Jakarta -
Kucing menjadi salah satu hewan peliharaan yang sering bertingkah lucu dan menggemaskan. Tak heran bila video lucu kucing sering viral di media sosial, Bunda.
Dilansir BBC, ada 502 miliar video dengan tagar #cat atau kucing di TikTok pada tahun 2023. Tak sedikit di antaranya menjaring jutaan viewers atau penonton.
Alasan video lucu kucing sering viral
Ada tiga alasan yang membuat video lucu kucing sering viral di media sosial, yakni:
1. Memiliki daya tarik emosional
Penelitian menunjukkan bahwa video yang membuat kita merasakan emosi yang kuat, seperti kebahagiaan atau kejutan, dua kali lebih mungkin dibagikan di media sosial. Video kucing termasuk dalam video tersebut. Mulai dari video anak kucing yang menggemaskan hingga tingkah kucing yang lucu dianggap dapat menyentuh hati banyak orang.
2. Memiliki keterkaitan dengan penontonnya
Saat sebuah video menunjukkan sesuatu yang dapat kita pahami bersama, hal itu membuat kita merasa terhubung dan lebih mungkin untuk membagikannya. Misalnya, Bunda yang menyukai kucing akan merasa terhubung dengan pemilik kucing yang mengunggah video hewan peliharaannya tersebut di media sosial.
3. Kemudahan untuk dibagikan
Video yang mudah dibagikan dengan menggunakan tagar atau berisi tren populer dapat menjangkau audiens yang lebih besar dengan cepat. Misalnya, tagar #catsofinstagram saat ini memiliki lebih dari 200 juta posting di Instagram, yang merupakan salah satu dari 100 tagar yang paling banyak dicari di platform tersebut.
Sementara di TikTok, halaman For You Page (FYP) menggunakan algoritma untuk menyusun feed yang dipersonalisasi berdasarkan aktivitas Bunda sebelumnya. Artinya, semakin banyak video kucing yang ditonton, maka semakin besar kemungkinan Bunda akan melihat lebih banyak konten video lucu kucing.
Ilustrasi Kucing/ Foto: iStock
Viralnya video lucu kucing membangkitkan minat para peneliti untuk mencari manfaatnya. Hasilnya, video kucing di media sosial ternyata memang dapat memberikan manfaat kesehatan yang signifikan, Bunda.
"Beberapa orang mungkin berpikir bahwa menonton video kucing secara daring bukanlah topik yang cukup serius untuk penelitian akademis, tetapi faktanya itu adalah salah satu ang paling populer di internet saat ini," peneliti media dari Indiana University di Bloomington, dikutip dari NBC News.
"Jika kita ingin lebih memahami dampak internet terhadap kita sebagai individu dan masyarakat, maka para peneliti tidak dapat lagi mengabaikan kucing-kucing di internet," sambungnya.
Myrick memanfaatkan popularitas video kucing yang luar biasa untuk melakukan studi yang diterbitkan di tahun 2015. Studi ini mengandalkan hasil survei dari sekitar 7.000 orang yang menonton video kucing.
Hasilnya, para peserta survei mengatakan bahwa mereka merasa lebih bersemangat dan menjadi lebih positif setelah menonton video kucing di media daring. Mereka juga merasakan lebih sedikit emosi negatif, termasuk kecemasan, kemarahan, dan kesedihan.
Studi Myrick ini dipublikasikan secara daring di jurnal Computers in Human Behavior. Laporan tersebut mengikuti studi sebelumnya di mana para peneliti Jepang melaporkan bahwa melihat gambar-gambar hewan lucu dapat meningkatkan kinerja pekerja di tempat kerja dengan meningkatkan perhatian mereka dan mendorong perilaku lebih waspada.
Studi lainnya juga pernah dilakukan oleh tim peneliti dari University of Leeds di Inggris. Tak cuma kucing, studi ini lebih umum karena meneliti manfaat dari menonton video hewan.
Penelitian yang diterbitkan tahun 2020 ini menemukan bukti yang menunjukkan bahwa menonton hewan lucu dapat berkontribusi pada penurunan stres dan kecemasan. Secara detail, studi meneliti bagaimana menonton gambar dan video hewan lucu selama 30 menit dapat memengaruhi tekanan darah, detak jantung, dan kecemasan.
Hasil penelitian mencatat penurunan tekanan darah rata-rata dari 136/88 mmHg menjadi 115/71 mmHg, yang menurut studi tersebut masuk ke dalam kisaran tekanan darah ideal. Sementara itu, denyut jantung rata-rata juga mengalami penurunan sebesar 6,5 persen.
Hasil lain yang menjadi perhatian adalah penurunan tingkat kecemasan pada subjek yang menonton gambar atau video hewan lucu. Tingkat kecemasan turun menjadi 35 persen saat diukur menggunakan State-Trait Anxiety Inventory atau metode penilaian yang sering digunakan dalam mendiagnosis kecemasan, menurut American Psychological Association.
"Saya cukup terkejut bahwa selama sesi tersebut, setiap pengukuran untuk setiap peserta menurun, denyut jantung berkurang, tekanan darah berkurang," kata profesor asosiasi di University of Leeds, Dr. Andrea Utley, dikutip dari CNN.
"Ketika mereka meninggalkan sesi, dan mereka mengisi kuesioner lagi, mereka menyatakan bahwa kecemasan berkurang."
Dari jawaban peserta, peneliti juga menemukan bahwa sebagian besar dari mereka lebih menyukai klip video daripada gambar diam, khususnya pada hewan yang berinteraksi dengan manusia.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/fir)