merupakan soft skill yang sering dilupakan padahal sangat penting. Dengan mendengarkan, Bunda bisa memahami sudut pandang orang lain dan membangun komunikasi yang efektif.
Mendengarkan juga memperkuat rasa dihargai dalam tim. Orang yang merasa didengar cenderung lebih terbuka, loyal, dan termotivasi. Dalam dunia kerja, menjadi pendengar yang baik merupakan kekuatan yang langka.
11. Mampu menyelesaikan konflik
Konflik di tempat kerja tidak bisa dihindari. Namun yang membedakan profesional andal dan tidak adalah kemampuannya menyelesaikan konflik secara konstruktif, bukan memperparahnya.
Penyelesaian konflik menuntut kecerdasan emosional, empati, dan komunikasi yang matang. Dengan pendekatan yang tepat, konflik bahkan bisa menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi.
12. Ketegasan
Ketegasan sering disalahartikan sebagai agresif padahal berbeda. Menjadi tegas artinya mampu menyampaikan pendapat dan kebutuhan dengan jelas tanpa merugikan orang lain.
Ketegasan merupakan keseimbangan antara menjaga batas diri dan menghormati batas orang lain. Dalam dunia kerja, ini penting untuk menghindari manipulasi dan membangun rasa saling hormat.
13. Empati
Empati adalah kemampuan memahami perasaan orang lain dan meresponsnya dengan kepedulian. Ini membuat hubungan kerja lebih manusiawi dan menciptakan lingkungan yang suportif.
Empati juga meningkatkan kolaborasi karena membantu Bunda melihat masalah dari berbagai sudut pandang. Dengan empati, Bunda menjadi pemimpin dan rekan kerja yang lebih baik.
14. Kemampuan berpikir kritis
Berpikir kritis memungkinkan Bunda menganalisis informasi secara objektif dan membuat keputusan berdasarkan logika, bukan asumsi. Ini penting dalam menyelesaikan masalah kompleks dan membuat strategi jangka panjang.
Karyawan dengan kemampuan ini cenderung lebih mandiri dan dapat diandalkan. Mereka tak mudah terjebak dalam drama atau bias karena selalu mempertanyakan dan memverifikasi informasi sebelum bertindak.
15. Kesadaran diri
Kesadaran diri berarti memahami kekuatan, kelemahan, dan reaksi emosional diri sendiri. Ini merupakan langkah pertama menuju pertumbuhan pribadi dan profesional yang berkelanjutan.
Dengan sadar diri, Bunda mampu mengevaluasi diri sendiri secara jujur, terbuka terhadap kritik, dan terus belajar dari pengalaman. Ini juga mencegah Bunda terjebak dalam pola pikir negatif dan konflik yang tidak perlu.
Soft skill bukan lagi pelengkap, melainkan keharusan dalam dunia kerja modern. Jika ingin menjadi kandidat unggulan dan sukses di era digital, sudah saatnya Bunda menyeimbangkan hard skill dan soft skill.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)