Jakarta -
Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Nah, bagaimana peran Bunda pada tahap awal pembentukan antibodi bayi?
Perlu diketahui bahwa masa awal kehidupan bayi adalah periode yang sangat krusial untuk pertumbuhannya. Selama waktu ini, bayi sangat rentan terhadap berbagai penyakit dan infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum sepenuhnya berkembang.
Dikutip dari laman Pregnancy, Birth and Baby, sistem imun adalah jaringan sel dan protein yang ditemukan di seluruh tubuh. Sistem imun inilah yang akan melawan penyebab infeksi.
Sel darah putih membuat protein khusus yang disebut 'antibodi'. Setelah antibodi dibuat, sistem imun akan 'mengingat' virus yang membantu mereka untuk melawan kuman dengan lebih mudah di lain waktu. Memori ini disebut 'imunitas'.
Fakta-fakta tentang antibodi bayi
Berikut hal-hal yang perlu Bunda ketahui tentang antibodi bayi dan apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu menguatkannya:
1. Bayi mendapatkan kekebalan pasif dari bunda
Dikutip dari Medicine Net, seorang bayi pada tahap awal kehidupannya mendapatkan kekebalan pasif dari tubuh Bundanya. Proses transfer antibodi ini terjadi melalui plasenta sebelum lahir.
Transfer antibodi ini merupakan mekanisme alami yang memberikan perlindungan sementara kepada bayi hingga sistem kekebalannya berkembang dan dapat melawan penyakit dengan sendirinya.
Seperti dalam penelitian yang dipublikasikan dalam BMJ Journals, seorang Bunda yang mengalami infeksi SARS-CoV-2 saat hamil mentransfer antibodi IgG tersebut secara efisien melalui plasenta pada bayinya.
Hal ini terjadi ketika infeksi terjadi lebih dari 2 bulan sebelum persalinan. Kekebalan pasif yang diperoleh dari bunda ini pun dapat bertahan pada bayi hingga usia 6 bulan.
2. Pentingnya vaksin untuk kekebalan tubuh bayi
Meskipun antibodi yang diterima bayi dari tubuh bunda memberikan perlindungan awal yang penting, hal ini sifatnya hanya sementara dan mereka tetap memerlukan perlindungan lebih lanjut. Nah, ini bisa didapat dari vaksinasi.
Vaksinasi akan membantu tubuh bayi membentuk antibodi spesifik untuk melawan infeksi yang lebih serius, seperti polio, hepatitis B, dan difteri.
Pemberian vaksin yang tepat dan sesuai jadwal tak hanya memastikan bayi terlindungi dari infeksi, tetapi juga dapat menghadapinya dengan kekebalan yang lebih kuat.
3. Manfaat ekstra dari menyusui
Menyusui secara aktif mendorong kemampuan bayi untuk mengembangkan elemen penting seperti limfosit, sitokin, dan bagian penting lainnya dari sistem kekebalan tubuh yang kuat.
Komponen ASI bersifat antiradang, yang membantu kemampuan bayi baru lahir untuk mengelola respons imun mereka terhadap kuman tertentu, serta melindungi terhadap kondisi autoimun seperti penyakit celiac dan jenis alergi tertentu.
Menyusui juga mengurangi kemungkinan bayi terkena infeksi virus, gastroenteritis, infeksi telinga, dan infeksi pernapasan. Hal itu lantaran ASI mengandung banyak antibodi yang melindungi sistem kekebalan tubuh bayi setelah lahir.
"Kejadian pneumonia, pilek, dan virus berkurang pada bayi yang disusui," kata Ruth A. Lawrence, MD, pakar nutrisi bayi, sekaligus penulis Breastfeeding: A Guide for the Medical Profession, seperti dikutip dari Parents.
4. Antibodi bayi prematur belum sekuat bayi cukup bulan
Ilustrasi bayi prematur/Foto: Getty Images/chaunpis
Bayi prematur tidak mendapatkan antibodi dari ibunya sebanyak bayi cukup bulan, karena proses ini banyak terjadi pada trimester ketiga kehamilan.
Maka dari itu, sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya kuat dan jadi berisiko lebih besar terkena penyakit akibat kuman, seperti bakteri dan virus.
Vaksinasi lengkap untuk orang tua, anggota keluarga, dan pengasuh pun dapat membantu menjaga kesehatan bayi prematur. Bunda dapat berkonsultasi juga dengan dokter untuk menyesuaikan jadwal vaksinasi bayi prematur.
5. Antibodi bayi bersifat sementara
Pada dasarnya, antibodi yang diterima bayi dari bunda, baik melalui plasenta atau ASI, tidak bertahan lama. Antibodi yang ditransfer melalui plasenta akan bertahan selama beberapa bulan setelah kelahiran, sementara antibodi dalam ASI akan memberikan perlindungan selama masa menyusui.
Setelah itu, bayi perlu menyesuaikan diri dan membuat antibodinya sendiri. Setiap kali mereka terinfeksi suatu kuman, sistem kekebalan tubuhnya akan bekerja lebih banyak.
Salah satunya dengan membuat antibodi baru yang akan melindungi mereka dari infeksi serupa di masa depan. Namun tentunya proses ini membutuhkan waktu untuk dapat berkembang sepenuhnya.
6. Pengaruh asupan nutrisi Bunda terhadap antibodi
Seperti disebutkan sebelumnya, pada trimester ketiga kehamilan proses transfer antibodi ke plasenta akan terjadi dengan pesat. Oleh sebab itu, pola makan yang bergizi pada ibu hamil sangat memengaruhi kualitas antibodi yang ditransfer ke bayi.
Jangan lupa untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin dan mineral saat hamil, terutama vitamin D, C, dan zat besi, untuk membantu meningkatkan respons imun bunda, yang pada gilirannya dapat memperkuat kualitas antibodi bayi.
7. Berkaitan dengan sistem kekebalan saat dewasa
Meskipun antibodi bayi bersifat sementara, bukan berarti tidak penting ya, Bunda. Seiring berjalannya waktu, sistem kekebalan bayi akan mulai mengenali dan merespons mikroorganisme patogen dengan cara yang lebih mandiri, kemudian tubuhnya akan mulai menghasilkan antibodi sendiri.
Proses ini biasanya berlangsung hingga usia dua tahun, saat sistem kekebalan bayi mulai matang dan lebih efektif dalam melawan infeksi secara mandiri.
Kesimpulannya, antibodi bayi memberikan perlindungan sementara yang sangat penting dalam beberapa bulan pertama kehidupan mereka. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk menjaga asupan nutrisi selama kehamilan dan berikan ASI seoptimal mungkin.
Pastikan juga Bunda selalu memantau jadwal vaksinasi bayi untuk semakin menguatkan sistem kekebalan tubuhnya, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)