Berapa Jam ASI Bertahan setelah Dipompa? Ketahui juga Daya Simpannya

2 months ago 33

Jakarta -

Setelah dipompa, ASI perah sebaiknya langsung disimpan sesuai prosedur yang benar ya, Bunda. Lantas, berapa jam ASI bertahan setelah dipompa?

ASI menyediakan nutrisi penting, dan antibodi, serta meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Sebagai ibu baru yang sedang menjalani masa menyusui, mengetahui berapa lama ASI baik untuk dikonsumsi setelah dipompa sangat penting untuk kesehatan bayi dan ketenangan pikiran Bunda.

Berapa Jam ASI Bertahan setelah Dipompa?

Penyimpanan ASI yang tepat sangat penting untuk menjaga nilai gizinya dan memastikan keselamatan bayi, Bun. Karenanya, ikuti panduan penyimpanan ASI seperti berikut ini:

1. Suhu ruang

Waktu penyimpanan untuk ASI perah segar pada suhu ruangan berdasarkan penelitian menunjukkan ASI tetap stabil hingga 6 - 8 jam (25°C dan lebih rendah). Tetapi sebaiknya dipindahkan ke tempat yang dingin, misalnya lemari es, dalam waktu 4 jam.

2. Cooler box/cooler bag

ASI yang baru diperah dapat disimpan dalam pendingin terisolasi dengan bungkusan es hingga satu hari.

3. Kulkas

ASI yang baru diperah dapat disimpan di bagian belakang kulkas hingga empat hari dalam kondisi bersih. Namun, sebaiknya ASI digunakan atau dibekukan dalam waktu tiga hari seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.

4. Freezer

ASI yang baru diperah dapat disimpan di bagian belakang freezer dalam hingga 12 bulan. Namun, sebaiknya ASI yang dibekukan digunakan dalam waktu enam bulan.

5. Botol dot susu

ASI yang baru diperah dapat disimpan di botol dot susu pada suhu ruangan hingga enam jam. Namun, sebaiknya ASI disimpan dalam waktu empat jam, terutama jika ruangannya hangat. 

Cara penyimpanan ASI perah yang benar

Panduan menyimpan ASI perah yang benar penting diikuti ya, Bunda, agar kualitas ASI tetap terjaga dengan baik. Berikut ini cara penyimpanan ASI perah yang benar, Bun:

1. Gunakan wadah yang sesuai, Bunda. Ya, ASI perah dapat disimpan dalam wadah bersih dan tertutup yang terbuat dari kaca food grade atau plastik keras yang tidak terbuat dari bisphenol A (BPA). Kaca lebih disukai untuk penyimpanan jangka panjang karena tidak mengeluarkan bahan kimia. Wadah plastik cocok untuk penyimpanan jangka pendek.
2. Hindari menyimpan ASI dalam pelapis botol sekali pakai atau kantong plastik yang dirancang untuk keperluan rumah tangga umum.
3. Jangan gunakan kantong plastik untuk keperluan rumah tangga umum karena dapat mencemari ASI dan membuatnya tidak sehat untuk dikonsumsi.
4. Simpan ASI dalam jumlah kecil misalnya 2 hingga 4 ons (60-120 ml) untuk menghindari pemborosan.
5. Catat tanggal setiap pemerahan pada wadah.
6. Beri label pada setiap wadah dengan tanggal Bunda memeras ASI menggunakan label dan tinta tahan air seperti dikutip dari laman Healthpulse.
7. Tambahkan nama bayi pada label untuk identifikasi jika Bunda menyimpan ASI di fasilitas penitipan anak.
8. Simpan wadah ASI di lemari es atau freezer.
9. Letakkan wadah di bagian belakang lemari es atau freezer, di tempat yang suhunya konstan.
10. Jika Bunda berada dalam situasi di mana Bunda tidak memiliki lemari es atau freezer, Bunda dapat menyimpan ASI untuk sementara waktu di pendingin terisolasi yang berisi ice packs.

Cara menghangatkan ASI perah

Bunda dapat menghangatkan ASI yang didinginkan dan dibekukan dengan aman dalam air hangat. Penghangat botol juga dapat membantu, tetapi dapat membuat ASI menjadi terlalu panas.

Menghangatkan ASI yang disimpan sebelum memberikannya kepada bayi adalah pilihan pribadi. Banyak bayi menyukai ASI yang hangat jika mereka meminumnya dari botol, karena ASI hangat saat bayi menyusu.

Menghangatkan ASI juga membantu kekentalannya setelah disimpan. Saat ASI dibekukan atau didinginkan, lemaknya cenderung terpisah di dalam botol. Menghangatkan ASI, atau setidaknya mendinginkannya hingga mencapai suhu ruangan, dapat membantu Bunda mencampur ASI kembali ke kekentalan aslinya dengan lebih mudah.

Berikut ini cara menghangatkan ASI seperti dikutip dari laman Healthline:

1. Ambil ASI dari lemari es dan sisihkan.
2. Panaskan air menggunakan teko atau microwave. Tuang air yang sangat hangat (tidak mendidih) ke dalam cangkir atau mangkuk.
3. Tempatkan kantong atau botol ASI yang tertutup rapat ke dalam mangkuk berisi air hangat. ASI harus disimpan dalam wadah tertutup agar tetap hangat.
4. Diamkan ASI dalam air hangat selama 1-2 menit hingga ASI mencapai suhu yang diinginkan.
5. Dengan tangan yang bersih, tuang ASI ke dalam botol, atau, jika sudah ada di dalam botol, pasang dot botol.
6. Putar ASI (jangan pernah dikocok) untuk mencampur lemak, jika sudah terpisah.
7. Sebelum memberikan botol kepada bayi, uji suhu ASI. Bunda dapat melakukannya dengan menuangkan sedikit di pergelangan tangan. Air harus hangat, tetapi tidak panas.
8. Untuk mencegah kuman masuk ke dalam ASI, hindari mencelupkan jari Bunda ke dalam botol.

Bolehkah ASI perah yang sudah diminum disimpan di kulkas?

Setelah bayi minum dari botol susu perah, susu tersebut harus habis dalam waktu satu jam atau dibuang. Untuk menghindari pemborosan ASI perah, sebaiknya berikan bayi sedikit saja (misalnya 30 ml) setiap kali sampai Bunda mengetahui pola makan bayi Bunda. 

Bunda dapat melakukannya dengan menyimpan sebagian besar susu dalam satu wadah, di lemari es, dan menggunakannya untuk mengisi ulang botol susu bayi sedikit demi sedikit seperti dikutip dari laman Breastfeedingnetwork.

Tips menggunakan kembali sisa ASIP

Menggunakan kembali sisa ASI perah memang bisa mendatangkan risiko utama terutama dari sisa botol ASI ya, Bunda. Salah satunya yakni adanya risiko kontaminasi bakteri. Karena, ketika bayi menyusu dari botol, bakteri dari mulutnya dapat masuk ke dalam botol dan terus tumbuh dan berkembang biak. 

Jika Bunda menggunakan kembali susu dari botol nanti, Bunda berisiko membawa lebih banyak bakteri ke bayi. Semakin lama botol bekas didiamkan, semakin banyak bakteri yang tumbuh.

Masalah ini diperparah oleh kontaminasi yang dapat terjadi kapan saja selama proses menyusui, bahkan sebelum Bunda menyusui bayi. Faktanya, bakteri biasanya masuk ke dalam ASI perah akibat kebersihan dan penyimpanan ASI yang tidak tepat.

Menurut the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Bunda dapat mengurangi risiko kontaminasi ASI sebelum menyusui bayi dengan melakukan hal berikut:

1. Mencuci tangan dengan bersih sebelum memompa atau memegang ASI.
2. Menjaga kebersihan alat pompa dan botol.
3. Menggunakan kantong penyimpanan ASI atau wadah yang aman untuk makanan untuk ASI perah.
4. Mematuhi panduan penyimpanan ASI.

Mengenai rekomendasi penggunaan ASI sisa, sebagian besar konsultan laktasi menganjurkan para ibu untuk menggunakan akal sehat dalam hal ini. Pikirkan tentang roti lapis yang Bunda makan untuk makan siang.

Jika Bunda hanya makan setengahnya, Bunda mungkin akan mendinginkannya dan memakan sisanya untuk makan malam, tetapi Bunda mungkin tidak ingin memakannya untuk makan siang keesokan harinya seperti dikutip dari laman Parents.

Hal yang sama berlaku untuk ASI. Jika, setelah menyusui bayi Bunda, Bunda menyisakan setengah atau seperempat botol, Bunda dapat menggunakannya kembali, tetapi hanya jika Bunda akan melakukannya segera.

CDC menyarankan untuk menggunakan kembali sisa ASI dalam waktu dua jam setelah menyusui terakhir. Jika lebih dari dua jam, Bunda harus membuangnya. Jangan dibekukan dan digunakan kembali nanti.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Read Entire Article
Berita Nusantara Berita Informasi Informasi Berita Berita Indonesia Berita Nusantara online Berita Informasi online Informasi Berita online Berita Indonesia online